Evaluasi pelaksanaan program dakwah tahun 2008 IPHI DKI Jakarta

(1)

TAHUN 2008 IPHI DKI JAKARTA

Skripsi

Disusun dan Diajukan Untuk Mendapat Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Ernanto Dwi Setiawan NIM : 103053028741

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H./2009 M.


(2)

(3)

Dengan ini Saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif HIdayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 4 Desember 2009


(4)

Evaluasi Pelaksanaan Program Dakwah Tahun 2008 IPHI DKI Jakarta Di Bawah Bimbingan Drs. M. Sungaidi, MA

Suatu evaluasi mutlak diperlukan, pada tataran ini fungsi evaluasi beragam tergantung tujuan dan kegunaan evaluasi itu sendiri, menurut jenisnya evaluasi dibagi menjadi tiga yaitu: evaluasi input, evaluasi proses, dan evaluasi hasil. Pada kenyataanya evaluasi memang tidak dapat dipisahkan dari proses panjang suatu organisasi, baik itu mapan ataupun tidak mapan, organisasi besar ataupun organisasi kecil. Salah satu hal yang mendasar adalah kegunaan dari evaluasi itu sendiri yang menjadikannya “penting” untuk diterapkan pada organisasi. Organisasi pastilah mempunyai program, dimana program tersebut pastilah terencana suatu tujuan yang jelas. Untuk itu evaluasi digunakan untuk melihat dan mengukur kesemua proses itu.

Penelitian ini digunakan untuk mengetahui secara umum IPHI DKI Jakarta, dengan mempirtimbangkan segala hal yang menyangkut pencapaian tujuan dari program dakwah tahun 2008 IPHI DKI Jakarta, dengan segala hal dampak yang mempengaruhi jamaah IPHI DKI Jakarta. Serta mengetahui proses pelaksanaan dakwah IPHI DKI Jakarta secara umum, dan mencoba menganalisa pengaruhnya terhadap kebutuhan jamaah IPHI DKI Jakarta selama periode 2008.

Metode penulisan yang penulis gunakan adalah dengan metode penulisan deskriptif yang menggunakan metode kualitatif. penulis mengumpulkan data aktual dan fakta yang ada pada objek dan subjek penelitian dengan melakukan observasi secara langsung, sambil mengumpulkan data dan melakukan analisis, kemudian menarik kesimpulan dari analaisnya.

Pelaksanaan program dakwah tahun 2008 IPHI DKI Jakarta, maka dalam pelaksanaannya masih ada pelaksanaan yang kurang maksimal, dan tidak berjalan secara efektif, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mendasar dari pelaksana dan dalam pelaksanaannya.


(5)

Alhamdulillah, segala puji syukur hamba pada-Mu ya Allah, engkaulah yang senantiasa memudahkan dan melancarkan berbagai hal yang hamba perbuat dan lakukan. Sehingga hamba dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa sholawat dan salam kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW. Beserta keluarga dan para sahabatnya yang teguh berjuang di jalan Islam.

Beberapa hal, membuat penulis merasa penulis adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Seperti halnya manusia normal lainya penulis bukanlah makhluk sempurna dalam segala hal, penulis adalah makhluk yang akan selalu membutuhkan. Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tanpa adanya bantuan dan masukan, serta dorongan motivasi dari berbagai pihak. Mungkin penulisan skripsi ini tidaklah akan menjadi terwujud dan terselesaikan. Tidak banyak yang penulis ucapkan di sini selain terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuannya kepada penulis, baik itu secara langsung maupun melalui pajatan doa, sehingga telah membantu penyelesaian karya tulis ini. Oleh karena itu penulis ingin berterima kasih pada kesempatan kali ini kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A dan Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

kebaikannya mendapatkan balasan dari Allah SWT.

4. Drs. H. M. Idris Abd. Shomad, MA dan Drs. Study Rizal LK, MA selaku dosen penguji I dan II pada sidang Munaqosyah 9 Desember 2009.

5. Dosen-Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi terimaksih atas semua pengajaran ilmu yang bermanfaat, yang telah diberikan kepada penulis. 6. Kedua orang tua penulis tercinta Ayahanda Untung P. Dan Ibunda Wasri,

yang telah membesarkan, mendidik serta tidak henti-hentinya mendoakan. Kasih sayangnnya dan perhatian nya memberikan motivasi untuk menjadi manusia yang berguna. Segala hal yang telah mereka berikan baik materi maupun banyak hal lain dan yang utama adalah kasih sayang tak akan terukur nilainya. Setiap tetes keringat mu entah dengan apa aku membalas. “Ya Allah berikan lah meraka segala hal yang baik”, Kakak, adik-adik ku, keponakan ku serta seluruh keluarga ku yang selalu memberikan pancaran semangat.

7. Bpk. Drs. H.E. Mahpudin selaku ketua Pengurus Wilayah Ikatan Persaudaraan haji Indonesia Provinsi DKI Jakarta, besarta seluruh staf dan karyawan atas bantuannya dalam memberikan data maupun informasi sehubungan dengan penelitian yang penulis lakukan.

8. Pihak perpustakaan Utama dan perpustakaan Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.


(7)

Fuyani Akbar S.Sos.I, dan Handoko“Vdok”, terima kasih

10.Teman-teman Kalong Band yang masih maupun sudah tidak di PT. GRP (Grup Riset Potensial) Jakarta, semoga apa yang telah dilewati menjadi hikmah bagi kita semua, “makan ngak makan asal happy”. Terima kasih telah memberikan masukan dan bantuannya.

11.Teman-teman di Jurusan Manajemen Dakwah A angkatan 2003 yang telah membantu saya selama ini semuanya, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, seomoga tetap terjaga silaturahminya semua “amin”.

12.Semua pihak yang telah memotivasi dan membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, semoga semua amalnya diterima Allah SWT.

Penulis menyadari skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis dengan segala kerendahan hati bersedia menerima kritik dan saran yang membangun dan menambah khazanah keilmuan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga ini bisa bermanfaat untuk semua, baik penulis maupun orang lain.

Ciputat, 4 Desember 2009

Penulis

Ernanto Dwi Setiawan


(8)

v


(9)

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekang Masalah……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 7

D. Metodologi Penelitian………... 7

E. Tinjauan Pustaka………. 10

F. Sistematika Penelitian………. 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Dakwah 1. Pengertian Dakwah………. 13

2. Tujuan Dakwah……….. 15

3. Unsur-Unsur Dakwah……… 17

a. Materi Dakwah………... 17

b. Metode Dakwah………. 17

c. Media Dakwah………... 21

4. Organisasi Sebagai Media Dakwah………. 22 B. Evaluasi


(10)

3. Tujuan dan Manfaat Evaluasi………. 28

BAB III GAMBARAN UMUM IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) DKI JAKARTA A. Sejarah Berdirinya IPHI DKI Jakarta……… 30

B. Visi dan Misi IPHI DKI Jakarta……… 34

C. Struktur Kepengurusan IPHI DKI Jakarta………. 35

D. Program Kerja IPHI DKI Jakarta………... 39

E. Pelaksanaan Kegiatan Dakwah……….. 43

BAB IV EVALUASI PROGRAM DAKWAH TAHUN 2008 IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) DKI JAKARTA A. Analisis Keberhasilan Tujuan Program Dakwah Tahun 2008 IPHI DKI Jakarta………... 50

B. Analisis Pelaksanaan Kegiatan Dakwah Terhadap Kebutuhan Jamaah IPHI DKI Jakarta... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………. 61

B. Saran………... 62

DAFTAR PUSTAKA……….. 64

LAMPIRAN... 67


(11)

(12)

(13)

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang sempurna, dalam hal ini kaitanya dengan apa yang berkenaan dengan dakwah Islam adalah supaya manusia sadar akan jati dirinya sebagai makhluk yang mempunyai mandat untuk memelihara alam ini. Berkaitan pula dengan ini seyogyanya manusia sadar bahwa hidup di dunia mempunyai tanggung jawab yang besar, baik itu kepada Tuhan maupun kepada sesama makhluk ciptaan-Nya. Manusia harus bersyukur atas apa yang menjadi limpahan karunia-Nya yang tiadatara di muka bumi ini.

Risalah Islamyah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW adalah untuk seluruh umat manusia di mana pun dan kapan pun. Oleh sebab itu, maka kegiatan dakwah cakupannya sangat luas, sehingga Allah memberi peringatan pada setiap manusia agar selalu mengajak kepada setiap manusia untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 104:

Artinya: “Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyeru yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imran:104)

Islam adalah agama yang rahmatan lilalamin, Islam berkembang dan maju hingga sekarang ini, ini bisa dikatakan keberhasilan yang sangat luar biasa ketika


(15)

menilik sejarah bawa Islam lahir di tengah- tengah peradaban yang jauh dari norma yang Islami ketika itu, Makah sebagai tempat kelahiran Nabi pembawa risalah, Nabiyullah Muhammad SAW, (“shalawat dan salam semoga tercurah untukmu ya Rasull Allah”), adalah kota yang dipenuhi dengan kejahiliyahan, ini tidak lepas dari sutu proses panjang yang tidak kenal lelah dan menyerah. Dengan dakwah, Islam dikenal pada masyarakat luas.

Sebagai agama, Islam memuat nilai-nilai dasar dan norma-norma asasi, prinsip-prinsip ilmu serta pemberitahuan Tuhan tentang masa lalu dan masa depan umat manusia seperti tercantum dalam Al-Qur’an yang diperjelas kemudian oleh Rasul-Nya Muhammad SAW melalui sunahnya.1

Dakwah, banyak definisi atau pengertian yang salah satu maknanya adalah, mengajak manusia kejalan Allah agar mereka berbahagia di dunia dan di akhirat, sebagai agen pembentukan dan perubahan masyarakat, dakwah dapat mengembangkan peranan dan pengaruh yang luas dalam kehidupan masyarakat. Dakwah tidak akan muncul sebagai sarana komunikasi massa, tetapi juga sebagai lembaga pendidikan masyarakat. Dakwah bukan saja menandai partisipasi politik, tapi juga sebagai lembaga swadaya masyarakat. Oleh karena itu integrasinya pada proses pembangunan masyarakat sangat beralasan. Bahwa suatu kegiatan dapat disebut dakwah jika merupakan sistem usaha bersama orang beriman dalam rangka mewujudkan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan.2

Ketika masa terus bergulir dan kemajuan tekhnologi semakin maju, Islam dihadapkan pada modernisasi zaman. Untuk itu dalam hal ini proses pelaksanaan

1

Muhamad Daud Ali dan Habibah Daud, Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, h.11

2

Ahmad Dimyati, Dkk, Islam dan Koperasi (Telaah Peran Serta Umat Islam Dalam Pengembangan Koperasi), (Jakarta: KOPINFO, 1989), h. 169


(16)

dakwah harus ditunjang oleh berbagai faktor yang mendukung, antara lain, ditunjang dengan SDM yang memadai dan mumpuni, dalam sebuah proses dakwah da’i adalah salah satu bagian yang sangat berpengaruh, untuk itu diperlukan suatu mekanisme dakwah yang tertuju pada adanya pengetahuan akan metode dan arah yang jelas. Perlu adanya pembuatan planning (perencanaan) yang dalam kaitanya dengan dunia manajemen adalah faktor kunci untuk melangkah lebih jauh dari suatu program, untuk arah dan tujuan yang akan dicapai. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa sesungguhnya dalam pelaksanaan dakwah bukanlah bertumpu pada besar kecilnya peran yang kita mainkan semata. Akan tetapi yang lebih penting dari itu adalah bagaimana kegiatan dakwah yang kita lakukan itu memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dari kegiatan dakwah tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian tentang keberhasilan dakwah Islamiyah yang dilakukan dalam suatu kesempatan, sifatnya masih relatif. Apalagi mengenai keberhasilan akan wujud dari hasil dakwah dengan menekankan pada permasalah tingkat ibadah seseorang.

