hitam dan memiliki selera humor yang sangat tinggi. Penampilan beliau rapi dan bersih. Sedangkan OS memiliki tubuh yang gemuk dan memiliki selera fashion yang tinggi terlihat dari
penampilannya yang selalu modist, memiliki berat badan 85 kg dan tinggi 159 cm dan memiliki kepribadian yang sangat periang.
ES dan OS dikaruniai 3 orang anak, yang terdiri dari 2 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Anak yang pertama bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, anak
yang kedua sedang melanjutkan perkuliahan di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta sambil bekerja, dan yang terakhir anak ketiga sedang menjalani perkuliahan di Kota Bandung.
Saat ini ES dan OS hanya tinggal berdua tanpa anak-anak mereka di Medan. Mereka sangat menikmati kebersamaan mereka yang hanya tinggal berdua di rumah karena ketiga anak
mereka merantau ke Pulau Jawa. Kebersamaan ES dan OS yang hanya tinggal berdua di rumah membuat mereka seperti berpacaran sebelumnya yang membuat mereka semakin bertambah
sayang dan perhatian satu sama lain. ES dan OS merasa puas menjalin rumah tangga yang harmonis dan bahagia dengan pernikahan yang dilakukan tanpa proses pacaran.
4.1.1.4 Profil Pasangan Suami Istri SS dan NM
Pasangan suami istri menikah tanpa pacaran yaitu SS dan NM menikah pada tanggal 2 Februari 1991 sudah mengarungi bahtera rumah tangga selama 24 tahun. SS dan NM suku
Batak dan beragama Kristen Protestan, pasangan ini berdomisili di Kota Medan. SS lahir di Sidikalang, 19 September 1964 sedangkan NM lahir di Medan, 21 Maret 1966. Saat ini SS
bekerja sebagai wirausaha di luar kota Medan sedangkan NM berprofesi sebagai guru TK dan memiliki pekerjaan sampingan sebagai agen asuransi. SS menempuh pendidikan terakhir sampai
tingkat SLTA sedangkan pendidikan terakhir NM sampai tingkat SMA jurusan keguruan. SS dan NM sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama 23 tahun. Proses
perkenalan SS dan NM sampai kepada pernikahan cukup singkat dalam waktu lima bulan. SS menikah di usianya yang ke 23 tahun sedangkan NM menikah di usianya yang ke 26 tahun.
Alasan SS dan NM menikah diusianya karena merasa sudah pantas berkeluarga. Awal perkenalan SS dan NM karena di jodohkan oleh tetangga NM kemudian SS dan NM menemukan
kecocokan lalu memberanikan diri untuk menikah tanpa berpacaran. Saat ini SS dan NM dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa 4 orang anak laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
Rasa puas yang dirasakan dalam pernikahannya membuat pernikahan mereka lebih bahagia walaupun banyak rintangan dan permasalahan yang dihadapi.
4.1.1.5 Tabel Profil Informan No Keterangan
JS HS VP RS
ES OS SS NM
1. Tempat tanggal lahir JS : Medan, 28
Juli 1969 HS : Medan,
25 September
1971
VP : Medan, 23 Maret
1970 RS : Tebing
Tinggi, 18
Mei 1971
ES : Takengon, 4
Agustus 1953 OS :
Pematang Siantar, 14
Oktober 1963
SS : Sidikalang,
19 September 1964 NM :
Medan, 21
Maret 1966
2. Suku
Batak Batak
Batak Batak
3. Pekerjaan
JS : Pegawai di hotel
HS : Perawat VP : Penarik
Becak RS : Ibu
rumah tangga ES :
Pengusaha OS : Guru
SMP SS :
Wiraswasta NM : Guru
TK 4.
