Model Teoritik Penguji Utama :

2.2.8.1 Hubungan Pria Wanita

Oleh karena pria dan wanita cenderung berusaha mendapatkan keakraban hubungan melalui cara-cara yang berbeda, maka cara-cara tersebut menjadi penting bagi gaya masing- masing, dan frustasi dapat terjadi dalam hubungan beda gender. Wanita sering kali mengkritik pria karena kurang mampu mengekspresikan perasaan mereka. Pria perlu mengerti bahwa bagi wanita keakraban diartikan sebagai berbagi informasi, perasaan, rahasia, dan pengertian melalui semacam pernyataan-pernyataan pengungkapan diri seperti “Hubungan kita benar-benar penting bagi saya. Hidup saya bagaikan hampa tanpa Anda”. Di masa lalu, masyarakat Amerika Serikat preferensi feminine bagi pengungkapan verbal sebagai ukuran keakraban, sekarang ini perhatian telah lebih diarahkan pada kecenderungan pria terhadap aktivitas instrumental sama pentingnya dalam menentukan keakraban WoodInman,1993. Ada yang mengatakan bahwa gaya ekspresif wanita dan gaya instrumental merupakan pendektan yang saling melengkapi dapat bekerja sama dengan baik BudyatnaGaniem,2011:164.

2.3 Model Teoritik

Dalam penelitian ini, penelitian membuat model teoritik dengan memahami keterkaitan antara beberapa teori, yaitu pengolahan informasi dalam teori komunikasi antarpribadi, teori penetrasi sosial, self disclosure, Johari Windows, teori pelanggaran harapan, dan perkawinan. Keterkaitan antar teori ini menjadi rangkaian yang berkesinambungan, berikut model teoritik yang peneliti gambarkan untuk menjelaskan keterkaitan antar teori yang menjadi rangkaian berkesinambungan tersebut : Gambar 1. Bagan Model Teoritik Penelitian Komunikasi Antarpribadi Pada Pasangan Suami Istri Yang Menikah Tanpa Pacaran Universitas Sumatera Utara Komunikasi Antarpribadi Teori Penetrasi Sosial Self Disclosure Teori Pelanggaran Harapan Perkawinan Pola Hubungan Interaksi Perbedaan Gender Dalam Keakraban Hubungan Pria Wanita Pasangan Suami Istri - Komunikasi antarpribadi pada pasangan suami istri yang menikah tanpa pacaran. - Perkembangan hubungan suami istri yang menikah tanpa pacaran. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, dimana peneliti akan memberikan pemaparan atau gambaran umum mengenai bagaimana komunikasi antarpribadi dan perkembangan hubungan pada pasangan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu tema, gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan Mukhtar Widodo, 2005:15. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau sampling sangat terbatas Bungin,2009: 56. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Riset ini untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel Bungin,2009:69. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan peneliti merupakan sebuah gambaran mengenai keadaan-keadaan dan pola-pola komunikasi antarpribadi yang terjadi pada pasangan suami istri yang menikah tanpa pacaran. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus. Studi kasus merupakan upaya mengumpulkan dan kemudian mengorganisasikan serta menganalisis data tentang kasus-kasus tertentu berkenaan dengan permasalahan-permasalahan yang menjadi perhatian peneliti untuk kemudian data tersebut dibandingkan atau dihubungkan satu dengan lainnya dalam hal lebih dari satu kasus, dengan tetap berpegang pada prinsip holistik dan kontekstual Pawito,2007:141. Selain itu menurut Pawito, “studi kasus bertujuan untuk memberikan penekanan pada spesifikasi dari unit-unit atau kasus yang diteliti. Metode studi kasus berorientasi pada sifat-sifat unik kasual, dari unit-unit yang sedang diteliti berkenaan dengan permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus penelitian” Pawito,2007:141. Penelitian studi kasus merupakan metode riset yang menggunakan berbagai sumber data yang dapat digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis Universitas Sumatera Utara Kriyantono,2006:65. Penggunaan studi kasus dalam penelitian komunikasi dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut Pawito,2007:145-146 : a. Menentukan topik penelitian relatif spesifik dan tujuan penelitian. b. Mengidentifikasi unit analisis individu, kelompok, organisasi, komunitas, teks. c. Melakukan studi literatur. d. Merancang pedoman wawancara, terutama pada studi kasus yang melibatkan manusia sebagai sumber data subjek, informan. Dalam hal ini, jumlah subjek yang diangkat sebagai kasus biasanya relatif terbatas jumlahnya, sesuai dengan tujuan penelitian. e. Melakukan pengamatan dan pengumpulan data, termasuk observasi dan in depth interview. Catatan lapangan serta penggunaan alat-alat perekam yang digunakan untuk merekam wawancara sangat penting dalam hal ini. f. Membandingkan mencari persamaan serta perbedaan yang ada diantara unit analisis yang berbeda-beda, menghubung-hubungkan satu dengan yang lain. g. Menyusun draft awal persoalan demi persoalan di bawah sub-sub judul tertentu sambil kembali memeriksa literatur. h. Penyusunan draft final laporan penelitian.

3.2 Objek Penelitian