Karena permasalah dakwah yang dihadapi oleh para juru dakwah semakin komplek, maka sudah selayaknya komponen dakwah yaitu da’i, mad’u, materi,

metode, media, tersebut diolah dengan seksama, dengan mempertimbangkan

keberhasilan yang akan dicapai. Suatu proses mengenai keberhasilan satu tindakan atau pelaksanaan dari sesuatu yang diprogramkan akan menilik suatu proses penilain yaitu apa yang disebut dengan tahap evaluasi, untuk dapat mengetahui apakah tugas-tugas dakwah dilaksanakan oleh para pelaksana, bagaimana tugas-tugas itu sudah dilaksanakan, sudah sejauh mana


(17)

pelaksanaannya, apakah tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dan sebagainya, perlu pemimpin dakwah senantiasa melakukan kontrol dan penilaian. Keberadaan organisasi kemasyaraktan (Ormas) merupakan realitas sosial yang telah ada sejak lama seiring dengan perjalanan bangsa Indonesia sejalan dengan hal tersebut Ormas telah menjadi bagian dari kehidupan sosial politik yang telah berkembang sedemikian rupa sehingga kontribusi yang diberikan kepada masyarakat tidaklah kecil. Peran Ormas dalam memberikan pendidikan politik dan pemberdayaan terhadap masyarakat betul-betul berdampak positif, sehingga masyarakat lebih banyak berkomunikasi dengan keberadaan Ormas ketimbang partai politik.

Dalam kaitan ini, tentu saja Persaudaraan Haji menduduki peran dan funsi penting. IPHI sebagai salah satu organisasi sosial kemasyarakatan Islam di tanah air, harus mampu menjadi wadah pengikat persaudaraan para haji dengan kegiatan amal ibadah yang bermanfaat bagi umat. Persaudaraah Haji diharapkan dapat ikut mengambil bagian dalam pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan akhlak yang mulia.

Ikatan Persaudaran Haji Indonesia (IPHI) Provinsi DKI Jakarta atau yang akrab di sebut dengan IPHI DKI Jakarta adalah sebuah organisai, tempat atau wadah bagi jamaah yang telah menunaikan ibadah haji (pasca haji) untuk menyalurkan dan melestarikan semangat ibadah setelah melaksanakan ibadah haji. Kekhawatiran akan melunturnya semangat beribadah setelah melakukan ibadah haji di Tanah Suci melatarbelakangi berdirinya IPHI, kehadiranya memang dinantikan oleh para jamaah pasca haji maupun masyarakat umum seperti calon jamaah haji sekarang ini. Terutama adalah jamaah pasca haji yang berguna untuk


(18)

mewadahi para jamaah dalam kegiatan keagamaan dan sosialnya di tengah masyarakat. Peran serta para jamaah yang telah pulang di Tanah Air dengan menyandang predikat haji tentulah dinantikan oleh masyarakat. Untuk itu perlu ada wadah untuk memfasilitasinya, agar apa yang ia dapat di Tanah Suci bisa bermanfaat tidak hanya bagi dirinya tetapi juga untuk orang lain. Salah satu peran serta nyata dari para jamaah pasca haji diwujudkan dengan berdirinya IPHI di tengah masyarakat, berbagai macam kegiatan dan agenda program kerja IPHI selalu menyentuh permasalahan keislaman. Ini tidak lepas dari semangat berdakwah dari para anggota, diantaranya adalah upaya yang dilakukan IPHI DKI Jakarta dalam memfasilatasi jamaah yang akan melaksankan ibadah haji, IPHI DKI Jakarta dalam bidang ini, bidang pendidikan dan pelatihan memberikan pengenalan dan pengetahuan seputar kegiatan manasik haji. Kegiatan atau aktivitas yang diselenggarakan IPHI DKI Jakarta tidak hanya dirasakan oleh jamaah pasca haji saja, tetapi juga dirasakan oleh masyarakat umum. Selain bergerak dalam menangani permasalahan haji, dalam bidang-bidang lainya, salah satunya adalah dalam bidang sosial dan kesejahteran ummat Ikatan Persaudaraan Haji DKI Jakarta ikut berperan mengintensifkan kegiatan zakat, infaq, shodaqoh, wakaf yang hasilnya disalurkan untuk kepentingan sosial. Untuk memberdayakan SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada antara lain dari kalangan jamaah yang notabenya adalah para jamaah pasca haji, maka dalam hal ini IPHI DKI Jakarta memberikan kesempatan bagi jamaah yang mampu atau mempunyai latar belakang ustad, kyai atau tokoh masyarakat menjadi juru dakwah atau da’i untuk tampil jika ada kegiatan dakwah yang berupa tabligh atau ceramah keagamaan.


(19)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis mencoba mengangkat judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Dakwah Tahun 2008 IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) DKI Jakarta”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam hal ini penulis memberikan batasan dan perumusan masalah agar materi yang dibahas tidak meluas dan fokus dalam pembahasannya, adalah sebagai berikut :

1. Batasan Masalah

Untuk mempermudah di dalam pembahasan skripsi ini, penulis membatasi skripsi ini, pada seputaran kegiatan dakwah yang dilakukan oleh IPHI DKI Jakarta, hal-hal yang menyangkut segala kegiatan atau proses dakwah yang dilakukan IPHI DKI Jakarta, dengan menganalisa tujuan program dakwah pada periode 2008, dan dengan menganilisa apa yang menjadi kebutuhan jamaah dengan melihat hasil pelaksanaan dakwah yang telah dilakukan di IPHI DKI Jakarta tahun 2008.

2. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah yang akan dibahas di atas, penulis merumuskan sebagai berikut :

1. Apakah tujuan program dakwah tahun 2008 IPHI DKI Jakarta telah tercapai? 2. Bagaimana pelaksanan kegiatan dakwah terhadap kebutuhan Jamaah IPHI DKI


(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan, ada dua garis besar yang menjadi tujuan penulisan, adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui apakah yang menjadi tujuan program dakwah tahun 2008 IPHI DKI Jakarta telah sesuai dengan apa yang ingin dicapai pada tahun 2008. b. Untuk mengetahui kebutuhan jamaah IPHI DKI Jakarta dengan melihat

pelaksanaan dakwah tahun 2008 IPHI DKI Jakarta. 2. Sedangkan manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

Pertama : Secara akademis untuk Menambah informasi ilmiah dalam khazanah dakwah Islam khususnya tentang lembaga dakwah, kiranya masih relevan dan aktual dijadikan pegangan dan bahan analisis bagi ummat Islam yang menekuni dakwah dalam kerangka menghadapi era globalisasi dewasa ini.

Kedua : Manfaat praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi lembaga-lembaga lain yang sesuai.

D. Metodologi Penelitian 1. Model dan Disain Penelitian

Metode penelitian yaitu prosedur pencarian data, meliputi penentuan populasi, sampling, penjelasan konsep dan pengukurannya, cara-cara pengumpulanya dan teknik analisisnya.3

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif yang menggunakan metode kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan

3


(21)

sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.4 penulis mengumpulkan data aktual dan fakta yang ada pada objek dan subjek penelitian dengan melakukan observasi secara langsung atau pengamatan evidensi-evidensi, sambil mengumpulkan data dan melakukan analisis, kemudian menarik kesimpulan dari analisisnya.

2. Subyek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang memberikan informasi dan data-data kepada penulis dalam hal ini adalah IPHI DKI Jakarta, para jamaah haji yang ikut dalam aktivitas kegiatan di IPHI DKI Jakarta pada tahun 2008, sedangkan objeknya adalah evaluasi hasil pelaksanaan program dakwah IPHI DKI Jakarta pada periode 2008.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan, tempat dimana objek penelitian itu berada, sebagai pengambilan datanya dalam penelitian lapangan adalah dengan metode :

a. Observasi

Metode observsi adalah metode yang dilakukan penulis dalam mengambil data-data di lapangan. Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.5 contohnya

4

Hadari Nawami, Methode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998), cet. Ke-8, h.63

5


(22)

dokumen yang diperoleh dari IPHI DKI Jakarta, dan dari jamaah IPHI DKI Jakarta yang ikut dalam kegiatan IPHI DKI Jakarta ditahun 2008.

b. Interview

Interview yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian. Adapun interview yang penulis gunakan adalah interview bebas terpimpin, maksudnya dalam menyampaikan interview dengan maksud meminta jawaban dengan bebas dan terbuka. Dengan menggunakan jenis interview ini bertujuan untuk mudah dipahami oleh individu secara langsung, sehingga dapat menghasilkan data dan informasi yang memuaskan. Interview dilakukan langsung dengan mewawancarai responden baik dari Pengurus IPHI DKI Jakarta ataupun dari Jamaah secara umum.

c. Dokumentasi

Menurut Hasanusi Soleh, metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai variabel-variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, notulen, agenda dan lainya.6 Sedangkan menurut Winarno Surahmad, pengertian dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dari pemikiran terhadap peristiwa dan oleh penulis dengan sengaja untuk disimpan atau meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut.7

4. Teknik Analsis Data

Setelah data penulis peroleh melalui observasi dan wawancara, selanjutnya penulis mengolahnya dengan menggunakan metode Content Analisys yaitu

6

Hasanusi Soleh, Metodologi Riset, (Jakarta: Widya Swara, 1993), h. 94 7


(23)

menganalisa/menguraikan secara jelas dan utuh hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ada yaitu sesuai dengan judul skripsi penulis, yang telah diuraikan perumusan dan batasan masalahnya yaitu mengenai evaluasi pelaksanaan program dakwah tahun 2008 IPHI DKI Jakarta.