Usia pernikahan 10 Tahun
14 Tahun 26 Tahun
23 Tahun 5.
Lama berkenalan sebelum menikah
4 Bulan 3 Hari
5 Bulan 6 Bulan
6. Agama
Kristen Protestan
Kristen
Protestan
Kristen
Protestan
Kristen
Protestan
Sumber : Hasil Wawancara
4.1.2 Komunikasi Antarpribadi Pada Pasangan Suami Istri yang Menikah Tanpa Proses
Pacaran
4.1.2.1 Komunikasi antarpribadi pada pasangan suami istri JS dan HS Pasangan suami istri JS dan HS menikah tanpa proses berpacaran sudah menjalani
pernikahan selama 10 tahun, mereka menikah pada tanggal 23 Mei 2003. Sebelum menikah JS
Universitas Sumatera Utara
dan HS tidak berada dalam satu kota, JS bekerja sebagai wiraswasta di Kota Batam sedangkan HS bekerja sebagai perawat rumah sakit di Kota Medan. JS dan HS dijodohkan oleh kakak
kandungnya JS dan keluarganya HS. Awal perkenalan JS dan HS di mulai dari kakak kandungnya JS kenal dengan adik
kandung ibunya HS. Mereka sepakat untuk memperkenalkan JS dengan HS agar mereka dijodohkan. Lalu kakak kandung JS meminta nomor handphone HS agar JS menghubungi HS
untuk berkenalan. Akhirnya JS menghubungi HS lalu mereka berkenalan dan memulai pendekatan melalui media komunikasi handphone. Seiring berjalannya waktu hubungan JS dan
HS semakin dekat, JS tidak dapat menemui HS di Kota Medan karena pekerjaanya yang tidak dapat ditinggal maka HS bersama saudaranya menemui JS ke Kota Batam. Setelah pertemuan
mereka di Kota Batam, JS dan HS sudah mulai tertarik satu sama lain. Saat itu JS menyatakan keseriusannya untuk menikah dengan HS namun mereka tidak menjalin hubungan pacaran
terlebih dahulu. Hanya dengan keyakinan dan kepercayaan yang besar JS dan HS dapat menjalani hubungan jarak jauh hingga sampai ke pernikahan. Pertemuan awal JS dan HS pada
bulan Januari kemudian pada bulan Mei JS pulang ke kampung halamannya dengan tujuan untuk melamar HS dan melangsungkan pernikahan dengan HS. Beberapa minggu sebelum pernikahan,
JS dan HS melangsungkan acara adat martupol dalam adat Batak, lalu beberapa minggu kemudian JS dan HS melangsungkan pernikahan.
HS mengaku pandangan pertama saat melihat JS biasa saja begitu juga dengan JS belum timbul perasaan apapun, namun JS dan HS sangat yakin suatu saat mereka akan menjadi
pasangan suami istri walaupun tidak berpacaran sebelumnya. Yang mendorong perasaan yakin antara JS dan HS adalah karena kedua orang tua mereka sangat mendukung hubungan JS dan
HS. Saat itu kedua orang tua JS dan HS saling menilai bahwa mereka berasal dari latarbelakang keluarga yang baik-baik dan sudah merasa cocok antara keluarga JS dan HS, hal ini yang
membuat HS semakin yakin kalau JS adalah yang terbaik buat dirinya. Mereka mempunyai prinsip bahwa pilihan orang tua selalu yang terbaik untuk anaknya. JS dan HS juga berserah
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberi petunjuk tentang keyakinan hubungan yang mereka jalani.
Saat ini JS dan HS sudah menjalani pernikahan selama 10 tahun, HS menilai mereka berhasil mencapai kebahagiaan pernikahan. Menurut HS suaminya sangat bertanggungjawab
serta perhatian kepada istri dan anak-anaknya. Hal ini lah yang membuat HS semakin timbul rasa
Universitas Sumatera Utara
sayang dan cinta kepada suaminya. JS menilai kepribadian HS sangat bertanggungjawab dalam mengurus anak-anak dan sangat perhatian kepada kebutuhan suaminya walaupun HS sibuk
bekerja di rumah sakit tetapi ia tetap mengutamakan keluarga dibandingkan pekerjaan. Sebelum menikah JS dan HS memiliki harapan-harapan tertentu kepada pasangan masing-masing,
walaupun ada yang tidak sesuai dengan harapan, sampai saat ini JS dan HS sangat nyaman dengan rumah tangga yang mereka bina selama 10 tahun.
