UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
oleh konsistensi dosis. Jika jumlah zat aktif yang diberikan tidak konsisten maka disini peran besar standardisasi untuk menjaga senyawa-senyawa aktif selalu
konsisten terukur antar perlakuan. Jadi, penentuan dosis senyawa marker untuk uji klinik ekstrak atau obat herbal sangatlah fundamental Saifudin, Rahayu,
Teruna, 2011.
2.2.3.3 Standardisasi
menjamin aspek
keamanan dan
stabilitas ekstrakbentuk sediaan
Tempat tumbuh tanaman, penanganan pasca panen, proses ekstraksi, penyimpanan simplisia tanaman dan ekstrak juga mempengaruhi elemen
keamanan terhadap pemakaian logam berat, pestisida dalam tanah, udara dan air, jenis dan jumlah mikroorganisme dan metabolit pencemar berbahaya. Keberadaan
air di dalam suatu ekstrak juga mempengaruhi stabilitas bahan baku bahkan bentuk sediaan yang nantinya dihasilkan. Untuk itu dilakukan berbagai analisis
untuk menentukan batas minimal kadar air, zat dan jumlah mikroba pencemar. Upaya ini disebut dengan penentuan parameter spesifik dan non spesifik
Saifudin, Rahayu, Teruna, 2011. Proses standardisasi yang meliputi aspek kimiawi metabolit sekunder,
jumlah cemaran mikroba minimal dan cemaran logam berat sangatlah penting karena terkait dengan khasiat dan keamanan pada konsumen. Keberadaan residu
air yang cukup tinggi menyebabkan tumbuhnya mikroba yang akan memperpendek stabilitas ekstrak atau bentuk sediaan yang dibuat Saifudin,
Rahayu, Teruna, 2011.
2.2.3.4 Standardisasi meningkatkan nilai ekonomi
Tanaman obat dan rempah Indonesia mempunyai potensi besar sebagai produk unggulan. Belum tingginya upaya lintas sektoral dan terpadu antara
swasta-pemerintah-perguruan tinggi untuk mengangkat secara sistematis natural product Indonesia mengakibatkan banyak produk ekspor herbal yang berdaya
tawar rendah. Hingga kini Cina dan India adalah raja produk herbal dunia, bahkan Singapura yang merupakan negara mungil adalah salah satu pengolah dan penjual
produk alam yang cukup besar dan negara inilah yang menerapkan standar bagi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
eksportir sehingga banyak sekali bahan mentah Indonesia yang diekspor dengan harga yang cukup murah. Namun, melalui pabrikasi dan proses di negara yang
bersangkutan tersebut dijual dengan nilai yang jauh lebih tinggi. Standardisasi adalah upaya penting untuk menaikkan nilai ekonomi produk alam Indonesia
Saifudin, Rahayu, Teruna, 2011.
2.3 SIMPLISIA
Dalam buku Materia Medika Indonesia ditetapkan definisi bahwa simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelikan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni Anonim, 2000.
Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar wild crop tentu saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu ajeg
konstan karena disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi umur dan cara panen, serta proses pasca panen dan preparasi akhir. Walaupun
ada juga pendapat bahwa variabel tersebut tidak besar akibatnya pada mutu ekstrak nantinya dan dapat dikompensasi dengan penambahanpengurangan bahan
setelah sedikit prosedur analisis kimia dan sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan sehingga tidak berdampak banyak pada khasiat produknya
Anonim, 2000. Proses panen dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat
menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan. Namun demikian simplisia sebagai
produk olahan, variasi senyawa kandungan dapat diperkecil, diatur atau diajegkan. Hal ini karena penerapan iptek pasca panen yang terstandar Anonim, 2000.