Kemudian setelah metode penelitian ini ditempuh, penulis selanjutnya membuat kesimpulan dengan pendekatan metode induktif yaitu menyimpulkan kesimpulan dari yang bersifat khusus ke umum.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, terbitan tahun 2007, karangan Hamid Nasuhi, dkk sebagai pedoman penulisan.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis periksa dan teliti kemungkinan adanya pengarapan penulisan skripsi yang sama dengan judul yang penulis ingin teliti, hasilnya adalah tidak ditemukan kesamaan judul atau pembahasan skripsi lain yang judul dan pembahasannya sama dengan yang penulis teliti, dengan tema pembahasan penulis tentang evaluasi pelaksanaan program dakwah tahun 2008 IPHI DKI Jakarta, maka pembahasan ini layak ditulis dengan metode penelitian yang telah penulis uraikan di atas, pembahasan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil dari skripsi yang layak dan sesui dengan kelayakan karya ilmiah (skripsi).

Ada pun pembahasan mengenai IPHI ada yang membahas dengan judul “Sistem Kepemimpinan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jakarta”, disusun oleh: Achmad Rifa’i/Nim: 19953017509/MD/2004 dengan tema


(24)

pembahasan tentang sistem kepemimpinan di IPHI, mengenai apa saja yang berkaitan dengan kepemimpinan seperti, faktor-faktor kepemimpinan, fungsi-fungsi kepemimpinan, tipe-tipenya yang kesemuanya itu diterapkan dan dilakukan dalam kesatuan sistem tentang kepemimpinan. Sedangkan untuk skripsi “Evaluasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan Dakwah Rohis MAN 4 Model Jakarta” disusun oleh Nely lidyawati/NIM: 103053028757. Sedikit ada kemiripan. Adapun letak kemiripanya adalah pada tataran teori, tentang teori evaluasi dan dakwah. Sedangkan fokus pembahasan yang penulis teliti terletak pada bagaimana pelaksanaan program dakwah IPHI DKI Jakarta, mengenai pelaksanaannya, apakah sudah berjalan sesuai dengan program yang telah dirancang, apakah tujuan-tujuan dari program telah tercapai, dengan melihat dan meneliti tentang evaluasi hasil pelaksanaan program dakwah tahun 2008 IPHI DKI Jakarta, yang beralamat di Jalan Bekasi Timur Raya, Gg Taruna II no 1, Jakarta Timur. Jadi penulis ingin menekankan tentang apa yang berkaitaan dengan kegiatan dakwah yang ada di IPHI DKI Jakarta dengan melakukan proses evaluasi, pembahasan ini tidaklah sama dengan apa yang dibahas oleh rekan saya Achmad Rifa’I dan Nely lidyawati, maka dengan ini pula saya rasa membuktikan bahwa skripsi ini layak dihadirkan, yang belum pernah digunakan oleh orang lain.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai suatu pembahasan ilmiah maka sifat sistematis merupakan syarat mutlak. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui urutan konsistensi dan koherensi jalur pemikiran sehingga daya analisa, kemampuan syntesa dan potensi nalar dari pemikiran tersebut mudah mencapai sasaran yang dituju.


(25)

Dalam sistematika ini nampak selain apa yang tersebut di atas adalah struktural pembahasan dan pengorganisasian pemikiran atas dasar itulah penulis menyusun sistematika penulis ini sebagai berikut :

BAB I : Menguraikan hal-hal bersifat teknis operasional untuk melangkah pada bab-bab selanjutnya yang mencakup latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian metodologi penelitian dan sistematika penulisan, diteruskan dengan kajian pustaka.

BAB II : Tijuan teori tentang dakwah dan evaluasi, pembahasan mengenai dakwah apapun yang berkaitan dengan dakwah yang berkaitan dengan uraian bab II yang penulis cantumkan di halaman berikutnya, mengenai pengertian dakwah, dan yang berhubungan dengan dakwah, pengertian evaluasi jenis-jenis evaluasi, tujuan evaluasi, dan manfaat evaluasi.

BAB III : Merupakan gambaran umum tentang IPHI Propinsi DKI Jakarta, seperti apa sih IPHI Popinsi DKI Jakarta itu?, bagaimana latar belakang sejarahnya, struktur keorganisasian, tujuan yang tercantum dalam visi dan misi, program kerja, dan pelaksanaan kegiatan dakwahnya.

BAB IV : Merupakan pembahasan inti tentang bagaimana evaluasi program dakwah IPHI DKI Jakarta apakah sudah berjalan dengan semestinya?, tindakan atau usaha nyata, bagaimana pula cara dan metodenya yang dilakukannya dalam kaitannya dengan pelaksanaan program dakwah

BAB V : Merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran sebagai sumbangan penulis untuk melengkapi kekurangan yang ada ditambah dengan harapan-harapan.


(26)

(27)

A. DAKWAH

1. Pengertian Dakwah

Kata dakwah berasal dari bahasa Arab “da’aa” berbentuk sebagai isim masdar dari kata kerja (fi’il). Secara bahasa (etimologi), kata dakwah memiliki beberapa arti:1

1. Memanggil atau menyeru, seperti dalam firman Allah surat Yunus ayat 25: Artinya: “Allah menyeru (manusia) ke darusslam (surga) dan memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)”.

2. Menegaskan atau membela, baik terhadap yang benar ataupun yang salah, yang positif ataupun yang negatif.

3. Suatu usaha berupa perkataan ataupun perbuatan untuk menarik seseorang kepada suatu aliran atau agama tertentu.

4. Doa (permohonan), seperti dalam firman Allah: Artinya: “…Aku mengabulkan permohonan orang jika ia meminta kepada-Ku…”

5. Meminta dan mengajak seperti diungkapakan, da’a bi as-syai’ yang artinya meminta dihidangkan atau didatangkan makanan atau minuman. Secara istilah (terminologi) dakwah Islam menurut para pakar, memiliki beberapa arti diantaranya sebagai berikut:

1. Quraish Shihab mendefinisaiknnya sebagai seruan atau ajakan kepada kainsyafan, atau usaha mengubah sesuatu yang tidak baik kepada sesuatu

1

Faizah, S.Ag, M.A., H. Lalu Muchsin Effendi, Lc., M.A., Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), Cet.Ke-1, h..4-5.


(28)

yang lebih baik terhadap pribadi maupun masyarakat (1992:194), dan menurut Muhammad Kh dr Husein dalam bukunya ad-Dakwah ila al-Islah mengatakan dakwah adalah upaya untuk memotivasi agar orang berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagian dunia dan akhirat (tt, 17).2

2. Menurut HSM Nasaruddin Latif dakwah adalah: “setiap usaha atau aktifitas dengan lisan dan tulisan dan lainya, untuk beriman dan metaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariah serta akhlak Islamiyah.3

3. Menurut Amir Mulkhan, dakwah adalah aktualisasi atau realisasi salah satu fungsi kerisalahan berupa proses pengondisian agar seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami, mengimani, dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup.4

4. Menurut M. Natsir dalam bukunya, yang dikutip oleh H. Endang Saifuddin Anshari ia mendefinisikan dakwah sebagai usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup di dunia ini dengan pelbagai media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam berperikehidupan bermasyarakat dan perorangan.5

2

http://www.blogsome.com tanggal 6/2/2009 3

A.Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), Cet. Ke-I, h.16. 4

Munir Mulkhan, Idiologis Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: SIPRESS, 1996),h.205. 5


(29)

Beberapa Definisi-definisi di atas yang dicantumkan setidaknya mencakup pengertian-pengertian sebagai berikut:6

1. Dakwah adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam.

2. Dakwah adalah suatu proses penyampain ajaran Islam yang dilakukan secara sadar dan sengaja.

3. Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksanaannya bisa dilakukan dengan berbagai cara atau metode.

4. Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup dunia dan akhirat dengan dasar keridhoan Allah.

5. Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan yang mengubah pandangan hidup, sikap batin dan prilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntunan syari’at untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Dengan demikian dakwah adalah segala bentuk aktifitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk terciptanya individu dan masarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua lapangan hidup.7

Jadi dakwah adalah segala usaha mengajak dengan cara yang bijaksana dilakukan dengan berbagai cara yang sesuai dengan tuntunan Islam. Agar mematuhi perintah Allah SWT. Untuk keselamatan di dunia dan di akhirat baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

2. Tujuan Dakwah

6

http://www.blogsome.com tangal 6/2/2009 7


(30)

Tujuan dakwah yang dilakukan Rasul Allah dari zaman ke zaman senantiasa sama, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah, tak ada tujuan yang lain.8 Kata tujuan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti, arah, haluan (jurusan), yang dituju, yang dimaksud, tuntutan (yang dituntut).9

Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga, maupun sosial kemasyarakatan, agar terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan. Mendapat kebaikan dunia dan akhirat, serta terbebas dari azab neraka.

Artinya: Mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.10

Sedangkan tujuan khusus dakwah adalah mengajak ummat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu menigkatkan takwanya kepada Allah SWT, membina mental Agama (Islam) bagi kaum mualaf, megajak manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah (memeluk agama Allah), mendidik dan mengajarkan anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.11

8

Cahyadi Takariawan, Prinsip-Prinsip Dakwah, (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005), Cet IV, h. 21

9

Drs. Hasanudim, MA, Manajemen Dakwah, h. 70 10

Drs. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc. Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet.I. h.77

11

Moh. Ardan, Memahami Permasalahan Fiqih Dakwah, (PT. Mitra Cahaya Utama), Cet. Pertama, h.16-17


(31)

Dengan demikian semakin jelas, pada prinsipnya ajaran dakwah bertujuan membimbing umat manusia kepada sesuatu yang bermanfaat, sera menunjukan kepadanya bagaimana cara meraih kebahagian hidup masa kini dan masa yang akan datang. Kebahagiannya hanya bisa tercapai dengan cara menumbuhkan benih-benih “hidayah”, mensucikan jiwa, menjalankan perintah Tuhan, memelihara diri dari sesuatu yang subhat serta larangan agama.

3. Unsur-Unsur Dakwah a. Materi Dakwah

Yang dimaksud dengan materi dakwah ialah semua ajaran yang datangnya dari Allah s.w.t yang dibawa oleh Rasulullah s.a.w. untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia yang berada di bumi ini. Untuk berdakwah bagai para da’i Allah SWT. Menganjurkan untuk membuka Al-Qur’an Al-Karim, karena didalamnya mengandung pokok-pokok bahasan materi apa yang harus dipaparkan kepada para mustami’ (pendengar). Menurut Asmuni Syukir materi dakwah secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syariah), dan budi pekerti (akhlakulkarimah)12, materi dakwah dapat kita pahami sebagai pesan yang disampaikan oleh seseorang da’i kepada mad’unya. Pesan tersebut biasanya akan disesuaikan dengan:

1. Kondisi kadar intelektual dan kebutuhan masyarakat

2. Mencakup ajaran Islam secara kaffah dan universal, yakni aspek ajaran tentang hidup dan kehidupan serta program umum syariat Islam.

3. kebutuhan asasi (dharu), dan kebutuhan sekunder (tahsini).