Komunikasi antara JS dan HS selama ini cukup baik sekali. Biasanya sebelum tidur JS selalu mengajak istrinya untuk bercerita tentang aktivitas mereka selama satu hari di kantor,
bercerita tentang anak-anak dan bagaimana sekolah mereka, dan saling berbagi cerita yang lainnya. Menurut JS sebuah keluarga itu dibangun dengan komunikasi yang baik, apabila
komunikasi diantara pasangan tidak baik, maka tidak akan nyambung satu sama lain. JS dan HS mengaku mereka sangat nyambung ketika berbicara, bahkan ketika mereka sedang dalam
masalah JS dan HS bersama-sama mencari jalan keluar dari masalah itu. Dengan komunikasi yang terjalin dengan baik, JS dan HS merasa senang dan bahagia menjalani bahtera rumah
tangga mereka walaupun tidak luput dari masalah yang mereka hadapi. JS dan HS memiliki prinsip bahwa mereka harus saling jujur dan terbuka satu sama lain
dan tidak boleh ada yang disembunyikan. Misalnya dalam hal mengelola keuangan rumah tangga, JS dan HS selalu berusaha untuk tidak ada yang disembunyikan semuanya dilakukan
dengan terbuka, karena menurut mereka masalah uang adalah hal yang sangat sensitif. Tingkat kepercayaan antara JS dan HS terjalin dengan baik. JS dan HS sama-sama
memiliki kesibukan dalam pekerjaan mereka masing-masing dan rasa percaya juga harus selalu ditanamkan dalam diri mereka. Apabila JS sedang banyak pekerjaan di kantor dan terlambat
pulang ke rumah maka JS memberitahukan kepada istrinya bahwa dia terlambat pulang ke rumah dan memberikan penjelasan kepada HS, demikian pula dengan istrinya apabila ada kegiatan dari
rumah sakit yang mengharuskannya pergi keluar kota HS memberikan penjelasan kepada suaminya kemudian JS percaya dan mengerti kepada istrinya. Menurut HS rasa saling percaya
kepada pasangan merupakan hal yang paling utama utnuk membangun rumah tangga yang harmonis. Apabila diantara mereka tidak ada rasa saling percaya maka rumah tangga mereka
tidak akan pernah harmonis sampai saat ini. Apabila JS dan HS memiliki waktu luang biasanya mereka menghabiskan waktu bersama
anak-anak karena JS dan HS sama-sama bekerja jadi mereka meluangkan waktu untuk anak-anak
Universitas Sumatera Utara
dan keluarga. Biasanya mereka pergi jalan-jalan bersama keluarga, atau menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah, silaturahmi ke rumah orang tua JS dan HS, atau pergi berenang
dengan anak-anak mereka. Terkadang sambil jalan-jalan mengisi waktu luang, HS berdiskusi dengan suami untuk saling memperbaiki diri atau membicarakan target-target rumah tangga JS
dan HS kedepannya. Selain itu apabila memiliki waktu senggang JS memiliki ruang personal untuk mencapai tingkat privasi untuk dirinya sendiri. Misalnya di rumah JS memiliki ruang kerja
tersendiri, dimana di ruang kerja tersebut JS bisa mendapatkan inspirasi dan mendapatkan ketenangan tersendiri.
