Istilah dan Pengertian Kontrak

Romelda Proniastria Simamora : Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hal Terjadi Kegagalan Bangunan Di Dalam Kontrak Konstruksi, 2008. USU Repository © 2009

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK

A. Istilah dan Pengertian Kontrak

Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yakni contracts, dan dalam bahasa Belanda, disebut dengan overeenscomst perjanjian. Hukum perjanjian diatur dalam buku III K.U.H. Perdata BW, sebagai bagian dari BW yang terdiri dari IV Buku, yakni : 1. Buku I mengenai Hukum Perorangan Personenrecht; 2. Buku II memuat ketentuan Hukum Kebendaan Zakenrecht; 3. Buku III mengenai Hukum Perikatan Verbintenissenrecht; 4. Buku IV mengatur tentang Pembuktian dan Daluarsa Bewijs en Verjaring. Hukum kontrak merupakan bagian dari hukum perikatan. Bahkan sebagian ahli hukum menempatkan sebagai bagian dari hukum perjanjian karena kontrak sendiri ditempatkan sebagai perjanjian tertulis. Pembagian antara hukum kontrak dengan hukum perjanjian tidak dikenal dalam BW karena dalam BW hanya dikenal perikatan yang lahir dari perjanjian dan yang lahir dari undang-undang atau secara lengkap bahwa Perikatan bersumber dari perjanjian dan undang-undang, perikatan yang bersumber dari undang-undang dibagi dua, yaitu dari undang-undang saja dan dari undang- undang karena perbuatan manusia. Selanjutnya, perikatan yang lahir dari undang- undang karena perbuatan manusia dapat dibagi dua, yaitu perbuatan yang sesuai hukum dan perbuatan yang melanggar hukum. 4 4 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, hal. 1-2. Romelda Proniastria Simamora : Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hal Terjadi Kegagalan Bangunan Di Dalam Kontrak Konstruksi, 2008. USU Repository © 2009 Perbuatan yang rechtmatige atau yang sesuai dengan hukum, yang mengakibatkan timbulnya perikatan, nampaknya seolah-olah merupakan ”quasi- contract”. Mirip seperti perjanjian semu. Akan tetapi pada kontrak biasa terjadi pernyataan kehendak dari kedua belah pihak secara serentak. Lain halnya pada perikatan yang diakibatkan perbuatan rechtmatige sebagai quasi kontrak. Persetujuan perikatan lahir dari sepihak apabila dia telah mengikatkan diri karena perbuatan hukum yang sahdibenarkan; sekalipun tanpa persetujuan pihak yang lain. Dengan sendirinya si pelaku tersebut telah mengikatkan dirinya melaksanakan maksud perbuatan hukum yang dibenarkan tadi, serta bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kesempurnaan pelaksanaan. Misalnya mengenai “zaakwaarneming”, yang diatur pada Pasal 1354 K.U.H.Perdata. Berarti bahwa seseorang yang sukarela mengurus kepentingan orang lain atau melakukan perwakilan sukarela tanpa suatu kewajiban hukum yang dibebankan kepadanya; serta perbuatan yang dilakukannya dengan tidak setahupersetujuan pihak yang diurusnya, maka secara diam-diam telah mengikatkan diri untuk melanjutkan penyempurnaan penyelesaian perbuatan tersebut. Dia mesti memikul segala beban yang timbul akibat perbuatan sukarelanya serta tunduk terhadap semua kewajiban seperti layaknya dia benar-benar telah mendapat persetujuan sebelumnya untuk itu dari orang yang berkepentingan. Perbuatan yang melanggar hukum onrechtmatige daad, seolah-olah merupakan delik atau “quasi-delict”. Misalnya, seseorang oleh karena “kelalaian” culpa atau ole karena kekurang hati-hatian onvorzichtigheid telah mengakibatkan luka atau mati, ataupun menimbulkan kerugian harta benda orang lain; adalah perbuatantindakan yang mendekati perbuatan delik pidana. Mengenai onrechtmatige daad ini diatur dalam Pasal 1365 K.U.H.Perdata, yang menyatakan setiap perbuatan melanggar hukumperbuatan dursila yang menyebabkan timbulnya kerugian terhadap orang lain, mewajibkan sipelaku untuk membayar ganti kerugian. 5 Anggapan lain yang dikenal adalah bahwa suatu perjanjian harus dibuat secara tertulis. Hal ini sebenarnya tidaklah demikian, kecuali dalam hal-hal tertentu yang telah diatur oleh undang-undang. Kebanyakan perjanjian dibuat secara lisan. Mungkin sebagian orang sangat memerlukan supaya perjanjian tersebut dibuat secara tertulis untuk jangka waktu tertentu dan ini banyak Kontrak atau perjanjian ini merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan sesuatu. 5 M.Yahaya.Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1986, hal. 28. Romelda Proniastria Simamora : Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hal Terjadi Kegagalan Bangunan Di Dalam Kontrak Konstruksi, 2008. USU Repository © 2009 dipersoalkan, atau untuk jangka waktu yang lama, tetapi ini hanya untuk tujuan praktis mengenai pembuktian, dan biasanya menurut hukum tidak perlu. 