12


(32)

b. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui) dan “bodos” (jalan, cara). Maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Jerman metode berasal dari methodian artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, sedang dalam bahasa Arab artinya thari. Sehingga metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’I (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Di antaranya adalah jenis metode yang bervariasi, yaitu dengan: 1. Metode ceramah13

Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh cirri karekteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. 2. Metode Tanya-Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan da’i sebagai penjawabnya.

3. Debat

Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kebenaran bukan kemenangan dalam arti menujukan kebenaran dan kehebatan Islam.

4. Percakapan

13


(33)

Percakapan antar pribadi atau individual conference adalah percakapan bebas antara seorang da’i dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. 5. Metode dakwah

Suatu metode dakwah dimana seorang da’i memperlihatkan suatu contoh yang baik terhadap muridnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan, misalnya memperagakan cara sholat.

6. Metode Personal (Approach)

Yaitu metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melalui pendekatan kepada individu.14 Pada prakteknya metode ini bersifat “face to face” melalui tatap muka, atau pendekatan dengan bentuk personal atau individu, pokok persoalan bagi seorang pembawa dakwah harus bisa menentukan cara yang tepat dan efektif dalam menghadapi suatu golongan tertentu dalam suatu keadaan dan suasana tertentu.15

Diantara metode di atas ada juga dakwah yang dilakukan dengan menggunakan metode, seperti:

1. Bi al-Hikmah

Adalah penyeruan atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan adil, penuh kesabaran dan ketabahan, sesuai dengan risalah an-nubuwwah dan ajaran-ajaran Al-Qur’an atau wahyu ilahi yang berarti juga dakwah bijak, mempunyai makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u.16

2. Dakwah al-Mau’idzatil Hasanah

14

Depag RI, Metode Dakwah Terhadap Narapidana, (Jakarta: PPBDI,1987), h.36 15

Drs. Anwar Masy’ari, Study Tentang Ilmu Dakwah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981), h.79 16

Asep Muhidin, Dakwah Dalam Persektif Al-Qur’an, (Jakarta: CV Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-I, h.164


(34)

Adalah berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mad’u.17

3. Dakwah bi al-Mujadalah

Adalah upaya dakwah melalui jalan bantahan, diskusi atau berdebat dengan cara yang baik, sopan santun, saling menghargai dan tidak arogan. Cara berdakwah seperti ini diperuntukan bagi orang-orang yang hatinya dikungkung secara kuat oleh tradisi jahiliyah yang dengan sombong dan angkuh melakukan kebatilan, serta mengambil posisi arogan dalam menghadapi dakwah.18

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan apabila metode ini digunakan yaitu, a. Tidak menghina, mengejek merendahkan pihak lawan dan menghujat.

b. Tujuan diskusi adalah untuk mencari kebenaran sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

c. Tetap menghargai pihak lawan sebab jiwa manusia tetap memiliki harga diri. 4. Karya Wisata

Yaitu metode yang dilakukan dengan membawa mitra dakwah ke tempat-tempat yang memiliki nilai historis keislaman atau lembaga-lembaga penyelenggara dakwah dengan tujuan agar mereka dapat menghayati arti tujuan dakwah dan mendakwahkan ajaran-ajaran Islam kepada orang lain.19

5. Pemberian Bantuan Sosial

17

Moh. Ali Azis,Ilmu Dakwah, h.136 18

Asep Muhidin, Dakwah Dalam Persektif Al-Qur’an, h.167 19


(35)

Metode ini merupakan metode yang dilaksanakan dengan jalan memberikan bantuan sosial kepada masyarakat dakwah yang sifatnya mengadakan perubahan perilaku masyarakatnya menjadi lebih baik.20

c. Media Dakwah

Menurut Abdul Munir Mulkhan, media dakwah adalah peralatan yang dipakai untuk menyampaikan materi dakwah. Pada zaman modern umpanya, dakwah tidak cukup disampaikan dengan lisan atau tulisan belaka. Tanpa bantuan alat-alat modern yang sekarang itu terkenal dengan sebutan alat-alat komunikasi massa, yaitu surat kabar, radio, televisi, film, video, internet, telepon, hp dan tape recorder, kata-kata yang terucapkan dari manusia hanya dan menjangkau jarak yang sangat terbatas, sedangkan alat-alat komunikasi massa itu jangkauan dakwah tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu.21

Media adalah alat perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah kepada khalayaknya. Asal kata media adalah jamak dari bahasa latin “median” yang berarti alat atau perantara. Secara istilah media berarti sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai sesuatu tujuan dakwah yang telah ditentukan.

Macam-macam media menurut ahmad mubarok adalah:22

a. Media Visual, yaitu media atau alat yang ditangkap dengan menggunakan indera penglihatan, contohnya: media cetak (Koran dan majalah).

b. Media Auditif, yaitu media atau alat yang ditangkap dengan menggunakan indera pendengaran, contohnya: radio.

20

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet.ke-1,h.24

21

Abdul Munir Mulkhan, Idiologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: SIPRESS, 1996), h.58 22


(36)

c. Media Audiovisual, yaitu media atau alat yang ditangkap dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran, contohnya: televise, film.

Dari berbagai literature ilmu dakwah. Media dakwah dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Forum tatap muka, seperti ceramah, diskusi, dialog, seminar, worksop dan lain-lain.

b. Media yang tercetak melalui buku, artikel keagamaan disurat kabar, konsultasi keagamaan di majalah-majalah dan sebagainya.

c. Media elektronik, misalnya mimbar agama Islam di radio, kuliah subuh di televise dan program keagamaan atau rohani lainya.

d. Media cetak dan elektronik yaitu internet.23

4. Organisasi Sebagai Media Dakwah a. Pengertian Organisasi Dakwah

Organisasi dakwah merupakan sebuah organisasi yang berbentuk sebuah tim atau kelompok (dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai suatu sasaran tertentu), dimana semua kegiatannya akan bersentuhan langsung dengan para anggotanya. Sedangkan difinisi dari sebuah tim adalah sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi dan saling mempengaruhi kearah tujuan bersama.24

Dalam sebuah organisasi tentunya ada sebuah pengorganisasian, pengorganisasian adalah suatu proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggun jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta

23

Prihanto, Internet Sebagai Media Dakwah Alternatif Pada Masyarakat Informasi, (Surabaya, Jurnal Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol.4 no.2, 2001), h.1-8

24

M. Munir , S.Ag, M.A. Wahyu Ilahi, S.Ag, M.A., Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. Ke-1, h. 154


(37)

suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

b. Tujuan Pengorganisasian

Setelah organisasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengorganisasian, tujuannya adalah:25

1. Membagi kegiatan-kegiatan dakwah menjadi departemen-departemen atau divisi-divisi dan tugas-tugas yang terperinci dan spesifik.

2. Membagi kegiatan dakwah serta tanggung jawab yang berkaitan dengan masing-masing jabatan atau tugas dakwah

3. Mengoordinasikan berbagai tugas organisasi dakwah

4. Mengelompokan pekerjaan-pekerjaan dakwah ke dalam unit-unit.

5. Membangun hubungan di kalangan da’i baik secara individu, kelompok, dan departemen.

6. Menetapkan garis wewenang formal.

7. Mengalokasikan dan Memberikan sumber daya organisasi dakwah. 8. Dapat menyalurkan kegiatan-kegiatan dakwah secara logis dan sistematis

Media seperti pengertian di atas adalah, menurut Mulkan media adalah alat perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah kepada khalayaknya. Asal kata media adalah jamak dari bahasa latin “median” yang berarti alat atau perantara. Secara istilah media berarti sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai sesuatu tujuan dakwah yang telah ditentukan.

25


(38)

Jadi sesuai dengan pegertian di atas organisasi sebagai media/sarana adalah, fungsi organisasi sebagai tempat atau wadah, berkumpulnya orang atau sekelompok orang, dua orang atau lebih mempunya kesamaan tujuan dan visi misi, dalam pelaksanaan pengorganisasiannya telah ditetapkan wewenang dan tanggung jawab setiap anggota. Dengan tujuan adalah berdakwah, karena dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan organisasi sebagai tempat untuk menuangkan, menyelenggarakan, aktivitas dakwah.

B. EVALUASI

1. Pengertian Evaluasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata evaluasi artinya penilaian atau hasil.26 Menurut Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu kegiatan. Dengan demikian, penelitian evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksaan program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan program tersebut.27

Menurut Worthen and Sandhers evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, Produksi serta alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seseorang yang telah mengerjakan

26

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, h.238

27

Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1988), Cet. Ke-1, h.8


(39)

suatu hal pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya,28 atau belum.

Ralph Taylor, evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana tujuan dalam setiap program dapat tercapai.29 Sedangkan Viji Srinivasan, mengevaluasi berarti menguji dan mentukan suatu nilai, kulitas, kadar kepentingan, jumlah, derajat, atau keadaan. Viji juga mengartikan evaluasi dengan “proses penentuan keputusan tentang lingkup perhatian, pemilihan informasi yang perlu, serta pengumpulan dan analisis informasi guna memberi ringkasan data yang berguna bagi para pengambil keputusan dalam memilih diantara berbagai alternatif yang ada.30

Sedangkan H. D. Sudjana berpendapat evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan telah tercapai, apakah pelaksanaan program sesuai dengan recana dan atau dampak apa yang terjadi setelah program ditentukan.31

Maka secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap segala macam pelaksanaan program agar dapat diketahui secara jelas apakah sasaran yang dituju sudah data tercapai apa belum. Segala bentuk program apapun baik itu dalam hal profit maupun non profit ataupun nirlaba dalam pelaksanaan manajerialnya sangatlah disyaratkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Fungsi pengawas pada organisasi pada

28

Browsing, www.evaluasipendidikan.blogspot.com, tanggal 30 Desember 2008 29

Farida Yusuf Tayib Nafis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 2 30

Viji Srivinasan, Metode Evauasi Partisipatoris, dalam Walter Fernandes dan Rajesh Tandan (Editor), Riset Partisipatoris- Riset Pembebasan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 68

31

H.D. Sudjana, Manajemen Program Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Falah Production, 2000), h.283


(40)

umumnya terkait dengan proses pemantauan (monitoring) dan evaluasi (evaluation).32

Dengan demikian, evaluasi ini dimaksudkan untuk menyusun nilai-nilai indikator dalam mencapai suatu sasaran. Dengan kata lain kegiatan evaluasi adalah “suatu cara atau kegiatan untuk mengecek kekuatan dan kelemahan sebuah program serta suatu cara untuk menentukan ukuran-ukuran perbaikan bagi para mengambil keputusan.33 Sedangkan pengertian evaluasi program itu sendiri adalah penilaian pada efektifitas (keberhasilan dan kegagalan) pelaksanaan suatu program dengan cara melihat faktor-faktor, baik faktor pendukung atau faktor penghambat pelaksanaan program. Dengan dilakukan evaluasi akan terlihat faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan, perlu diperbaiki atau bahkan perlu dihilangkan juga akan berimplikasi pada apakah program tersebut layak dilanjutkan bisa ditempatkan di tempat lain atau tidak.