Masalah-masalah di dalam rumah tangga yang dapat memicu konflik biasanya terjadi akibat adanya ketidakseimbangan di dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Untuk
menghindari konflik dalam rumah tangga, biasanya JS dan HS berdiskusi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. HS yakin kalau suaminya lebih bijaksana dalam mengambil
keputusan setelah berdiskusi maka ia menyerahkan sepenuhnya kepada JS. Misalnya dalam mengambil keputusan tentang pendidikan sekolah anak-anak, mau di sekolahkan kemana nanti
anak-anak mereka. JS dan HS mengakui dalam kehidupan rumah tangga tidak luput dari setiap masalah namun JS dan HS berusaha bijaksana dalam menghadapi masalah yang menghampiri
rumah tangga mereka. Biasanya apabila emosi JS dan HS sedang memuncak mereka berusaha untuk tidak berkomunikasi dan tidak berinteraksi dan mengambil waktu untuk berpikir masing-
masing, karena apabila di saat seperti itu mereka berinteraksi masalah akan semakin bertambah dan emosi semakin memuncak. Setelah mereka sudah merasa sama-sama tenang di saat itu lah
JS dan HS menyelesaikan masalah mereka dengan baik dan secara dewasa. Mereka berusaha agar anak-anaknya tidak tahu orang tuanya sedang dalam masalah. JS dan HS mengaku apabila
terjadi masalah dalam rumah tangga mereka justru membuat JS dan HS lebih dewasa dalam berpikir, semakin kuat dan dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi. JS dan HS
mengungkapkan bahwa mereka berusaha untuk memposisikan diri pada situasi perasaan dan pikiran yang sedang dialami pasangan. Misalnya HS berusaha untuk mengerti dan memahami
kondisi JS yang tengah marah, sedangkan JS berusaha untuk mengerti dan memahami apabila JS sedang sedih. Dengan adanya pemahaman dan pengertian akan kondisi pasangan maka suasana
komunikasi yang dirasakan oleh JS dan HS lebih nyaman. Menurut JS dan HS kondisi ekonomi keluarga mereka saat ini terbilang cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga mereka tidak kurang dan juga tidak lebih. JS dan HS saat ini
Universitas Sumatera Utara
mampu menyekolahkan anak-anaknya yang masih duduk di bangku SD. JS mempercayakan istrinya untuk mengelola keuangan keluarga mereka, HS berusaha mengelola dan mengatur gaji
yang diberikan suaminya untuk memenuhi kebutuhan mereka dan apabila ada rezeki yang lebih bisa ditabung dengan tujuan jika memiliki kebutuhan yang tidak terduga.
JS dan HS mengaku bahwa setelah menikah hubungan mereka dengan keluarga sangat harmonis. Hampir setiap minggu JS dan HS berkunjung dan bersilaturahim ke rumah orang tua
JS, kebetulan saat ini JS dan HS tinggal bersama orang tua HS. JS dan HS berusaha untuk tetap seimbang dalam memperhatikan orang tua dan keluarga mereka masing-masing jadi tidak ada
pihak yang lebih dominan. Dalam menjalani hubungan silaturahim dengan orang tua dan keluarga, JS dan HS merasakan bahagia dan senang karena diantara mereka tidak pernah terjadi
konflik dan harmonis selalu. Begitu juga hubungan antara JS dan HS dengan teman-teman serta kerabat terjalin dengan baik, namun dengan teman-teman lama sudah tidak pernah bertemu lagi,
JS dan HS menjalin hubungan dengan kerabat di lingkungan tempat tinggal mereka, lingkungan kantor, serta perkumpulan marga.
