2. Berorentasi pada masyarakat, pada umumnya dikembangkan berdasarkan
perubahan perilaku masyarakat. Misalnya sikap kemandirian dan lain sebagainya.
3. Tujuan Evaluasi dan Manfaat Evaluasi
Sebuah program dibuat dikemudian nantinya dilakukan proses evaluasi, untuk itu tujuan evaluasi dan mafaatnya sangatlah penting untuk diketahui,
adapun tujuan evaluasi adalah menilai sejauh mana intervensi berhasil mencapai sasaran dan tujuan proyek dan menentukan apakah intervensi harus diubah agar
lebih efektif. Tujuan evaluasi program adalah:
36
1. Membuat kebijakan dan keputusan
2. Menilai hasil yang dicapai
3. Menilai rencana program
4. Memberikan kepercayaan pada lembaga
5. Memperbaiki dana yang telah diberikan
6. Memperbaiki materi program
Dari tujuan evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah alat manajemen yang berorentasi pada tindakan dan proses. Informasi yang
dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya ditentukan sistematis dan seobjektif mungkin. Data-data yang ada
dapat digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang menuju peningkatan kegiatan yang lebih baik.
36
Farida Tayib Nafis, ibid., h. 187-188
Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. demikian juga dengan evaluasi. Menurut Suharsimi Arikunto 2004 : 13
ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih
difokuskan pada masing-masing komponen.
37
Sedangkan manfaat evaluasi, jika kita tilik dari pendapat Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat Fourstein, dia menyatakan bahwa ada 10
alasan, mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu:
38
1. Untuk melihat apa yang sudah dicapai
2. Melihat kemajuan, dikaitkan dengan objektif tujuan program
3. Agar tercapai manajemen yang lebih baik
4. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan, untuk memperkuat program
5. Melihat apakah usaha yang dilakukan secara efektif
6. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup rasionable
7. Untuk merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik
8. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama atau
mengajak pihak lain untuk melaksankan metode yang serupa bila metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik
9. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas, dan
10. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan, masukan dari masyarakat.
37
www.evaluasipendidikan.blogspot.com, Browsing Tanggal 30 Desember 2008
38
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan masyarakat Dan Intervensi Komunitas, Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, Edisi Revisi, h. 189
BAB III
A. Sejarah Berdirinya IPHI DKI Jakarta 1. Latar Belakang IPHI
Di awali dengan berdirinya beberapa organisasi persatuan haji di daerah seperti Jam’iyatul Hujah Indonesia dan Persaudaraan Jamaah Haji Indonesia di
Yogjakarta maka, pada tahun 70-an Departemen Agama melalui kantor-kantor Departemen Agama yang ada, menganjurkan kepada jamaah haji di daerah-daerah
untuk membentuk organisasi-organisasi persatuan haji. Dengan maksud untuk mempermudah dan melestarikan kemabruran hajinya.
Pada tahun 1990, organisasi ini bernama badan koordinasi Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia BAKOR-IPHI. Pada 1993, tepatnya pada
muktamar II, Ikatan Persaudaraann Haji Indonesia IPHI atau yang familier dengan sebutan “Persaudaraan Haji” resmi dibentuk. Organisasi ini bersifar
independen, non politik serta berakidah Islamiyah. Keanggotaanya adalah umat Islam Indonesia yang telah menunaikan ibadah haji, dengan jenjang kepengurusan
dari tingkat ranting di kelurahandesa yang tersebar di wilayah Indonesia. Dari hasil mukhtamar III yang berlangsung di Boyolali tahun 1999
diketahui bahwa tujuan dibentuknya lembaga ini adalah memeliharaan dan mengupayakan pelestarian haji mabrur guna meningkatkan partisipasi umat dalam
pembangunan bangsa yang diridhai Allah SWT. Organisai ini diharapkan tampil menjadi wahana penghimpun potensi para jamaah haji Indonesia, penyerap dan
penyalur aspirasi umat, juga sebagai sarana untuk mempererat Ukhuwah Islamiyah sesama umat. Adapun struktur organisasinya meliputi Tingkat Pusat,
30