2. Jenis-Jenis Evaluasi

Ada beberapa jenis evaluasi, yang dalam hal ini penulis menggunakan model evaluasi yang digunakan untuk mengawasi suatu program, yaitu :

1. Evaluasi Input, evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu program, setidaknya ada variabel utama yang masuk dalam evaluasi ini, yaitu masyarakat (peserta program), tim atau staf dan program. Terkait dengan evaluasi ini ada empat kriteria yang perlu dikaji : tujuan program, penilaian terhadapat kebutuhan program,

32

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: FEUI Press), cet : 3, Edisi Revisi, h. 187

33

Viji Srivinasan, Metode Evauasi Partisipatoris, dalam Walter Fernandes dan Rajesh Tandan (Editor), Riset Partisipatoris- Riset Pembebasan, h. 68


(41)

dan standar suatu praktek yang terbaik dengan biaya untuk pelaksanaan program.

2. Evaluasi proses, evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan.34 Evaluasi ini memfokuskan kepada efektifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan merupakan pusat dari pencapaian tujuan program, bagaimana pendampingan dilakukan, kebijakan lembaga dan kepuasan dari peserta.

3. Evaluasi hasil, evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan-tujuan yang sudah direncanakan tercapai, yakni diarahkan kepada evaluasi keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerima layanan.35 Sehingga pertanyaan utama pada evaluasi ini adalah kapan suatu program bisa dikatan berhasil mencapai tujuannya dan bagaimana anggota akan menjadi berbeda setelah mengikuti kegiatan tersebut. Evaluasi ini juga dugunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Data yang dihasilkan akan sangat berguna bagi administrator dalam menentukan apakah program diteruskan, dimodifikasi atau dihentikan.

Kriteria-kriteria keberhasilan evaluasi dapat dilihat mencangkup :

1. Berorentasi pada program, kriteria keberhasilan. Pada umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program.

34

Elly Irawan. Dkk, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 18 35

Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi Komunitas Pengantar Pada Pemikiran Dan Pendekatan Praktis, h. 198-199


(42)

2. Berorentasi pada masyarakat, pada umumnya dikembangkan berdasarkan perubahan perilaku masyarakat. Misalnya sikap kemandirian dan lain sebagainya.

3. Tujuan Evaluasi dan Manfaat Evaluasi

Sebuah program dibuat dikemudian nantinya dilakukan proses evaluasi, untuk itu tujuan evaluasi dan mafaatnya sangatlah penting untuk diketahui, adapun tujuan evaluasi adalah menilai sejauh mana intervensi berhasil mencapai sasaran dan tujuan proyek dan menentukan apakah intervensi harus diubah agar lebih efektif.

Tujuan evaluasi program adalah:36

1. Membuat kebijakan dan keputusan 2. Menilai hasil yang dicapai

3. Menilai rencana program

4. Memberikan kepercayaan pada lembaga 5. Memperbaiki dana yang telah diberikan 6. Memperbaiki materi program

Dari tujuan evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah alat manajemen yang berorentasi pada tindakan dan proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya ditentukan sistematis dan seobjektif mungkin. Data-data yang ada dapat digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang menuju peningkatan kegiatan yang lebih baik.

36


(43)

Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. demikian juga dengan evaluasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 13) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.37

Sedangkan manfaat evaluasi, jika kita tilik dari pendapat Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat Fourstein, dia menyatakan bahwa ada 10 alasan, mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu:38

1. Untuk melihat apa yang sudah dicapai

2. Melihat kemajuan, dikaitkan dengan objektif (tujuan) program 3. Agar tercapai manajemen yang lebih baik

4. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan, untuk memperkuat program 5. Melihat apakah usaha yang dilakukan secara efektif

6. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup rasionable

7. Untuk merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik 8. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama atau

mengajak pihak lain untuk melaksankan metode yang serupa bila metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik

9. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas, dan

10.Memberikan kesempatan untuk mendapatkan, masukan dari masyarakat.

37

www.evaluasipendidikan.blogspot.com, Browsing Tanggal 30 Desember 2008 38

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan masyarakat Dan Intervensi Komunitas, Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, Edisi Revisi, h. 189


(44)

(45)

A. Sejarah Berdirinya IPHI DKI Jakarta 1. Latar Belakang IPHI

Di awali dengan berdirinya beberapa organisasi persatuan haji di daerah seperti Jam’iyatul Hujah Indonesia dan Persaudaraan Jamaah Haji Indonesia di Yogjakarta maka, pada tahun 70-an Departemen Agama melalui kantor-kantor Departemen Agama yang ada, menganjurkan kepada jamaah haji di daerah-daerah untuk membentuk organisasi-organisasi persatuan haji. Dengan maksud untuk mempermudah dan melestarikan kemabruran hajinya.

Pada tahun 1990, organisasi ini bernama badan koordinasi Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (BAKOR-IPHI). Pada 1993, tepatnya pada muktamar II, Ikatan Persaudaraann Haji Indonesia (IPHI) atau yang familier dengan sebutan “Persaudaraan Haji” resmi dibentuk. Organisasi ini bersifar independen, non politik serta berakidah Islamiyah. Keanggotaanya adalah umat Islam Indonesia yang telah menunaikan ibadah haji, dengan jenjang kepengurusan dari tingkat ranting di kelurahan/desa yang tersebar di wilayah Indonesia.

Dari hasil mukhtamar III yang berlangsung di Boyolali tahun 1999 diketahui bahwa tujuan dibentuknya lembaga ini adalah memeliharaan dan mengupayakan pelestarian haji mabrur guna meningkatkan partisipasi umat dalam pembangunan bangsa yang diridhai Allah SWT. Organisai ini diharapkan tampil menjadi wahana penghimpun potensi para jamaah haji Indonesia, penyerap dan penyalur aspirasi umat, juga sebagai sarana untuk mempererat Ukhuwah Islamiyah sesama umat. Adapun struktur organisasinya meliputi Tingkat Pusat,


(46)

Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten Kota, Tingkat kecamatan dan Tingkat Kelurahan.

Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) merupakan organisasi kebajikan bersifat independen bertujuan memelihara dan mengupayakan pelestarian haji mabrur guna meningkatkan peran serta umat dalam pembangunan bangsa dan Negara yang di ridhoi Allah SWT. Dalam upaya untuk mencapai tujuan IPHI menghimpun potensi para hujjah sebagai sumber daya manusia yang sangat potensial untuk mewujudkan tugas dan fungsi organisasi untuk menyerap dan menyalurkan aspirasi umat dalam menyukseskan pembangunan nasional sehingga terbentuk masyarakat adil dan makmur dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam meningkatkan peran sertanya organisasi Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia senantiasa berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kritis dalam menyingkapi perkembangan yang ada dan tanggap terhadap setiap fenomena yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, serta merumuskannya dalam bentuk program yang disusun secara sistematis dan pragmatis dalam rentang waktu tertentu sesuai dengan ketentuan organisasi. Untuk itulah diperlukan suatu mekanisme organisasi yang bertugas menyerap semua aspirasi, dan merumuskannya ke dalam bentuk program nyata, serta mengevaluasi setiap langkah-langkah kebijaksanaan yang sudah dilakukan.

Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) adalah organisasi struktural/vertikal dengan Pengurus Pusat (Nasional) berada di ibu kota Negara, Pengurus Wilayah di Provinsi, Pengurus Daerah di Kotamadya/Kabupaten, pengurus cabang di Kecamatan sesuai dengan Agaran Dasar (AD) dan angaran


(47)

rumah tangga (ART), sedangkan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Provinsi DKI Jakarta, merupakan kelanjutan dari Majelis Persaudaraan Haji (MPH) DKI Jakarta, yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 10 Januari 1987, secara resmi berganti nama menjadi IPHI Propinsi DKI Jakarta yaitu setelah diadakan mukhtamar yaitu pada tanggal 22 maret 1990. Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) tingakat pusat terdaftar di Departemen Dalam Negeri, sedangkan IPHI Provinsi DKI Jakarta terdafar di Pemerintah Provinsi dalam hal ini Direktorat Sosial Politik DKI Jakarta No. 328/SKT/Ka/IX/1998, No. Urut 432, tanggal 11 September 1998. Dasar dari Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, akidah Islam, dengan sifar organisasi sebagai organisasi kebijakan non provit, non politik serta independen. sama dengan sifat dan wacana IPHI nasional, karena IPHI DKI Jakarta adalah terusan dari tingkat nasional yaitu IPHI Nasional yang berkantor di Jl. Tegalan Matraman, Jakarta pusat. Sedangkan kantor pengurus wilayah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Provinsi DKI Jakarta, beralamat di; Jl. Taruna II No.1 Jl. Raya Bekasi Timur Km.18, Telp/Fax: (021) 46820549 Jakarta Timur 13930.

Sama dengan lambang atau logo IPHI Nasional, Lambang atau logo dari IPHI DKI Jakarta adalah ka’bah dengan latar dua menara yang dilingkari rantai berwarna emas dengan warna menara dan ka’bah berwarna hitam dengan kombinasi sedikit warna putih pada ka’bah dan dua menara, dan warna hijau pada layout. Sedangkan mengenai makna dan arti lambing IPHI DKI Jakarta adalah, pertama yang berkaitan dengan logo ka’bah mengandung arti atau makna akan arah ketaatan umat Islam kepada Allah Subhanu wa Ta’ala sebagai pusat ibadah


(48)

haji yang berada di kota suci Mekah, kedua mengenai logo 2 (dua) menara Masjid bermakna 2 (dua) kalimat Syahadat serta Rukun Islam dan Rukun Iman, ketiga mengenai rantai berwarna kuning emas bermakna persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan tujuan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, keempat warna hijau adalah bermakna kemakmuran serta kesejahteraan lahir dan bhatin bagi seluruh ummat Islam pada umumnya, anggota Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia pada khususnya. Kelima adalah warna hitam yang bermakna kokoh dan konsistennya (istiqomah) dalam menjalankan ibadah, keenam adalah warna kuning keemasan bermakna kebangkitan ummat Islam bagi kemaslahatan seluruh ummat Islam, dan yang ketujuh adalah warna putih bermakna kesucian dan ketulusan dalam mewujudkan tujuan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia.

2. Fungsi

Sebagai orgainisasi, pastilah mempunyai fungsi salah satunya adalah sebagai:

a.Sebagai wahana penghimpun potensi hujjah Indonesia, penyerap dan penyalur

aspirasinya yang diwujudkan dalam bentuk pengamalan program kerja.

b. Sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan, khususnya bidang mental, spiritual dan kesejahteran sosial.

