Fokus Masalah Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah : Paradigma Kajian

pernah mengalami trend penurunan. Ini berarti menunjukkan ada permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat, khususnya masalah menyangkut rumah tangga maupun keluarga http:www.waspada.co.idindex.php?option=com_contentview=articleid=234759:tingkat- perceraian-di-medan-meningkatcatid=14:medanItemid=27. Melihat fenomena yang terjadi dalam penyesuaian dan pertumbuhan dalam pernikahan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang belum pernah diteliti sebelumnya yakni mengurai proses komunikasi antarpribadi pada pasangan yang menikah tanpa proses berpacaran. Karena kita tahu, dalam memulai sebuah hubungan pernikahan itu ada unsur cinta, keintiman, dan keterbukaan satu sama lain. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana proses komunikasi antarpribadi pada pasangan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran, di mana dalam hal ini peneliti memfokuskan penelitian terhadap pasangan suami istri yang menjalin hubungan pernikahan tanpa proses pacaran.

1.2 Fokus Masalah

Fokus masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicari jawabannya. Dapat juga dinyatakan bahwa perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah Syafruddin Pohan, dkk, 2012:10. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana komunikasi antarpribadi pada pasangan yang menikah tanpa pacaran di Kota Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah :

1. Bertujuan untuk mengetahui komunikasi antarpribadi pada pasangan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran di Kota Medan. 2. Bertujuan untuk mengetahui perkembangan hubungan suami istri yang menikah tanpa proses pacaran di Kota Medan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat Akademis Universitas Sumatera Utara Penelitian ini diharapkan mampu memperluas atau menambah khasanah penelitian komunikasi dan menambah pengetahuan dan pengalaman ilmu mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2. Manfaat Teoritis Penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang didapat selama menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU serta menambah cakrawala dan wawasan peneliti yang berkaitan dengan komunikasi antarpribadi dalam suatu hubungan pernikahan tanpa pacaran. 3. Secara Praktis Melalui penelitian ini, diharapkan bisa memberikan pandangan dan pengetahuan tentang komunikasi antarpribadi kepada siapa saja, apabila suatu saat nanti pembaca mengalami pernikahan tanpa pacaran. Universitas Sumatera Utara BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Penelitian merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Cara untuk mencari kebenaran dilakukan para peneliti dan praktisi melalui model yang biasa dikenal dengan perspektif. Becker mendefenisikan perspektif sebagai seperangkat gagasan yang melukiskan karakter situasi yang memungkinkan pengambilan tindakan, suatu spesifikasi jenis-jenis tindakan yang secara layak dan masuk akal dilakukan orang, standar nilai yang memungkinkan orang dapat dinilai Mulyana,2005:5. Sedangkan Wimmer Dominick dalam Kriyantono, 2006: 48 menyebut pendekatan dengan paradigma, yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. Perspektif tercipta berdasarkan komunikasi antaranggota suatu kelompok selama seseorang menjadi bagian kelompok tersebut. Menurut Mulyana dalam Kriyantono, 2006: 48, jenis perspektif atau pendekatan yang disampaikan oleh teoritis bergantung pada bagaimana teoritis itu memandang manusia yang menjadi objek kajian mereka. Adapun metodologi yang digunakan peneliti dalam pembahasannya adalah metode deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Asumsi ontologis pada paradigma konstruktivisme menganggap realitas merupakan konstruksi sosial, kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Selain itu, realita juga dianggap sebagai hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial. Selain itu realita juga dianggap sebagai hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial, sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman, konteks dan waktu. Secara epistemologis, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Didalam paradigma ini, peneliti dan objek atau realitas yang diteliti merupakan kesatuan realitas yang tidak terpisahkan. Peneliti merupakan fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam rangka merekonstruksi realitas sosial. Dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai, etika, dan pilihan moral sebagai bagian integral dari penelitian dengan tujuan merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti. Universitas Sumatera Utara Konstruktivisme atau constructivism mempunyai dampak yang luas sekali di bidang komunikasi. Menurut pandangan ini, para individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut kategori-kategori konseptual di dalam pemikirannya. Realitas tidak hadir dalam bentuk apa adanya tetapi harus disaring melalui cara seseorang melihat sesuatu. Konstruktivisme sebagian didasarkan pada teori dari George Kelly dalam Budyatna dan Ganiem, 2011:221 mengenai konsep-konsep pribadi atau personal constructs yang mengemukakan bahwa orang memahami pengalamannya dengan mengelompokkan dan membedakan peristiwa-peristiwa yang dialaminya menurut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya. Perbedaan-perbedaan yang dipersepsikan tidaklah alamiah tetapi ditentukan oleh sejumlah hal-hal yang berlawanan di dalam sistem kognitif individu. Kompleksitas kognitif memainkan peranan yang penting di dalam komunikasi. Konsep- konsep antarpribadi terutama penting karena konsep-konsep tersebut mengarahkan bagaimana kita memahami orang lain. Para individu berbeda dalam kompleksitas dengan mana mereka memandang individu lainnya. Bila seorang individu sederhana dalam arti kognitif, individu cenderung melakukan stereotip kepada orang lain, sedangkan bila individu lebih memiliki perbedaan secara kognitif, maka individu akan melakukan perbedaan-perbedaan secara lebih halus dan lebih sensitif. Secara umum, kompleksitas kognitif mengarah kepada pemahaman yang lebih besar mengenai pandangan-pandangan orang lain dan kemampuan yang lebih baik untuk membingkai pesan-pesan dalam arti dapat memahami orang lain. Konstruktivisme pada dasarnya merupakan teori pilihan strategi atau strategy-choice theory. Prosedur-prosedur penelitian para konstruktivis biasanya menanyakan para subjek untuk memilih tipe-tipe pesan yang berbeda dan mengkalsifikasikannya yang berkenaan dengan kategori-kategori strategi Budyatna dan Ganiem,2011:225. 2.2 Kajian Pustaka 2.2.1. Komunikasi