Perkawinan Komponen Dasar Komunikasi

Kewilayahan territoriality atau kepemilikan seseorang terhadap suatu area atau benda. Ada tiga jenis wilayah : • Wilayah Primer primary territories Wilayah primer merupakan wilayah eksklusif seseorang. Contohnya ruang kerja seseorang atau komputer adalah wilayah primer seseorang. • Wilayah Sekunder secondary territories Menunjukkan hubungan personal seseorang dengan sebuah area atau benda. Contohnya, banyak mahasiswa pascasarjana merasakan bahwa perpustakaan kampus adalah wilayah sekunder mereka, mereka tidak memiliki bangunannya, tetapi mereka sering kali menggunakan ruang yang ada di dalam bangunan tersebut. • Wilayah Publik public territories Wilayah publik tidak melibatkan suatu afiliasi personal dan termasuk area-area yang terbuka bagi semua orang, misalnya pantai, taman, bisokop, dan transportasi umum. Asumsi Teori Pelanggaran Harapan : Teori Pelanggaran Harapan berakar pada bagaimana pesan-pesan ditampilkan pada orang lain dan jenis-jenis perilaku yang dipilih orang lain dalam sebuah percakapan. Terdapat tiga asumsi yang menuntun teori ini WestTurner,2009:158 : a Harapan mendorong terjadinya interaksi manusia b Harapan terhadap perilaku manusia dipelajari c Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal

2.2.7 Perkawinan

Di dalam komunikasi antarpribadi, hubungan dapat diartikan sebagai sejumlah harapan yang dua orang miliki bagi perilaku mereka didasarkan pada pola interaksi mereka. Hubungan antarpribadi dapat didefenisikan sebagai serangkaian interaksi antara dua individu yang saling kenal satu sama lain. Hubungan yang baik adalah dimana interaksi-interaksi sifatnya memuaskan dan sehat bagi mereka yang terlibat interaksi tersebut dalam Budyatna dan Ganiem, 2011:36. Hubungan pribadi atau personal relationship ialah dimana orang mengungkapkan informasi terhadap satu sama lain dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi satu sama lain. Hubungan antarpribadi yang sehat ditandai oleh keseimbangan pengungkapan diri atau self disclosure yang tepat yaitu saling memberikan data biografis, gagasan-gagasan pribadi dan Universitas Sumatera Utara perasaan-perasaan yang tidak diketahui oleh orang lain dan umpan balik berupa verbal dan respon-respon fisik kepada orang dan pesan-pesan mereka di dalam suatu hubungan. Didalam hubungan yang akrab sekalipun, masih terdapat batas-batas mengenai jumlah pengungkapan diri yang sesuai. Meskipun mengkomunikasikan informasi pribadi mengenai diri dan melakukan pengamatan pribadi mengenai orang lain adalah perlu bagi keakraban supaya berkembang, pada kejadian mengenai keterbukaan tanpa syarat dapat terjadi gangguan hubungan sebagai kebalikan dari hubungan baik. Seperti Mills Clark menjelaskan dalam Budyatna dan Ganiem, 2011:158, “berbagi dan mengemukakan informasi pribadi merupakan karakteristik hubungan komunal secara timbal balik yang kuat di mana pengungkapan diri telah diajarkan sebagai inti dari hubungan yang erat “. Teman akrab atau intimates adalah orang-orang yang berbagi hubungan yang menyangkut kedekatan, kepedulian, dan kepercayaan yang dicirikan oleh pengungkapan diri dan tanggung jawab secara timbal balik. Baik hubungan platonik maupun romantik dapat menjadi teman akrab. Hubungan platonik atau platonic relationship adalah hubungan di mana para mitra tidak tertarik secara seksual atau tidak memilih untuk bertindak atas dasar ketertarikan seksual. Sebaliknya, hubungan romantik ialah hubungan di mana para mitra bertindak atas dasar ketertarikan seksual terhadap satu sama lain. Salah satu bentuk dari hubungan romantik ini sendiri adalah perkawinan. Seluk beluk perkawinan di Indonesia diatur dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Pernikahan No. 1 tahun 1974, yang mendefenisikan perkawinan sebagai “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ikatan lahir dan batin Walgito,1984 menunjukkan bahwa suatu pernikahan tidak hanya mengandung ikatan formal sesuai peraturan masyarakat yang ada, tetapi juga mengandung ikatan yang tidak nampak secara langsung dan bersifat psikologis. Ikatan batin ini tercipta bila suami istri saling mencintai. Adanya ikatan lahir batin tersebut akan menimbulkan