3. Tujuan

Tujuaan yang akan dicapai IPHI Propinsi DKI Jakarta, adalah bertujuan untuk:


(49)

a. Mewujudkan kerjasama di antara para hujjah dalam upaya memelihara, melestarikan dan memberikan pengaruh haji mabrur guna mensukseskan pembangunan yang diridhoi Allah SWT, dalam segala bidang.

b. Memberikan Penyuluhan, bimbingan dan pembinaan kepada calon jama’ah haji serta pasca haji.

c. Berupaya membantu kaum dhua’fa supaya dapat berperan dan berguna di tengah-tengah masyarakat yang bersifat plularistik.

Selain dari itu IPHI beserta anggotanya diharapkan, dapat menjadi pelopor dalam membangun akhlakul karimah dalam rangka membentengi diri terhadap pengaruh ngatif budaya mancanegara yang masuk ke Indonesia.

4. Unit Usaha Yang Dimiliki

Selain untuk memberikan wadah untuk para jamaahnya, IPHI DKI Jakarta juga mempunyai unit usaha yang bisa dikaryakan, diantaranya:

a.Wartel, bertempat di kantor pengurus wilayah Ikatan Persaudaraan Haji Provinsi DKI Jakarta. (unit usaha ini tidak berjalan lagi, namun untuk fisiknya masih ada).

b. Poliklinik Umum, di Matraman.

B. Visi dan Misi IPHI DKI Jakarta

Dalam hal ini menurut pengertiannya visi adalah suatu gambaran ideal yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi di masa yang akan datang. Sedangkan misi adalah suatu pernyataan sikap tentang aktifitas dari perusahaan atau organisasi.1 Visi dan Misi IPHI DKI Jakarta adalah untuk memelihara dan

1

Viscent Gasdpersz, Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), Cet. Ke-1, h.3


(50)

menularkan kemabruran ibadah haji.2, haji mabrur itu sendiri mempunyai pengertian haji yang dilaksanakan dengan niat karena Allah semata, dengan biaya yang halal dan mengerjakan segala ketentuan berhaji dengan sempurna. Haji itu tidak dicampuri dengan perbuatan dosa, sunyi dari riya dan tidak dinodai dengan kata-kata kotor (rafats), perbuatan yang melanggar aturan (fusuq) dan tidak berbantah-bantahan (jidal). Jadi pada dasarnya visi dan misi yang ada di IPHI DKI Jakarta adalah3:

Visi

Meningkatkan implementasi haji mabrur di tengah-tengah masyarakat sehingga mencapai kondisi umat dan bangsa yang sejahtera.

Misi

Memberdayakan para jamah haji dalam melestarikan hajinya menjadi panutan dan pilar peningkatan kualitas umat dan bangsa Indonesia.

C. Struktur kepengurusan IPHI DKI Jakarta

Setiap organisasi pasti akan mempunya struktur yang jelas dan terperinci di setiap lini dan bagiannya, organisasi adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan terperinci maka dalam struktur tersebut akan tampak wewenang serta jabatan dari masing-masing anggota. Dengan demikian semua program kerja dan tujuan yang telah ditetapkan bersama akan berjalan baik, susunan kepengurusan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) DKI Jakarta Masa Bakti 2004-2009, adalah:

2

Wawancara Pribadi dengan Drs. H. E. Mahpudin Tanggal 12 Juni 2009 3

Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (PP-IPHI), Hasil Rakernas VIII Tahun 2009, (Jakarta 19 Maret 2009), h.86


(51)

I. Dewan Pembina

1. Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

2. Ka. Kanwil Departemen Agama Provinsi Daerah Khusu Ibukota Jakarta 3. Ketua Majlis Ulama Indonesia Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta II. Dewan Penasehat

1. H. Eddy Ruchijat Soheh, SH (Koordinator)

2. Kepala Biro Administrasi Kesmas Prov. DKI Jakarta 3. Kepala Dinas Bintal Kessos Provinsi DKI Jakarta 4. Drs. H. Effendi Anas, MSi

5. Drs. H. M. Suparman 6. KH. Padhil Tasmil 7. Drs. KH. Mahrus Amin

8. Drs. H. Abdurrahman Hidayat, MM 9. Drs. H. Amin HS

III. Pengurus Harian

Ketua : Drs. H. E. Mahpudin

Wakil Ketua : 1. Drs. H. Aries Tjahjono, M.Pd (Kabid Haji Kanwil Dep. Agama)

2. Drs. H. Anshori, SH, M.Pd (Kepala Kantor Urusan Haji)

3. Drs. H. Azhari Baidhawi 4. Hj. Nila Arwani Widodo 5. Ir. H. Andi M. Yusuf Sekertaris : Drs. H. Arfan Buaiturgak


(52)

Wakil Sekertaris : 1. Drs. H. Marjaya A

2. H. Asep Imam Sudrajat, SE 3. Drs. H. M. Thaher Anshory, SH 4. H. Ajat Sudrajat, S. Ag

Bendahara : Drs. H. Hambali Wakil Bendahara : 1. H. A. Karim Hasan

2. Drs. H. Effendi HS

3. Drs. H. Abdurrohim Cholis, MM IV. Bidang-Bidang

1. Organisasi dan Keanggotaan

Ketua : Drs. H. M. Soeroso, MM (Koordinator) Anggota : 1. H. Jahdie Ar Rusyad, BA

2. H. Amir Hamzah, S. Ag

3. Drs. H. Ahmad Ghozali, MA (Kasie Haji Jakarta Pusat) 4. H. Junaidi Hammawi, SH (Kasie Haji Jakarta Utara) 5. Drs. H. Anwar Ruhaini, MM (Kasie Haji Jakarta Barat) 6. Drs. H. Mudehir (Kasie Haji Jakarta Selatan)

7. Drs. Misbahuddin (Kasie Haji Jakarta Timur) 2. Da’wah dan Ta’lim

Ketua : K.H. Tajuddin Nur (Koordinator) Anggota : 1. Dra. Hj. Ana Sitepu

2. Dra. Hj. Rahmah Hupi 3. Drs. H. Ahmad Fayumi 4. H. Suad Lubis


(53)

5. Drs. H. Mabrur Abdu 3. Bidang Ibadah Sosial dan Kesejahteraan Ummat

Ketua : Drs. H. Komaruddin Hasyim (koordinator) Anggota : 1. dr. H.M. Masyhur. MPH

2. Drs. H. Ja’far Abdul Malik 3. Drs. H. Zainuddin

4. H. Koko E. Sukardja, SE 5. Drs. H.A. Wahid Hasan 4. Bidang Humas dan Publikasi

Ketua : Drs. H. Eddy Suchla Barnas (koordinator) Anggota : 1. Drs. H.M. Tugiman

2. Drs. H. Gulam Gaos 3. H. Husin Ady, SH

4. H. Ismet Muhammad Slamet 5. Bidang Pendidikan dan Latihan

Ketua : Drs. H. Burhan Nury A, Lc, MM (koordinator) Anggota : 1. Drs. H. Abdul Rosyid, M.Pd

2. H. Endi Suwandi, BA 3. Drs. H. Marullah Lc, MA 4. H. Muhammad Nur

5. Dra. Hj. Eny Prima Kuswanti, MM 6. Bidang Dana dan Usaha

Ketua : Drs. H. Zahidi Chozin, MM 9 (koordinator) Anggota : 1. Drs. Madani Ismail


(54)

2. Hj. Teka Sien Sumardi

3. Drs. H. Sugeng Supardjo, MM 4. Drs. H. Hafid Taptahzami 7. Bidang Peranan Wanita

Ketua : drg. Hj. Indah Lewenusa, MM (koordinator) Anggota : 1. Hj. Mis Monalisa

2. Hj. Ismawaty Tabrani 3. Dra. Hj. Tri Danarsih, MM 4. Hj. Hawayati Anwar.

D. Program Kerja IPHI DKI Jakarta

Sebuah organisasi pasti mempunya suatu visi dan misi untuk menentukan kemana arah dan tujuan organisasi itu bergerak, dan membuat suatu program kerja yang akan dilaksankan dan dituruti, Sesuai dengan keputusan Musyawarah Daerah ke-IV Ikatan Persaudaraah Haji Indonesia (IPHI) DKI Jakarta, adapun program kerja yang ada di IPHI DKI Jakarta adalah:

1. Bidang Organisasi dan Keanggotaan

Bidang organisasi dan keanggotaan membawahi kegiatan yang bersifat organisai dan keanggotaan dari jamaah IPHI DKI Jakarta.

a. Meningkatkan kinerja Sekretariat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

b. Meningkatkan koordinasi dengan Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, Pemerintah Daerah DKI Jakarta, kantor wilayah


(55)

Departemen Agama Propinsi DKI Jakarta, Kandepag Kotamadya serta Instansi terkait lainya.

c. Meningkatkan Koordinasi dengan KBIH dan AMPUH agar berpartisipasi ikut berpartisipasi aktif dalam wadah IPHI DKI Jakarta.

d. Melaksanakan pendataan ulang tentang keanggotaan.

2. Bidang Dakwah dan Ta’lim

Di dalam bidang ini, terlaksana yaitu dengan melakukan kegiatan yang bersifat memberikan ajakan dan pengetahuan Islami. Kegiatan yang sudah berlangsung dan terlaksana adalah:

a. Meningkatkan kegiatan pengajian bulanan bagi anggota, pengurus, hujjah, serta umat Islam pada umumnya.

b. Meningkatkan program dakwah yang diselenggarakan oleh IPHI Pusat, yang berada di jalan Tegalan, Jakarta.

c. Mengadakan kunjungan kelembaga keagamaan, panti asuhan/panti jompo serta lembaga sosial lainya.

d. Mengadakan kerjasama dengan media elektronik dan media cetak Pemerintah maupun swasta dalam bidang dakwah.

3. Bidang Ibadah Sosial dan Kesejahteraan Ummat

Program dibidang ibadah sosial dan kesejahteraan umat, yang dilakukan adalah dengan adanya, berupa kegiatan. adalah:

a. Membantu/membentuk/mendirikan panti asuhan/jompo dilima wilayah kotamadya.


(56)

b. Mengusahakan sumber dana bagi panti asuhan/jompo dan lembaga pendidikan agama, serta memberikan beasiswa bagi yang tidak mampu dan berprestasi.

c. Membantu anggota IPHI yang terkena musibah berdasarkan laporan Pengurus masing-masing wilayah

d. Mengadakan kerjasama dengan Rumah Sakit Haji Jakarta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan/kesehatan anggota IPHI DKI Jakarta.

4. BIdang Humas dan Publikasi

Bidang humas publikasi adalah bidang yang membawahi kegiatan yang berhubungan dengan komunikasi dengan masyarakat luas dan pempublikasian baik itu IPHI DKI Jakarta, atau yang lain. adalah:

a. Mengusahakan terbitnya kembali majalah bulanan Al-Mabrur IPHI DKI Jakarta. Dengan melibatkan pengurus IPHI di lima Wilayah Kotamadya dan Kabupaten Kepulaan Seribu.

b. Mempublikasikan Kegiatan IPHI DKI Jakartadan IPHI yang ada dilima Wilayah Kotamadya melalui majalah Amanah (majalah IPHI Pusat) atau media lainya.

c. Mengadakan penerbitan buku bimbingan manasik haji serta liflet haji. d. Menerbitkan bulletin jum’at.

