Romelda Proniastria Simamora : Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hal Terjadi Kegagalan Bangunan Di Dalam Kontrak Konstruksi, 2008.
USU Repository © 2009
4. menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti rugi yang harus
dibayar oleh pihak-pihak yang melakukan kesalahan;
5. menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian.
Kewajiban Penilai Ahli adalah melaporkan hasilnya penilaiannya kepada
pihak yang menunjuknya dan menyampaikan kepada lembaga atau instansi yang mengeluarkan izin membangun, paling lambat 3 tiga bulan setelah
melaksanakan tugasnya. Kewenangan Penilai Ahli adalah untuk:
1. menghubungi pihak-pihak terkait, untuk memperoleh keterangan yang
diperlukan;
2. memperoleh data-data yang diperlukan;
3. melakukan pengujian yang diperlukan;
4. memasuki lokasi tempat terjadinya kegagalan bangunan.
Biaya penilai ahli menjadi beban pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan, dan selama penilai ahli melakukan tugasnya, maka pengguna jasa
menanggung pembiayaan pendahuluan.
B. Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hal Terjadi Kegagalan Bangunan di
Dalam Kontrak Konstruksi
Dari hasil penilaian yang dilakukan oleh penilai ahli terhadap hasil perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan konstruksi, dapat menentukan
siapakah yang bersalah dalam pelaksanaan kontrak konstruksi, apakah perencana konstruksi, pelaksana konstruksi atau pengawas konstruksi. Para pihak yang
bersalah ini dibebani tanggung jawab, baik tanggung jawab perdata, administratif, maupun tanggung jawab pidana.
84
Jangka waktu pertanggung jawaban atas kegagalan bangunan ditentukan sesuai dengan umur konstruksi yang direncanakan dengan maksimal 10 tahun,
84
Ibid., hal. 126.
Romelda Proniastria Simamora : Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hal Terjadi Kegagalan Bangunan Di Dalam Kontrak Konstruksi, 2008.
USU Repository © 2009
sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi Pasal 35 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus secara jelas dan tegas dinyatakan dalam dokumen perencanaan, serta disepakati dalam kontrak kerja
konstruksi Pasal 35 ayat 2 PP Nomor 29 Tahun 2000. Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan harus dinyatakan dengan tegas
dalam kontrak kerja konstruksi Pasal 35 ayat 3 PP Nomor 29 Tahun 2000.
Filosofi maksimum 10 tahun adalah efisien pemanfaatan dana pertanggungan dengan anggapan bahwa pada umumnya apabila suatu bangunan setelah 10 tahun
tidak terjadi apa-apa, maka biasanya bangunan tersebut aman dari segi konstruksinya. Umur bangunan ditentukan oleh perencana sesuai dengan sifat
karakter bangunaan itu sendiri. Yang dibatasi maksimum 10 tahun adalah tanggung jawab penyedia jasa dalam hal kegagalan bangunan dan dituangkan
dalam dokumen lelang. Jadi meskipun umur bangunan direncakan lebih dari 10 tahun, tanggungjawab penyedia jasa dalam kegagalan bangunan ditentukan hanya
10 tahun.
Pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan untuk perencana konstruksi mengikuti kaidah teknik perencanaan dengan ketentuan sebagai berikut:
85
a. selama masa tanggungan atas kegagalan bangunan di bawah 10 sepuluh
tahun berlaku ketentuan sanksi profesi dan ganti rugi;
85
Penjelasan Pasal 35 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Peyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Romelda Proniastria Simamora : Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hal Terjadi Kegagalan Bangunan Di Dalam Kontrak Konstruksi, 2008.
USU Repository © 2009
b. untuk kegagalan bangunan lewat dari masa tanggungan dikenakan ketentuan
sanksi profesi. Sebagai dasar penetapan jangka waktu pertanggungjawaban, perencana
konstruksi wajib menyatakan dengan jelas dan tegas tentang umur konstruksi yang direncanakan, dalam dokumen perencanaan dan dokumen lelang, dilengkapi
dengan penjelasannya. Tanggungjawab para pihak disajikan sebagai berikut ini.
86
1. Tanggung jawab perencana konstruksi
Apabila terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan perencana konstruksi, maka ia hanya bertanggung jawab atas ganti rugi
sebatas hasil perencanaannya yang belumtidak diubah. Perencana konstruksi dibebaskan dari tanggung jawab atas kegagalan
bangunan sebagai akibat dari rencana yang diubah pengguna jasa dan atau pelaksana konstruksi tanpa persetujuan tertulis dari perencana konstruksi.
2. Tanggung jawab pelaksana konstruksi
Apabila terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan kesalahannya maka ia dijatuhi sanksi administratif dan pembayaran ganti rugi. Penjatuhan sanksi
dan pembayaran ganti rugi dapat dikenakan pada usaha perseorangan dan atau badan usaha pelaksana konstruksi penandatanganan kontrak kerja
konstruksi. 3.
Tanggung jawab pengawas konstruksi
86
Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Loc.Cit., hal. 126.
Romelda Proniastria Simamora : Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hal Terjadi Kegagalan Bangunan Di Dalam Kontrak Konstruksi, 2008.
USU Repository © 2009
Apabila terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan pengawas maka ia dapat dijatuhi sanksi administratif dan pembayaran ganti
rugi. Penjatuhan sanksi dan ganti rugi dapat dikenakan pada usaha orang perseorangan dan atau badan usaha pengawas konstruksi penandatanganan
kontrak kerja konstruksi. Tanggung jawab penyedia jasa tidak berhenti setelah masa pemeliharaan
habis, tetapi tetap dibebani tanggung jawab dalam waktu tertentu sesuai dengan klausul kontrak biasanya dicantumkan dalam pasal kegagalan bangunan.
Tanggung jawab ini disebut jaminan konstruksi. “Dalam Undang-undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999 pada Bab VI Pasal 25 ayat 2 disebutkan
kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi dan paling lama 10 sepuluh tahun”.
87
Dalam masa pemeliharaan penyedia jasa wajib memantau hasil kerjanya, dan menjaga memelihara agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan. Apabila terjadi
kerusakan bangunan yang disebabkan karena kualitas yang tidak sesuai spesifikasi teknik maka sudah tentu semua biaya perbaikan ditanggung oleh penyedia jasa.
Masa pemeliharaan sebagaimana tercantum dalam kontrak bukanlah waktu untuk
87
http:www.balipost.co.idbalipostcetak20071218s1.htm. Masa Pemeliharaan dan Jaminan Konstruksi
.
IGN Upadhana. Anggota ATAKI Asosiasi Tenaga Ahli
Konstruksi Indonesia. Diakses pada tanggal 9 Februari 2008, Pukul 16.00 WIB.
Romelda Proniastria Simamora : Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hal Terjadi Kegagalan Bangunan Di Dalam Kontrak Konstruksi, 2008.
USU Repository © 2009
menyelesaikan sisa-sisa pekerjaan, melainkan untuk pemeliharaan pekerjaan yang sudah 100 persen selesai, dan telah dilakukan serah terima pertama pekerjaan.
“Pengguna jasa wajib melaporkan terjadinya kegagalan bangunan dan tindakan-tindakan yang diambil kepada Menteri atau intansi yang berwenang dan
Lembaga. Apabila pengguna jasa melakukan kesalahan atas kegagalan bangunan maka ia bertanggung jawab atas kegagalan bangunan tersebut”.
88
C. Sanksi yang Dikenakan Kepada Para Pihak atas Terjadinya Kegagalan