6 Hal ini mengandung arti bahwa perjanjian harus selalu ada 2 dua pihak yang membuatnya bilateral, yang masing-masing pihak dalam perjanjian timbal balik memegang hak dan terbeban kewajiban obligation. Misalnya dalam perjanjian antara A sebuah perusahaan jasa konstruksi dengan B seorang investor ingin membangun pabrik tekstil di Kota Semarang, mereka telah mengadakan perjanjian bahwa A yang melaksanakan pembangunannya, maka disini pihak A terbebani kewajiban membangun pabrik tekstil dengan segala fasilitasnya sampai selesai dan ia sekaligus juga berhak mendapatkan pembayaranpemborongan yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan guna pembangunan pabrik beserta seluruh keuntungan yang diperolehnya, sebaliknya B disamping ia berhak mendapatkan pabrik tekstil juga ia terbebani kewajiban membayar si A. Pengertian perjanjian atau kontrak diatur dalam Pasal 1313 K.U.H. Perdata, yang berbunyi bahwa Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 7 Subyek perjanjian harus dicantumkan dengan tegas dan benar, karena penyebutan yang keliru akan mengakibatkan batalnya perjanjian yang bersangkutan. Mengenai berapa pihak yang harus dicantumkan dalam akta adalah tergantung dari jenis perjanjiannya, untuk perjanjian timbak balik dicantumkan dua pihak, yaitu pihak pertama dan pihak kedua.Dan yang perlu diperhatikan disini bahwa penyebutan satu pihak tidak berarti sama dengan satu orang, dengan kata lain satu pihak dalam perjanjian dapat terdiri dari satu orang atau lebih. 8 ”Definisi perjanjian dalam Pasal 1313 K.U.H. Perdata ini adalah : 9 Tidak jelasnya definisi ini disebabkan karena dalam rumusan tersebut hanya disebutkan perbuatan saja. Maka yang bukan perbuatan hukum pun disebut dengan perjanjian. Untuk memperjelas pengertian tersebut maka dicari pengertian dalam doktrin. Menurut doktrin teori lama yang disebut dengan perjanjian 1. tidak jelas, karena setiap perbuatan dapat disebut perjanjian, 2. tidak tampak asas konsensualisme, dan 3. bersifat dualisme”. 6 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1986, hal. 93. 7 Djoko Triyanto, Hubungan Kerja Di Perusahaan Jasa Konstruksi, Bandung: Mandar Maju, 2004, hal. 42. 8 Ibid., hal. 53-54. 9 Salim H.S, Hukum Kontrak, Teori Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hal. 25. Romelda Proniastria Simamora : Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hal Terjadi Kegagalan Bangunan Di Dalam Kontrak Konstruksi, 2008. USU Repository © 2009 adalah Perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Definisi tersebut, telah tampak adanya asas konsensualisme dan timbulnya akibat hukum tumbuhlenyapnya hak dan kewajiban. Menurut teori lama doktrin, unsur-unsur perjanjian adalah sebagai berikut : 1. adanya perbuatan hukum, 2. persesuaian pernyataan kehendak dari beberapa orang, 3. persesuaian kehendak harus dipublikasikandinyatakan, 4. perbuatan hukum terjadi karena kerja sama antara dua orang atau lebih, 5. pernyataan kehendak wilsverklaring yang sesuai harus saling bergantung satu sama lain, 6. kehendak ditujukan untuk menimbulkan akibat hukum, 7. akibat hukum itu untuk kepentingan yang satu atas beban yang lain atau timbal balik, dan 8. persesuaian kehendak harus dengan mengingat peraturan perundang- undangan. Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van dunne, yang diartikan dengan perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Teori baru ini tidak hanya melihat perjanjian semata-mata, tetapi juga harus dilihat perbuatan sebelumnya atau yang mendahuluinya. Menurut teori baru ada tiga tahap dalam membuat perjanjian, yaitu : 10 10 Salim H.S, ibid, hal. 26. 1. tahap pracontractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan, Romelda Proniastria Simamora : Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hal Terjadi Kegagalan Bangunan Di Dalam Kontrak Konstruksi, 2008. USU Repository © 2009 2. tahap contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak, 3. tahap post contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian. Hubungan hukum antara para pihak yang satu dengan pihak yang lain tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu tercipta oleh karena adanya “tindakan hukum” rechtshandeling. Tindakan atau perbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihaklah yang menimbulkan hubungan hukum perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak lain untuk memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain menyediakan diri dibebani dengan kewajiban untuk menunaikan prestasi. Jadi satu pihak memperoleh hak dan pihak yang lain memikul kewajiban menyerahkanmenunaikan prestasi. Prestasi ini adalah ”Objek” atau “voorwerp” dari verbintenis. Tanpa prestasi, hubungan hukum yang dilakukan berdasar tindakan hukum; sama sekali tidak mempunyai arti apa-apa bagi hukum perjanjian. Pihak yang berhak atas prestasi mempunyai kedudukan sebagai “schuldeiser” atau “kreditur”. Pihak yang wajib menunaikan prestasi berkedudukan sebagai “schuldenaar” atau “debitur”. 11 “Sesuai dengan ketentuan Pasal 1234 K.U.H.Perdata, prestasi yang diperjanjikan itu adalah menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, atau untuk tidak melakukan sesuatu te geven, te doen, of niet te doen”. Jika undang-undang telah menetapkan “subjek” perjanjian yaitu pihak kreditur yang berhak atas prestasi dan pihak debitur yang wajib melaksanakan prestasi, maka intisari atau “objek” dari perjanjian adalah prestasi itu sendiri. 12 11 M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 7. 12 Ibid., hal. 10.

B. Syarat – syarat sahnya Kontrak