kebahagiaan lahir batin http:repository.usu.ac.idhandle12345678923381 . Sejumlah besar penelitian telah diarahkan untuk memahami keakraban di dalam perkawinan dan hubungan dalam ikatan romantis jangka panjang lainnya. Hal yang paling penting dalam hubungan yang baik di antara teman hidup, orang mendapatkan kepuasan yang terbesar dalam keberadaan bersama itu. Misalnya, suatu survey terhadap lebih dari dua ribu Universitas Sumatera Utara orang yang telah menikah di Amerika Serikat, J.D. Bloch 1980 menemukan bahwa 40 dari semua responden menganggap teman hidup sebagai sahabat mereka yang terbaik. Dalam studi yang berbeda terhadap orang-orang yang sudah menikah, 88 pria dan 78 wanita menyebut teman hidup mereka sebagai orang yang “terdekat” dengan mereka dalam BudyatnaGaniem,2011: 165. Meskipun adanya kesamaan mengenai kebutuhan-kebutuhan yang nyata dalam mitra perkawinan, tidak ada cara perkawinan ideal yang tunggal. Mary Anne Fitzpatrick ilmuwan bidang perkawinan, telah mengidentifikasi karakteristik-karakteristik atau dimensi-dimensi yang mengidentifikasikan tipe-tipe pasangan yang berbeda. Pasangan-pasangan perkawinan dapat dibedakan atas dasar mengenai “ketidaktergantungan” mereka pada tingkat di mana mereka berbagi perasaan terhadap satu sama lain. Ada pasangan-pasangan yang tingkat saling ketergantungannya tinggi, bergantung kepada teman hidupnya untuk mendapatkan kenyamanan, pernyataan cinta, dan kegembiaraan. Pasangan-pasangan perkawinan lainnya bersifat pendiam, dan tidak bergantung kepada teman hidupnya untuk saling berbagi emosi dan dukungan. Dimensi yang kedua di mana pasangan perkawinan dapat dibedakan berdasarkan ideologi mereka. Ideologi merupakan keadaan di mana para mitra menganut sistem keyakinan tradisional dan nilai-nilai terutama mengenai perkawinan dan peran seks, atau menganut keyakinan nontradisional dan nilai-nilai yang toleran terhadap perubahan dan ketidakpastian dalam hubungan. Dimensi yang ketiga semula dinamakan “penghindaran konflik” atau conflict avoidance tetapi sekarang dinamakan “komunikasi” atau communication. Menggunakan dimensi-dimensi tersebut di atas, Fitzpatrick menjelaskan tiga tipe dasar mengenai hubungan pasangan perkawinan yang langgeng yang dinamakan sebagai tradisional, bebas, dan tersendiri Fitzpatrick,1988:78-79. 1 Pasangan perkawinan tradisional, memiliki ideologi tradisional, tetapi mempertahankan beberapa kebebasan dalam perkawinan mereka. Nilai-nilai mereka lebih mengutamakan kepada stabilitas daripada spontanitas. Mereka menganut adat istiadat tradisional: wanita menggunakan nama keluarga suaminya. Hubungan-hubungan tradisional menunjukkan saling ketergantungan yang sangat kua, ditandai oleh rasa bersama dan perkawinan tingkat tinggi dan mereka lebih suka terlibat dalam konflik daripada menghindar dari konflik. 2 Pasangan perkawinan yang bebas, berbagi ideologi yang mencakup perubahan dan ketidakpastian dalam hubungan perkawinan tetapi, seperti pasangan perkawinan tradisional mereka merasakan adanya saling ketergantungan dan lebih suka mengatasi perbedaan-perbedaan dengan melibatkan diri dalam konflik dari pada menghindarinya. Mereka lebih banyak menganut nilai-nilai nonkonvensional. Pasangan yang termasuk tipe Universitas Sumatera Utara ini yakin bahwa hubungan tidak harus mengganggu kebebasan teman hidupnya. Teman hidup yang bebas mempertahankan atau memelihara ruang-ruang fisik secara terpisah dan adakalanya dirasakan sulit untuk mempertahankan atau memelihara jadwal harian secara teratur. 3 Pasangan perkawinan yang tersendiri, dicirikan oleh ideologi tradisional dianut secara bersama, tetapi berbeda dari dua kelompok sebelumnya pasangan ini kurang terlibat dalam berbagai emosional dan oleh karena itu kurang adanya saling ketergantungan. Sebagai tambahan, pasangan perkawinan yang tersendiri cenderung untuk menghindari konflik. Dalam masalah-masalah perkawinan dan keluarga sifatnya konvensional, tetapi seperti pasangan perkawinan yang bebas mereka menekankan pentingnya kebebasan individual. Mereka kurang sekali memiliki persahabatan dan kebersamaan dalam perkawinan mereka dibandingkan dengan perkawinan yang tradisional dan bebas. Pasangan perkawinan ini