JS dan HS selalu berkomunikasi bila memiliki keinginan untuk melakukan hubungan seksual. JS dan HS hanya melakukan hubungan seksual dalam keadaan sama-sama mau. Kalau
misalnya sedang dalam masalah atau sedang capek, maka lebih baik tidak berhubungan, karena jika berhubungan maka akan ada salah satu yang merasa tidak enak. Menurut JS salah satu
keharmonisan rumah tangga itu dipengaruhi juga oleh intensitas hubungan seksual yang dilakukan dan dilandasi dengan kesepakatan mau sama mau tidak ada keterpakasaan sehingga
timbul perasaan bahagia dalam melakukan hubungan seksual. HS mengungkapkan bahwa kesetiaan adalah syarat paling mendasar dalam suatu rumah
tangga. Ibarat seperti nafas bagi kehidupan, tanpa kesetiaan rumah tangganya akan mati pelan- pelan. HS dan JS saling menjaga kesetiaan diantara mereka. Untuk menjaga kesetiaannya JS dan
HS saling terbuka dan saling percaya agar tetap setia dengan pasangan masing-masing. Walaupun ada godaan yang menghampiri mereka, JS dan HS sangat bersyukur masih bertahan
dan tidak pernah melakukan hal yang tidak baik diluar rumah. Oleh karena itu, JS dan HS membina rumah tangga dengan komitmen yang kuat, dan tidak akan mudah roboh walaupun
terkadang banyak cobaan yang menghampiri rumah tangga JS dan HS. Perasaan senang dan bahagia muncul ketika hadirnya seorang anak dalam rumah tangga
JS dan HS karena mereka menginginkan segera memiliki keturunan. Sebulan setelah menikah JS
Universitas Sumatera Utara
dan HS dikaruniai seorang anak dan sampai saat ini JS dan HS sudah dikaruniai tiga orang anak, anak yang pertama dan yang kedua masih duduk di bangku SD dan yang paling bungsu berumur
5 tahun. HS mengaku sebelum hadirnya anak dalam rumah tangga mereka perhatian JS lebih fokus kepada dirinya, namun setelah hadirnya anak perhatiannya kepada istri sudah mulai
berkurang karena sudah terbagi kepada anak-anak. JS dan HS menjalani perannya sebagai orang dilakukan dengan baik dan seimbang. Menurutnya peran orang tua yang paling penting adalah
mencintai dan memelihara anak-anak serta membangun perasaan berharga dan keyakinan diri tinggi dalam diri mereka. Dengan hadirnya anak dalam kehidupan rumah tangga JS dan HS
menambah rasa cinta dan sayang diantara mereka. Pola pengasuhan anak yang diterapkan oleh JS dan HS menitikberatkan pada nilai-nilai moral dan berpegang teguh pada ajaran agama
mereka yang tujuannya untuk memperkuat iman anak-anak mereka agar tidak sampai terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif seperti narkoba dan pergaulan bebas. JS dan HS merasakan
manfaat dalam mengurus anak yaitu membuat cara berpikir mereka semakin dewasa sebagai orang tua.
Bertumbuhnya saling pengertian antara JS dan HS membuat mereka menjalin kerja sama yang baik sebagai suami dan istri. JS dan HS menyadari bahwa mereka memiliki kepribadian
yang berbeda namun bersama-sama dan saling bertolongan membangun sebuah keluarga. Dengan mengenali dan memahami diri pribadi, JS dan HS akan lebih mudah memahami dan
menerima satu sama lain. Perbedaan yang ada dimanfaatkan untuk saling melengkapi dan mendukung. Dengan adanya sikap positif yang dibangun JS dan HS segala cobaan yang datang
dilalui bersama. HS selalu berusaha untuk menumbuhkan sikap positif apabila masalah menghampiri rumah tangga mereka. Demikian halnya dalam kesetaraan, JS dan HS selalu
berusaha untuk menumbuhkan adanya perasaan sama satu sama lain, tidak ada yang lebih dominan dan berkuasa. Terutama dalam hal penghasilan dalam pekerjaan, tidak ada yang merasa
penghasilan siapa yang lebih besar, JS dan HS menganggap semuanya milik bersama. Penyesuaian awal dalam kehidupan pernikahan merupakan suatu hal yang sangat sulit
dan harus dihadapi oleh JS dan HS. JS dan HS harus saling menyesuaikan diri dengan keluarga masing-masing pihak dan dengan lingkungan yang masih baru. JS dan HS mengaku tantangan
sering muncul di awal pernikahan yaitu permasalahan dalam penyesuaian diri terhadap peran baru sebagai suami istri. Menurut HS penyesuaian di awal pernikahan bukan hal yang mudah
karena JS dan HS bertemu dan berkenalan dalam waktu yang singkat tanpa proses pacaran. Di
Universitas Sumatera Utara
awal pernikahan, JS dan HS menemukan perbedaan-perbedaan mulai dari kebiasaan sehari-hari, cara mereka berkomunikasi, terutama mereka menemukan sifat asli yang sebenarnya dari
pasangan mereka. Misalnya setelah menikah HS mengetahui bahwa JS tidak menyukai makanan yang pedas, untuk kedepannya HS tidak memasak makanan yang pedas agar suaminya selera
dengan masakannya. Sedangkan JS setelah menikah baru mengetahui bahwa istrinya suka merajuk. Sebagai suami JS mengaku kalau dia dengan istrinya berusaha untuk saling menerima
perbedaan-perbedaan, saling menghargai keunikan masing-masing maka pernikahan JS dan HS tetap berjalan dengan harmonis.
