Tingkat Kesehatan Baitul Maal wat Tamwil BMT

32 b Adanya fasilitasi pendampingan dan pelatihan berjenjan dilengkapi modul-modul aplikatif. c Produk simpanan dan pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. d Menerapkan sistem, prosedur, administrasi dan akuntansi estándar Lembaga Keuangan yang dirancang sedemikian rupa sehingga sederhana, efisien dan efektif. e Pengelolaan dan laboran keuangan secara terbuka. 3 Mengakar di Masyarakat Dinisiasi, dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggung jawab. 4 Berkelanjutan Mampu meningkatkan asset dan menghasilkan laba sehingga tumbuh dan berkembang. 2

B. Tingkat Kesehatan Baitul Maal wat Tamwil BMT

Tingkat kesehatan BMT dapat diukur dengan beberapa analisis rasio keuangan yang diterapkan oleh PINBUK Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil sebagai criteria penilaian kesehatan BMT: 2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Yogyakarta: EKONISIA, 2007. 33 a. Capital Permodalan Permodalan Capital adalah kriteria kecukupan permodalan, digunakan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal BMT dalam mendukung kegiatan secara efisien. Komponen yang diukur adalah total modal dibagi dengan simpanannya. Dengan kecukupan modal ini menunjukkan kemampuan BMT mempertahankan modal, mencukupi dan kemampuan manajemen BMT dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang timbul dan mempengaruhi besarnya modal BMT. Dengan kata lain, permodalan capital sebagai salah satu tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan sebuah BMT berfungsi untuk: 1 Ukuran kemampuan BMT untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan. 2 Sumber daya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang, penjualan asset yang tidak terpakai, dan lain-lain. 3 Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisien tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Faktor yang menentukan tingkat kesehatan struktur permodalan BMT antara lain partisipasi pendiri dalam memberikan modal, penciptaan laba, pemupukan dana cadangan, yang semuanya akan menambah kemampuan penyediaan modal sendiri. 34 b. Asset Aktiva Produktif Kelangsungan usaha BMT tergantung pada kesiapan untuk menghadapi resiko kerugian. Oleh karena itu BMT berkewajiban menjaga kualitas aktiva produktifnya. Penilaian asset harus sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yaitu dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif cadangan. Pengukuran dilakukan dengan mengukur kualitas aktiva produktif yang substansinya didominasi oleh komponen pembiayaan aktiva yang produktif productive asset atau yang lebih dikenal dengan aktiva menghasilkan earning asset, karena penempatan dana BMT adalah untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan. Jadi kualitas dari aktiva produktif adalah kualitas dari aktiva yang memberikan penghasilan. Kredit biasanya merupakan bagian dari asset BMT, selain merupakan pendapatan utama BMT sekaligus merupakan sumber kerugian karena kredit macet. Kredit yang dikeluarkan harus disalurkan pada orang atau nasabah yang tepat. Tepat berarti tepat jumlah dan waktu, tepat orang, tepat penggunaan, dan tepat pengembaliannya, sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Kualitas aktiva produktif juga diartikan sebagai sejumlah pembiayaan yang dapat menghasilkan pendapatan atau bagi hasil dengan sedikit kemungkinan menimbulkan kredit macet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persyaratan jaminan hanya diberikan kepada peminjam skala besar. 35 c. Efesiensi Efisiensi dapat diartikan sebagai kemampuan BMT mengendalikan biaya operasional tertentu. Biaya operasional meliputi biaya bagi hasil simpanan, overhead cost dan lain-lain. Pendapatan operasional terdiri dari pendapatan bagi hasil, mark up dan hasil pendanaan suatu usaha nasabah. Efisiensi usa BMT dapat diukur dengan menghitung rasio antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Pengukuran efisiensi dilakukan untuk mengetahui kinerja manajemen dalam menggunakan semua asset secara efisien. Componen yang diukur meliputi biaya operacional dan total asset yang dimiliki. d. Earning BMT dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Peran BMT sebagai broker adalah mempertemukan antara pemilik modal dengan pengguna modal. Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan BMT dalam menghasilkan laba. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia rasio rentabilitas yang menjadi acuan dalam penilaian tingkat kesehatan keuangan. Selain itu tingkat kemampuan BMT dalam menganalisis profit melalui operasional BMT, juga dapat diukur dengan menggunakan analisis rentabilitas. Yaitu kemampuan BMT untuk menghasilkan keuntungan secara relatif dibanding total asset ROA dan total modal sendirinya ROE. 36 e. Likuiditas Penilaian likuiditas terhadap kemampuan BMT memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen resiko likuiditas. Likuiditas dapat digunakan untuk mengukur kemampuan BMT dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek. Pengendalian likuiditas BMT dilakukan setiap hari agar semua alat-alat likuid yang dapat dikuasai oleh BMT uang tunai, kas, saldo giro pada Bank Sentral dapat dipergunakan untuk memenuhi munculnya tagihan dari nasabah atau masyarakat yang datang setiap saat atau sewaktu-waktu. 3

C. Perbedaan BMT dengan Lembaga Keuangan Lainnya