UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
satu atau gabungan dari beberapa teknik tersebut dan dapat digunakan pada skala mikro maupun makro Harbone, 1987.
Dalam penggunaan kromatografi untuk tujuan kualitatif dapat mengungkapkan ada atau tidak adanya senyawa tertentu dalam cuplikan.
Sedangkan untuk tujuan kuantitatif dapat menunjukkan banyaknya masing- masing komponen campuran. Selain penggunaan kualitatif dan kuantitatif,
kromatografi dapat digunakan untuk tujuan preparatif yaitu untuk memperoleh komponen campuran dalam jumlah memadai dalam keadaan murni. Selama
pemisahan kromatografi, solut individual akan membentuk profil konsentrasi yanng simetris atau dikenal juga dengan profil Gaussian dalam arah aliran fase
gerak. Profil dikenal juga dengan puncak atau pita, secara perlahan-lahan akan melebar dan sering juga membentuk profil yang asimetrik karena solut-solut
melanjutkan migrasinya ke fase diam Gandjar Rohman, 2007.
2.6.1 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis KLT merupakan salah satu metode pilihan kromatografi secara fisikokimia Gandjar Rohman, 2007.
KLT merupakan bentuk planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada KLT fase
diamnya berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat alumunium atau plat plastik. Meskipun
demikian, kromatografi planar ini merupakan bentuk terbuka dari kromatografi kolom.
KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai untuk mencapai hasul kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua dipakai untuk menjajaki sistem
pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom. Kromatografi lapis tipis KLT dapat digunakan untuk tujuan analitik dan
preparatif, KLT analitik digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik dalam jumlah kecil, misalnya menentukan jumlah komponen dalam campuran dan
menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT preparatif. Sedangkan KLT preparatif digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dari
sampel dalam jumlah besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya fraksi-fraksi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk analisa berikutnya Townshend, 1995.
Plat KLT yang umum digunakan adalah plat KLT analitik dengan ketebalan 0,1-0,2 nm dengan ukuran 20x20 cm yang dilapisi dengan adsorben
silika gel 60 F
254
dengan ketebalan 0,2 mm. Plat kemudian ditempatkan ke dalam bejana dengan fase gerak yang sesuai, dimana ketinggian fase gerak cukup untuk
membasahi bagian bawah plat dan tidak sampai membasahi dimana sampel diaplikasikan. Fase gerak kemudian bermigrasi melewati adsorben dengan gaya
kaliper, dan proses ini dikenal sebagai pengembangan Sarker, Latif, Gray, 2006.
Jumlah volume fase gerak harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian lempeng yang telah ditentukan. Setelah lempeng terelusi, dilakukan
deteksi bercak. Laju pergerakan fase gerak terhadap fase diam dihitung sebagai retardation factor Rf. Nilai Rf diperoleh dengan membandingkan jarak yang
ditempuh oleh zat terlarut dengan jarak yang ditempuh oleh fase gerak Gandjar Rohman, 2007.
Fase gerak harus memiliki kemurnian yang tinggi. Hal ini dikarenakan KLT merupakan teknik yang sensitif. Fase gerak yang digunakan
adalah pelarut organik yang memiliki tingkat polaritas tersendiri, melarutkan senyawa contoh, dan tidak bereaksi dengan penjerap Gocan, 2002. Adsorben
yang umumnya digunakan dalam KLT meliputi : 1. Silika Gel
Silika gel adalah yang paling banyak digunakan sebagai adsorben dan fase stasioner yang dominan untuk KLT. Sebagian besar analisa dengan KLT
dilakukan dengan menggunakan fase normal lapisan silika gel. Silika gel ini dapat digunakan sebagai fase polar maupun non polar. Untuk
fase polar, merupakan silika yang dibebaskan dari air dan bersifat sedikit asam. Silika gel perlu ditambah gips kalsium sulfat untuk memperkuat pelapisannya
pada pendukung. Sebagai pendukung biasanya lapisan tipis digunakan kaca dengan ukuran 20x20 cm, 10x20 cm, atau 5x10 cm. Pendukung yang lain berupa
lembaran alumunium atau plastik seperti ukuran diatas yang umumnya dibuat oleh pabrik.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Silika gel kadang-kadang ditambah senyawa fluoresensi, agar bila disinari dengan sinar UV dapat berfluoresensi atau berpendar, sehingga dikenal sebagai
silika gel 60 F254 yang berarti silika gel untuk fase non polar terbuat dari silika yang dilapisi dengan senyawa non polar misalnya, lemak, parafin, minyak silikon
raber gom, atau lilin, dengan fase gerak air yang bersifat polar dapat digunakan sebagai eluen. Fase diam ini dapat memisahkan banyak senyawa namun elusinya
sangat lambat dan keterulangannya kurang bagus Sumarno, 2001. 2. Alumina
Alumina ini bersifat sedikit basa, lebih jarang digunakan. Saat akan digunakan harus diaktifkan kembali dengan pemanasan. Alumina yang digunakan
sebagai fase diam untuk KLT umunya yang bebas air, sehingga mempunyai aktivitas penjerapan lebih tinggi Sumarno, 2001.
3. Perlit Mineral Perlit mineral adalah adsorben baru untuk KLT, yang dibuat dengan
mengkonversi SiO2 70-75 menjadi silikat yang larut dengan Na2CO3 Gocan, 2002.
4. Kiselgur Kiselgur ini sebenarnya merupakan asam silika yang berbentuk amorf,
berasal dari kerangka diatomae, maka lebih dikenal dengan nama tanah diatome, kurang bersifat adsorptif dibanding silika Sumarno, 2001.
5. Magnesium Silikat Magnesium silikat hanya digunakan bila adsorben atau penjerap lain tidak
dapat digunakan. Nama lain dalam perdagangan dikenal floresil Sumarno, 2001. Floresil magnesium silikat adalah endapan silika dan magnesium. Sifat dan
aplikasi dari floresil pada KLT dan KCKT ditinjau dan dibandingkan dengan adsorben lainnya Gocan, 2002.
6. Selulosa Selulosa mempunyai polaritas tinggi sehingga dapat digunakan sebagai
pemisahan secara partisi, baik dengan bentuk kertas maupun bentuk lempeng. Kedua bentuk tersebut masih sering digunakan untuk pemisahan flavonoid.
Ukuran partikel yang digunakan kira-kira 50 µm. Fase diam ini sekarang sudah diganti dengan bubuk selulosa yang dapat dilapisi pada kaca seperti halnya fase
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diam yang lain sehingga lebi efisien dan lebih banyak digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa polar atau isomernya Sumarno, 2001.
7. Resin Resin berfungsi sebagai fase pada KLT penukar ion. Resin merupakan
polimer dari stirendifenil yang mengalami kopolimerisasi, bersifat non polar. Fase diam ini sangat berguna untuk memisahkan senyawa berbobot molekul tinggi dan
bersifat amfoter seperti asam amino, protein, enzim, nukleotida. Sebagai fase gerak digunakan larutan asam kuat atau basa kuat Sumarno, 2001.
Gambar 3. Kromatografi Lapis Tipis Sumber : http:www.chemguide.co.ukanalysischromatographythinlayer.html
Harga Rf dapat dihitung dengan menggunakan perbandingan sebagaimana persamaan berikut :
Harga maksimum Rf adalah 1, sampel bermigrasi dengan kecepatan sama dengan fase gerak. Harga minimum Rf adalah 0, dan ini teramati jika sampel
tertahan pada posisi titik awal di permukaan fase diam Gandjar Rohman, 2007.
2.6.2 Kromatografi Gas – Spektrometri MassaGas Chromatography Mass