menunjukkan adanya saling ketergantungan dengan memelihara jadwal harian secara teratur. Beragam skema akan menciptakan tipe-tipe keluarga yang berbeda. Fitzpatrick dan koleganya telah mengenali empat tipe keluarga LittleJohn, 2009 : 289: 1. Tipe keluarga konsensual, tipe keluarga ini memiliki tingkat percakapan dan kesesuaian yang tinggi. Keluarga konsensual sering berbicara tetapi pemimpin keluarga biasanya salah satu orang tua membuat keputusan. Keluarga ini mengalami tekanan dalam menghargai komunikasi yang terbuka, sementara mereka juga menginginkan kekuasaan orang tua yang jelas. Para orang tua biasanya menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak mereka, tetapi mengambil keputusan dan selanjutnya menjelaskannya kepada anak-anak sebagai usaha untuk membantu mereka memahami pemikiran di balik keputusan tersebut. Orang tua dalam keluarga konsensual cenderung memiliki orientasi pernikahan yang tradisional. Ini berarti mereka akan lebih konvensional dalam memandang pernikahan serta lebih menempatkan nilai pada stabilitas dan kepastian dalam hubungan peran dari pada keragaman dan spontanitas. Mereka memiliki ketergantungan yang kuat dan memiliki banyak teman. Walaupun mereka tidak bersifat tegas dalam pertentangan, mereka tidak menghindari konflik. 2. Tipe keluarga pluralitas, tipe keluarga ini tinggi dalam percakapan tetapi rendah dalam kesesuaian, disini akan memiliki kebebasan berbicara tetapi pada akhirnya setiap orang akan membuat keputusan sendiri berdasarkan pada pembicaraan tersebut. Orientasi pernikahannya mandiri. Pernikahan mandiri juga ekspresif mereka saling merespon terhadap isyarat masing- masing dan biasanya saling memahami dengan baik dan menghargai komunikasi yang terbuka. 3. Tipe keluarga protektif, tipe keluarga ini cenderung rendah dalam percakapan tetapi tinggi dalam kesesuaian akan ada banyak kepatuhan tetapi sedikit komunikasi, mereka juga tidak memberikan penjelasan kepada anak-anak tentang apa yang mereka putuskan, orang tua tipe ini cenderung digolongkan sebagai orang tua tak terpisah. Mereka nampaknya saling bertentangan dalam peran dan hubungan mereka. Orientasi pernikahannya konvensional. 4. Tipe keluarga laisssez-faire atau toleran, tipe keluarga ini rendah dan percakapan dan kesesuaian, tidak suka ikut campur dan keterlibatan yang rendah. Anggota keluarga sangat tidak peduli dengan yang dilakukan oleh anggota keluarga yang lain dan mereka benar-benar tidak mau membuang waktu untuk membicarakannya. Mereka mungkin kombinasi dari orang tua yang mandiri dan terpisah atau kombinasi yang lain. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian telah menemukan ada tiga karakteristik umum mengenai pasangan perkawinan yang telah berlangsung dan bertahan lebih dari lima puluh tahun Dickson,1995. Karakteristik yang pertama, adanya saling menghormati atau mutual respect, memperlakukan terhadap satu sama lain dengan saling menghargai. Singkatnya, perkawinan yang langgeng merupakan produk dari saling menghargai satu sama lain untuk apa dan siapa mereka. Karakteristik yang kedua, ialah tingkat kedekatan yang nyaman atau comfortable level of closeness-menghabiskan sejumlah waktu yang tepat dengan teman hidupnya. Ini tidak berarti bahwa mitra yang langgeng selalu berdua sepanjang waktu. Sedangkan ada mitra yang menginginkan kedekatan yang terus-menerus, lainnya akan merasa bahagia dengan kedekatan yang secara relatif rendah. Tetapi hal yang menentukan ialah bahwa kedua mitra memahami satu sama lain secara berkelanjutan. Kenyataannya ialah banyak pasangan perkawinan tumbuh secara terpisah dari waktu ke waktu yakni mereka berhenti mencari teman mereka masing-masing atau setuju memilih teman dari orang yang berbeda. Karakteristik yang ketiga, ialah kehadiran sebuah rencana atau bayangan hidup. Adakalanya hal ini dijalani dengan sadar. Pada saat lain terjadi begitu saja. Tetapi hal yang jelas bahwa kedua mitra setuju untuk tujuan jangka panjang mereka dan tentu saja bahwa kedua mitra itu melihat satu sama lain berada dalam rencana jangka panjang itu. Mereka selalu berbicara dengan kata “kita” bukan “saya” dalam BudyatnaGaniem,2011:168-167.

2.2.7.1 Pola-pola Hubungan Interaksi