5. Bidang Pendidikan dan Latihan

Diantara kegiatan yang ada dibidang ini adalah kaitannya dengan pelatihan dan pengajaran untuk jamaah dan lainya, diantaranya:

a. Mengadakan kursus-kursus bagi anggota IPHI serta keluarganya dan masyarakat.


(57)

b. Menyelenggarakan/mendirikan lembaga pendidikan formal dan non formal atau bekerjasama dengan lembaga yang sudah ada di masyarakat. c. Mengadakan kursus/bimbingan manasik haji di lima wilayah Kotamadya

dan di Kepulauan seribu bekerjasama dengan kantor Departemen Agama Kotamadya dan Kantor Urusan Haji Propinsi DKI Jakarta.

d. Mengadakan pembinaan haji bekerjasama dengan lembaga keagamaan (Pondok pesantren, madrasah, majlis ta’lim) dan KBIH.

6. Bidang dana dan Usaha

Bidang ini adanya aktivitas untuk menerima dan mengelola dan mengeluarkan dana itu sesuai keperluan dan ketentuan yang telah diberlakukan baik guna dan keguanaanya, yaitu:

a. Mengusahakan adanya dana abadi untuk menunjang kegiatan operasional organisasi.

b. Mengusahakan/mengaktifkan koperasi di DPD-I dan DPD II c. Mengusahakan berdirinya Poliklinik di lima wilayah kotamadya. d. Mengusahakan berdirinya wartel di lima wilayah kotamadya. e. Mengusahakan berdirinya mini market dilima Wilayah Kotamadya.

f. Membentuk LAZIS IPHI DKI Jakarta dan mengadakan kerjasama dengan Bazis Propinsi DKI Jakarta untuk mengumpulkan ZIS dikalangan anggota IPHI.

7. Bidang Peranan Wanita

Hal dibidang peranan wanita adalah yang berkaitan dengan aktivitas yang bertujuan mengenai seputaran peranan wanita,


(58)

b. Meningkatkan peran gender wanita dalam segala hal.

Sebagai organisasi struktural dimana susunan organisasinya adalah terdiri dari tingkat pusat, tingkat provinsi, tingkat kabupaten, tingkat kecamatan dan tingkat kelurahan, dengan ini IPHI DKI Jakarta adalah kelanjutan dari IPHI Nasional.

Dengan adanya pembagian program yang ada di IPHI Nasional menjadi acuan bagi IPHI DKI Jakarta untuk menyusun program kerja yang akan di lakukan dalam rentang peridode 2004-2009.

E. Pelaksanaan Kegiatan Dakwah

Pelaksanaan Kegiatan Dakwah IPHI DKI Jakarta adalah, berhubungan dengan aktifitas dakwah yang rutin dilakukan oleh jamaah anggota IPHI DKI Jakarta, kegiatannya atara lain:

1. Kegiatan Dakwah a. Kegiatan Bulanan

Adalah kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu, telah ditetapkan, dimana aktivitasnya dilakukan pada bulan yang terjadwal.

1. Melalui Majlis Ta’lim IPHI, dilakukan dengan ceramah dan tabligh, dengan pemaparan materi-materi Islam, dilaksanakan di tiap-tiap kota madya di Jakarta.

2. Melalui Majlis Ta’lim Perempuan IPHI DKI Jakarta, kegiatannya dilaksanakan setiap 1 bulan sekali, pada hari Rabu ke 2 dan Rabu ke 4 bertempat di JIC (Jakarta Islamic Center) Koja, Tanjung Priok, materi yang diberikan adalah


(59)

materi Islami atau umum, seputaran haji, jika kebetulan seperti pada musim haji isi materi lebih ditekankan pada materi seputaran manasik haji.

3. Melalui gabungan organisasi lain, dengan perantara KODI/FKLD (Forum Komunikasi Lembaga Dakwah), Jadi perwakilan anggota jamaah IPHI DKI Jakarta bergabung dengan perwakilan organisasi-organisasi lain yang ada di DKI Jakarta, dilakukan dengan bergelirin berkunjung ke tempat-tempat organisasi yang mendapat jatah tuan rumah, juga diadakan di JIC (Jakarta Islamic Center) apabila di sepakati pertemuannya tidak bertempat di tempat organisasi yang mendapat jatah, Jumlah keseluruhan anggotanya ada 32 Lembaga dakwah. Kegiatannya berupa tabligh dan ceramah, selain untuk memperdalam Islam dengan ceramah keagamaan, tujuan lain adalah untuk mempererat ukhwuwah Islamiyah, dan berguna untuk bertukar informasi tetang dakwah yang sedang aktual, sehingga bisa didiskusikan bersama dengan jamaah dari organisasi lainnya. Kodi Berperan dengan mengatur giliran tuan rumahnya sebulan sekali dengan, pergantian ketua atau pengurusnya dilakukan setiap 6 bulan sekali.

4. Bekerja sama dengan KBIH yang salah satu pengurus atau staf KBIH tersebut adalah anggota IPHI DKI Jakarta untuk memberikan wawasan keluarga sakinah kepada jamaah KBIH tersebut, yang nantinya di report kepada IPHI DKI Jakarta.

5. Lazis IPHI DKI Jakarta menyalurkan, hasil dari zakat, infak dan shodaqoh, kepada yang berhak menerima, setidaknya dilakukan setiap 2 bulan sekali.


(60)

Adalah kegiatan yang diagendakan hanya dilakukan pada 1 kali pelaksanaan dalam satu tahun.

1. Mengutus juru dakwah Khotib atau penceramah pada lembaga pemasyarakatan dan instasi-instansi lain, berkoordinasi dengan KODI DKI Jakarta untuk memberikan ceramah keagamaan pada bulan Ramadhan.

2. Kegiatan pelatihan Manasik Haji yang dilakukan dengan berkoordinasi dengan Depag. Kantor Urusan Agama (KUA) dibawah wewenang Depag memberikan pelatihan dan pengetahuan tetang cara dan tata cara berhaji, dilakukan pada musim haji, untuk memberikan pengetahuan tentang manasik haji tidak hanya diperlukan wawasan teoritis, juga diperlukan wawasan nyata (pengalaman). Notabennya jamaah IPHI adalah jamaah pasca haji. Yang tentunya pengalaman adalah faktor pendukung untuk memberikan wawasan teoritis tersebut, maka biasanya Depag menggaet IPHI DKI Jakarta untuk memberikan manasik haji kepada calon jamaah haji Khusus DKI Jakarta. Dalam hal ini IPHI sifatnya adalah diperbantukan. Karena untuk mengurusi haji adalah wewenang Kantor Urusan Agama di bawah naungan Depag.

3. Pelatihan kader mubaligh dan khotib, yatu kegiatan yang dilakukan dengan memberikan wawasan tentang khutbah dan ceramah pada jamaah IPHI DKI Jakarta dengan berorentasi pada pencetakan kader dakwah. Awalnya kegiatan ini adalah diorentiasikan pada pemberian beasiswa kepada umum berupa pelatihan kader mubaligh tanpa biaya, namun karena tidak ada peminat. Maka dalam pelaksanaannya diikuti oleh Jamaah IPHI dan pada akhir tahun 2008 telah mencetak lulusan 20 orang.


(61)

4. Lazis IPHI DKI Jakarta setiap tahunya menyelenggarakan penyaluran Zakat Fitrah.

c. Kegiatan Yang Terkendala

1. Menyalurkan potensi jamaah IPHI DKI Jakarta yang bisa Khotib jum’at, atau penceramah, yang memiliki kemampuan organisatoris untuk menjadi pengurus pada kepengurusan IPHI DKI Jakarta, bahkan pernah menyalurkan potensi haji yang mempunya latar belakang gelar akademik kesehatan untuk disalurkan pada Rumah Sakit Haji. Namun penyaluran potensi jamaah yang memiliki latar belakang akademik kesehatan untuk disalurkan pada RS Haji sudah tidak terlaksana.

2. Kegiatan bakti sosial yang kegiatanya dilakukan setiap setahun sekali. Namun tidak jarang dilakukan bila ada dana yang memungkinkan, Dikarenakan untuk melakukan kegiatan bakti sosial membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sedangkan IPHI adalah organisasi yang orentasinya bukan keuntungan profit semata. Adapun kegiatan sosial yang telah dilaksanakan adalah kegiatan berobat gratis, sunatan massal, dan kegiatan sosial lain yang sifatnya adalah dadakan seperti jika ada bencana alam.

3. Menerbitkan dan membagikan buku yang memberikan wawasan tentang manasik haji. Yang diberikan secara gratis pada jamaah IPHI DKI Jakarta. 4. Menerbitkan buku tentang keluarga sakinah.

5. Kegiatan penyambutan jamaah pasca haji (tasyakuran) yang telah tiba di tanah air, dalam pelaksanaannya terdapat ceramah agama, dan pemberian dana santunan pada keluarga jamaah haji yang meninggal di Tanah Suci. Dalam penyambutan dibutuhkan dana yang besar.


(62)

6. Adanya poliklinik umum yang memberikan pengobatan dengan harga yang murah, dan dalam 5 tahun ini telah melakukan kegiatan bakti sosial dengan melakukan kegiatan sunatan masal, yang telah di lakukan di salah satu masjid di johar baru, rumah sakit haji dan pernah di IPHI Pusat yaitu di Jl. Tegalan, Matraman.

7. Koperasi IPHI DKI Jakarta, yaitu koperasi yang dibentuk dan dijalankan oleh anggota dan pengurus dari IPHI, koperasi ini menjual berbagai macam sembako dengan harga murah, pada waktu-waktu tertentu seperti pada saat musim haji koperasi ini mebuat film haji untuk ditayangkan pada saat pelatihan manasik haji, pembuatanya dilakukan secara profisional dengan bekerja sama dengan rumah produksi film ternama. Bahkan pernah suatu kali pembuatan ini disutradai oleh Khoirul Umam dan pernah dibintangi oleh Hj. Nani Wijaya. namun pembuatan film haji ini terkendala masalah biaya. Untuk membuat film, IPHI hanya mengandalkan kucuran dana dari Depag.

8. Menjalin kerjasama dengan Media baik cetak maupun elektronik.

9. Membantu mendirikan panti sosial anak yatim/jompo, pada awalnya sesuai dengan apa yang telah diprogramkan ini sudah berjalan, namun dikarenakan kendala dana pada tahun 2008 kegiatan ini tidak terlaksana, wewenang dari pendirian dan pengurusan panti jompo yang telah didirikan IPHI DKI Jakarta dilimpahkan pada salah satu jamaah IPHI DKI Jakarta yang memiliki dana, untuk mengurusnya. Namun tetap dalam laporan kegiatannya selalu dilaporkan pada IPHI DKI Jakarta.


