Skor Sedang = ŋ – ō ≤ x ŋ + ō
= 57,5-
17,25 ≤ x 57,5+17,25
= 40,25
≤ x 74,75 Skor Tertinggi =
ŋ+ ō ≤ x Nilai Maximum =
57,5+ 17,25
≤ x 92 =
74,75 ≤ x 92
Tabel 4.9 Distribusi Skor Responden Motivasi Belajar
Kategori Skor
Frekuensi persentase
Tinggi 74,75 92
13 43,4
Sedang 40,25 – 74,75
17 56,6
Rendah 23 40,25
Total 30
100
Dari tabel di atas, dapat dilihat sebanyak 43,4 siswa yang memiliki motivasi belajar dalam kategori tinggi, 56,6 siswa lainnya memiliki
tingkat motivasi belajar dalam kategori sedang dan tidak ada siswa yang memiliki tingkat motivasi rendah. Ini menunjukkan mayoritas siswa SMA
Negeri 3 Kota Tangerang Selatan memiliki tingkat motivassi belajar dalam kategori sedang sebanyak 17 orang.
C. Interpretasi Data
Berdasarkan uji normalitas hasil output SPSS 16.0 untuk skala layanan bimbingan dan konseling, didapat angka Sig.Shapiro-Wilk yaitu 0,086 dan
lebih besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 maka dikatakan bahwa distribusi data skala layanan bimbingan dan konseling normal. Hal ini
seperti yang digambarkan di bawah :
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk Statistic
df Sig.
Statistic df
Sig.
Layanan Bimbingan dan Konseling
.173 30
.053 .939
30 .086
a. Lilliefors Significance Correction
Sedangkan hasil uji normalitas untuk skala motivasi belajar siswa didapat output sig. Shapiro-Wilk yaitu 0,069 dan lebih besar dari taraf signifikansi yang
ditetapkan yaitu 0,05 maka dikatakan bahwa distribusi data skala motivasi belajar siswa normal. Hal ini seperti yang digambarkan di bawah :
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk Statistic
df Sig.
Statistic df
Sig. Motivasi Belajar
Siswa .155
30 .064
.936 30
.069
a. Lilliefors Significance Correction
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis nol dilakukan dengan membandingkan harga “r” yang diperoleh dari hasil perhitungan penelitian dengan harga “r” tabel. Jika harga
”r” hasil perhitungan kurang dari harga “r” tabel, maka hipotesis nihil H diterima dan hipotesis alternatif H
a
ditolak. Sebaliknya jika harga “r” hasil perhitungan lebih dari “r” tabel, maka hipotesis alternatif H
a
diterima dan hipotesis nol H
ditolak. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 16.0 diperoleh
hasil hipotesis seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Layanan Bimbingan dan Konseling dengan
Motivasi Belajar Siswa Layanan
Bimbingan dan Konseling
Motivasi Belajar Siswa
Layanan Bimbingan dan Konseling
Pearson Correlation
1 .496
Sig. 2-tailed .005
N 30
30
Motivasi Belajar Siswa
Pearson Correlation
.496 1
Sig. 2-tailed .005
N 30
30
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Dari hasil perhitungan harga “r” r hasil perhitungan diperoleh jumlah 0,496 dan harga koefisien korelasi tersebut bertanda positif. Artinya jika
korelasi antara layanan bimbingan dann konseling dengan motivasi belajar siswa merupakan korelasi searah.
Untuk mengetahui arti harga indeks korelasi pada taraf signifikansi tertentu, maka perlu diadakan pengujian dengan membandingkan besar “r”
hasil perhitungan dengan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai Product Moment
dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas db atau degrees of freedomnya df yang rumusnya sebagai berikut :
Df = N – nr
Keterangan : Df : degree of freedom
N : number of cases Nr : banyaknya variabel yang kita korelasikan
Dengan diperoleh db atau df , maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” tabel Product Moment baik pada taraf 5 atau
1 dalam hal ini df = 30 – 2 = 28.
Dari tabel nilai “r” Product Moment, dapat dilihat berapa harga “r” dengan berapa derajat bebasnya. Pada df = 28 dengan taraf signifikan 5 diperoleh
sebesar 0,36. Dengan demikian harga “r” hasil perhitungan 0,496 lebih besar dari harga
tabel “r” yaitu 0,361, maka pada taraf signifikan 5 hipotesis nol H ditolak,
sedangkan hipotesis alternatif H
a
diterima. Ini berarti pada taraf signifikan 5 ada korelasi positif yang signifikan, antara layanan bimbingan dan koseling
dengan motivasi belajar siswa. Kemudian apabila dibandingkan harga “r” hasil perhitungan dengan harga
“r” tabel pada taraf signifikan 1 dimana pada “r” tabel dengan df = 28 adalah 0,463 maka taraf signifikan 1 harga “r” hasil perhitungan lebih besar dari
harga “r” tabel , maka pada taraf signifikan 1 pun hipotesis nol H ditolak
dan hipotesis alternatif H
a
diterima. Dengan demikian terbukti bahwa ada hubungan positif yang signifikan.
Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan variabel X terhadap variabel Y terlebih dahulu dicari koefisien penentuan dengan rumus sebagai berikut :
KD = rxy
2
X 100 =
0,496
2
X 100 = 0,246 X 100
= 24,6 Hal ini mengandung pengertian bahwa intensitas layanan bimbingan dan
konseling memberikan kontribusi sebesar 24,6 terhadap motivasi belajar
siswa di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara intensitas
layanan bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar siswa. Artinya, semakin tinggi intensitas layanan bimbingan dan konseling yang diikuti
oleh siswa, maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. akan tetapi sebaliknya semakin rendah intensitas layanan bimbingan dan konseling
yang diikuti oleh siswa, maka semakin rendah pula motivasi belajar siswa. Adapun kontribusi yang diberikan oleh intensitas layanan bimbingan
dan konseling terhadap motivasi belajar siswa adalah 24,6 , sedangkan sisanya bisa disumbang oleh variabel lain yang tidak diteliti dari penelitian.
53