Awal pertama pernikahan adalah masa yang penting sebab pada masa itu sistem keluarga dibentuk. JS dan HS mengaku bahwa di awal penikahan kemesraan dan keintiman tidak
langsung muncul, mereka mengaku masih merasa malu-malu dalam melakukan kedekatan fisik. Namun seiring dengan kebersamaan yang setiap hari, keintiman dan kemesraan yang dirasakan
antara JS dan HS semakin meningkat. Kedekatan diantara mereka semakin hangat, saling menyukai, dan selalu ingin merasa dekat selalu. Kasih sayang dan perhatian antara JS dan HS
yang lebih dapat mengungkapkan keintiman mereka. Misalnya diawal pernikahan JS sering menggandeng tangan HS sewaktu berjalan bersama, sering memberikan kecupan sebelum
berangkat kerja dan sebelum tidur. Tindakan-tindakan yang sesederhana itu yang membuat JS dan HS semakin intim di awal pernikahan mereka walaupun sebelunya mereka menikah tanpa
ada hubungan pacaran. JS da HS sering melakukan aktivitas bersama-sama, misalnya mereka sering berolahraga bersama, mengerjakan pekerjaan rumah bersama menurutnya akan membawa
dampak positif dalam kehidupan mereka karena JS dan HS bisa merasakan dan menikmati kebahagiaan kehidupan mereka di awal pernikahan.
Hubungan cinta biasanya akan merasakan bahagia di tahun awal pernikahan. Demikian halnya dengan JS dan HS, mereka menikah tanpa pacaran dimana cinta belum bersemi diantara
mereka namun karena mereka memiliki keyakinan yang kuat bahwa mereka akan bahagia maka mereka memberanikan diri untuk menikah. Dan sampai saat ini kehidupan pernikahan mereka
dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang, meskipun awalnya mereka tidak berpacaran. Kebersamaan yang selalu dilalui bersama, perhatian, serta sentuhan-sentuhan fisik yang
dilakukan JS dan HS menimbulkan rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam diantara mereka. Biasanya JS dan HS menyatakan cinta dengan cara yang sederhana namun sangat berarti bagi
mereka, misalnya dengan sentuhan lembut, menggandeng tangan, mencium pipi sebelum pergi
Universitas Sumatera Utara
bekerja dan sebelum tidur mampu menggambarkan kedalaman cinta JS dan HS. Untuk tetap menjaga cinta yang sudah bersemi diantara mereka, maka JS dan HS menjunjung tinggi
komitmen pernikahan yang menjamin keberlanjutan hubungan cinta mereka. JS dan HS mengaku merasa puas menjalani pernikahannya yang sudah dibina selama 10
tahun sampai saat ini. Walaupun banyak rintangan dan permasalahan yang dihadapi namun JS dan HS tetap merasa puas dengan kebahagiaan pernikahan mereka. JS dan HS mengaku bahwa
kepuasan pernikahan mereka didukung karena terjadi keseimbangan antara kepuasan dalam hal pemenuhan kebutuhan yaitu kebutuhan materi, kebutuhan seks dan kebutuhan psikologis. JS dan
HS tidak menyesal karena pernikahan mereka dilalui tanpa berpacaran sebelum menikah sebaliknya mereka sangat bersyukur karena mereka mendapat kepuasan yang lebih besar. JS dan
HS memiliki harapan yang paling utama dalam pernikahannya yaitu terbentuknya keluarga yang bahagia, semakin harmonis dan langgeng sampai maut memisahkan JS dan HS.
4.1.2.2 Komunikasi antarpribadi pada pasangan suami istri VP dan RS