(63)

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan dakwah. Diantara tujuan yang akan dicapai adalah:

a. Untuk melestarikan tingkat ibadah setelah berhaji.

b. Untuk menyalurkan semangat ibadah haji setelah berhaji.

c. Untuk menjalin silaturahmi di antara hujjah maupun dengan masyarakat luas.

d. Menyalurkan potensi yang dimiliki oleh para hujjah, yang memiliki keahlian di bidang dakwah ataupun lainya.

e. Untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

3. Sumber Dana

IPHI DKI Jakarta adalah organisasi yang tidak mencari keuntungan materi semata, dalam hal ini mendapatkan sumber dana dari:

1. Donatur

Donator ini bersumber dari jamaah dan donatur dari pihak lain, jadi bisa dikatakan donatur berasal dari donatur tetap dan tidak tetap. Donatur tetap adalah dari iuran anggota. Dan donatur tidak tetap adalah adanya sumbangan dari anggota IPHI DKI Jakarta diluar iuran ataupun pihak luar.

2. Sponsor

Ketika akan mengadakan kegiatan yang sifatnya massal, IPHI DKI Jakarta mengajukan proposal pada instansi-instansi tertentu, salah satunya adalah yang pernah dijalankan, yaitu sponsor dari Bank dan perusahaan rokok.


(64)

Sumber dana yang berasal dari Pemda adalah jika akan diadakan Muswil (Musyawarah Wilayah). Maka Pemda DKI Jakarta akan menggelontorkan dana untuk membantu terlaksananya kegiatan tersebut.

4. Unit Usaha IPHI DKI Jakarta

Salah satunya adalah dari pemasukan koperasi IPHI dan poliklinik, beberapa keuntungan yang dihasilkan dari unit usaha yang dimiliki IPHI DKI Jakarta, dari hasil ini memberikan pemasukan kas sebagai salah satu sumber dana untuk menjalankan organisasi.

5. Depag (Departemen Agama)

Pengajuan sumber dana ke Depag (Departemen Agama) dengan melalui mekanisme dan pengajuan yang benar, bisa melalu proposal, misalnya ketika IPHI DKI Jakarta akan membuat film tentang haji. IPHI DKI Jakarta mendapatkan informasi akan adanya dana dari Depag (Departemen Agama) untuk pembuatan film haji, kemudian direspon oleh IPHI.


(65)

Sebelum penulis melangkah lebih jauh, maka penulis mencoba mengkerucutkan sudut pandang penulis sebagai langkah untuk memformulasikan analisis ini, supaya tidak melebar. Penulis menggukanan teori evaluasi hasil untuk melihat apakah pelaksanaan dakwah IPHI DKI Jakarta sudah terlaksana dengan baik, untuk itu penulis telah mewawancarai staf IPHI DKI Jakarta yang juga adalah jamaah IPHI DKI Jakarta, untuk mengetahui Apakah tujuan program dakwah IPHI DKI Jakarta tercapai?, Untuk menilai apakah kegiatan dakwah IPHI DKI Jakarta sudah memenuhi kebutuhan jamaah?, penulis menyimpulkan dengan melihat efek atau pengaruh yang ada setelah pelaksanaan program dilaksanakan.

A. Analisis Keberhasilan Tujuan Program Dakwah Tahun 2008 IPHI DKI Jakarta

Untuk menganalisa keberhasilan program dakwah yang ditelah dilakukan IPHI DKI Jakarta perlu ada titik ukur mengenai keberhasilan dari program dakwah yang akan penulis analisis, maka dari itu penulis menggunakan tujuan dari visi misi IPHI DKI Jakarta untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai. Visi misi dari IPHI DKI Jakarta adalah untuk memelihara dan

menularkan kemabruran ibadah haji1. Sehingga bisa membawa dampak

keagamaan pada masyarakat luas.

1. Analisis Keberhasilan IPHI Dalam Memilihara Kemabruran Ibadah Haji

1

Wawancara pribadi dengan H. Mahpudin


(66)

Untuk melihat tingkat keberhasilan IPHI DKI Jakarta dalam upaya memelihara haji mabrur, adalah dengan melihat kegiatan yang telah dilakukan.

a. Ceramah

Majlis ta’lim IPHI DKI Jakarta memberikan wawasan Islam kepada Jamaah bertujuan memberikan pendalaman keilmuan Islam secara luas, yang berkaitan dengan akidah, fiqih, supaya ibadah dari pasca haji tidak meluntur, dalam hal ini kegiatan yang dilakukan adalah dengan metode ceramah yang sudah dilakukan IPHI DKI Jakarta, seperti yaitu di majlis ta’lim IPHI DKI Jakarta.

b. Pengajian

Berupa kegiatan yang dilakukan majlis ta’lim perempuan IPHI DKI Jakarta, aktifitasnya berupa kegiatan ceramah dan tabligh, peserta jamaah wanita, diberikan materi Islam, dengan pengajian.

Semua kegiatan di atas senantiasa dianjurkan kepada jamaah untuk senantiasa: 1. Mengucapkan Salam (afsyus salam)

Jamaah haji yang telah pulang dari Tanah Suci, ditanamkan rasa kesadaran untuk selalu menebarkan salam, maksudnya adalah agar tidak ragu menyapa dengan menggunakan assalmu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh dengan pengucapan salam ini adalah doa bagi yang mengucapkan dan yang menjawab. Di antara para jamaah sebagaian besar telah mempraktekan anjuran ini dengan menyapa dengan salam. Tidak ada rasa ragu dan malu ketika bertemu bahkan ketika berada di jalan sekalipun, jamaah tidak ragu untuk mengucapkan salam kepada orang lain.


(1)

mempertimbangkan unit-unit usaha atau pun yang lain dengan keuntungan yang bisa dimanfaatkan untuk sumber dana, agar kegiatan dakwah yang terhenti dikarenakan permasalahan keuangan bisa dilanjutkan. Sehingga manfaat dakwah yang akan diperoleh lebih maksimal.

3. Pelaksanaan bukan formalitas tertulis saja tetapi juga perlu dilakukan dan dibuktikan. Adanya latar belakang yang beragam memunculkan aspirasi yang beragam sehingga terkadang apa yang sudah diprogramkan tidak berjalan dengan baik.

4. Harus Adanya keselarasan bersama untuk memajukan IPHI DKI Jakarta, diantara para anggota IPHI DKI Jakarta. Yang dituangkan dengan bentuk partisipasi aktif dari anggota dan jamaah IPHI DKI Jakarta dan Memberikan wacana dakwah yang luas dengan metode ceramah atau pun yang lain dengan penambahan materi-materi umum yang diagendakan sesuai dengan kondisi sekarang. Karena bobot materi yang ada di IPHI lebih ditekankan pada pengetahuan haji.

5. Melaksanakan dan terus mengembangkan LAZIS IPHI DKI Jakarta sebagai suatu wadah dibawah IPHI DKI Jakarta dan menjalankan koperasi secara sungguh-sungguh demi kepentingan bersama dan dengan tujuan untuk mensejahterakan umat. Adanya terkesan tumpang tindih kewenangan sehingga koperasi IPHI tidak berjalan secara maksimal.

6. Kembali melaksanakan program-program sesuai dengan pemaparan program kerja pada periode 2004-2009 IPHI DKI Jakarta, dengan mengevaluasi faktor apa saja yang menyebabkan pelaksanaannya berhenti. Dan yan menjadi kendala dari pelaksanaan program itu tersendat.


(2)

(3)

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan masyarakat Dan Intervensi Komunitas, (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2003.

Ali, Muhamad Daud dan Habibah Daud. Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara, 1988.

Anshari, Hafi. Pemahaman dan Pengalaman Dakwah. Surabaya: Al-Iklas, 1993. Anshari, H. Endang Saefuddin. Wawasan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1993.

Arifin, H.M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar. Jakarta: Bani Aksara, 2000. Ardan, Moh..Memahami Permasalahan Fiqih Dakwah. PT. Mitra Cahaya Utama. Anwar, Masy’ari. Study Tentang Ilmu Dakwah., Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981. Aziz, Moh. Ali Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2004.

Browsing. http://www.blogsome.com Tanggal 6 Februari 2009.

Browsing, www.evaluasipendidikan.blogspot.com, Tanggal 30 Desember 2008. Depag RI. Metode Dakwah Terhadap Narapidana. Jakarta: PPBDI,1987.

Dimyati, Ahmad Dkk. Islam dan Koperasi (Telaah Peran Serta Umat Islam Dalam Pengembangan Koperasi). Jakarta: KOPINFO, 1989.

Dimyati, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997. Gasdpersz, Viscent. Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1997.

Ghazali, M. Bahri, Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997).

Hadi, Sutrisno. Metode Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1997. Hasanudim. Manajemen Dakwah. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.


(4)

65

Hasanudin, A.H. Retorika Dakwah dan Publistik Dalam Kepemimpinan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982.

Hamka. Prinsip dan Kebijakansanaan Dakwah Islam. Jakarta; Umminda, 1982. H., Faizah Lalu Muchsin Effendi. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2006.

Irawan, Elly Dkk. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Universitas Terbuka, 1995.

Mubarak, Achmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999. Mubarok, Ahmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.

Muchtarom, Zaini. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996.

Muhidin, Asep., Dakwah Dalam Persektif Al-Qur’an, Jakarta: CV Pustaka Setia, 2002.

Munir, M., S.Ag, M.A. Wahyu Ilahi, S.Ag, M.A., Manajemen Dakwah Jakarta: Kencana, 2006

Mulkhan, Munir. Idiologis Gerakan Dakwah. Yogyakarta: SIPRESS, 1996. Nafis, Farida Yusuf Tayib. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Nasuhi, Hamid, Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), Jakarta: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah, 2007.

Nawami, Hadari. Methode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998.

Prihanto. Internet Sebagai Media Dakwah Alternatif Pada Masyarakat Informasi, Surabaya, Jurnal Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol.4 no.2, 2001.

Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (PP-IPHI). Hasil Rakernas VIII Tahun 2009. Jakarta 19 Maret 2009.

Saleh, A.Rosyad. Manajemen Dakwah. Jakarta: Bulan Bintang, 1997. Soleh, Hasanusi. Metodologi Riset. Jakarta: Widya Swara, 1993.


(5)

Sudjana, H.D. Manajemen Program Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production, 2000.

Surahmad, Winarno. Metodologi Riset. Bandung: Tarsito, 1989.

Srivinasan, Viji. Metode Evauasi Partisipatoris, dalam Walter Fernandes dan Rajesh Tandan (Editor), Riset Partisipatoris- Riset Pembebasan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dalam Islam. Surabaya: Al-Iklas, 1987. Takariawan, Cahyadi. Prinsip-Prinsip Dakwah. Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Wawancara Pribadi dengan Drs. H. E. Mahpudin Tanggal 12 Juni 2009. Wawancara Pribadi Dengan H. Muhammad Nur.


(6)