relations, dan kesempatan bagi murid untuk mendapatkan bimbingan dan konseling secara teratur.
c. Adanya personil yang terlatih untuk melaksanakan program-program tersebut di atas, dan dilibatkannya seluruh staf sekolah dalam pelaksanaan bimbingan;
d. Adanya fasilitas yang memadai, baik fisik mupun non fisik suasana, sikap, dan sebagainya.
e. Adanya kerjasama yang sebaik-baikya antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
20
3. Hubungan Antara Bimbingan dan Konseling
Pandangan mengenai bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang integral, keduanya tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu perkataan bimbingan
selalu dirangkaikan dengan konseling. Ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang
prinsipil antara bimbingan dengan konseling. Namun sementara pihak ada yang berpendapat bahwa konseling identik dengan psikoterapis. “Psikoterapi adalah
istilah yang digunakan dalam dunia medis seperti unit psikiatri, dan konseling adalah istilah yang digunakan dalam dunia pendidikan seperti pusat bimbingan
dan penyuluhan siswa”.
21
Sementara pihak ada lagi yang berpendapat bahwa “Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang
konselor membantu yang lain konseli, supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya”.
22
Dengan demikian jelaslah, bahwa konseling merupakan salah satu teknik pelayanan bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan cara memberikan bantuan
secara individual. Bimbingan tanpa konseling ibarat pendidikan tanpa pengajaran atau perawatan tanpa pengobatan. Kalaupun ada perbedaan di antara keduanya
hanyalah terletak pada tingkatannya.
20
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
2008, h. 5
21
John McLeod, Pengantar Konseling: teori dan studi kasus…, h. 9
22
I Djumhur dan M. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu, 1975, h. 29
4. Tujuan, Fungsi, dan Pengembangan Bimbingan dan Konseling dalam Bidang-bidangnya
a. Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
“Pemberian Layanan Bimbingan dan Konseling bertujuan agar individu dapat merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir dan
kehidupannya di masa yang akan datang, mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, menyesuaikan diri dengan
lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya, serta mampu mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapinya dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja”.
23
Dari definisi di atas dapat disimpulkan tujuan layanan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu para siswa agar dapat mengembangkan diri
secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya sesuai dengan perkembangan lingkungannya.
Dalam penerapannya terdapat lima Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling, diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mengenali diri sendiri dan lingkungan. 2. Untuk dapat menerima diri sendiri dan ingkungan.
3. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri. 4. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
5. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.
24
Dari tujuan pelayanan bimbingan dan konseling di atas dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
1. Untuk mengenali diri sendiri dan lingkungan, maksudnya ialah agar peserta didik mampu mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan, maksudnya ialah agar peserta didik dapat menerima keadaan yang dia miliki, baik dari segi kelebihan
dan kekurangannya. 3. Untuk dapat mengambil keputusan, maksudnya ialah agar peserta didik dapat
mengambil keputusan sendiri terhadap segala sesuatu yang dihadapinya.
23
Syamsu Yusuf dan A.Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, h. 13.
24
Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling: Pengantar Pengembangan Diri dan Pemecahan Masalah Peserta Didik…, h. 20-22
4. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri, maksudnya ialah apapun potensi yang dimiliki oleh peserta didik harus diarahkan sesuai dengan bakat dan minatnya.
5. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri, maksudnya ialah agar peserta didik suatu saat dapat mewujudkan keinginan atau cita-cita yang dia miliki.
Pada dasarnya, kelima tujuan dilaksanakannya pelayanan bimbingan dan koseling tersebut di atas adalah agar peserta didik mampu mencapai dirinya
tersebut dalam mengenal, menerima dirinya serta mampu mewujudkan dirinya. Selain itu, Bimbingan dan Konseling bertujuan membantu peserta didik agar
memiliki kompetensi, mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang
harus dikuasainya sebaik mungkin. Selain itu, menurut John Mcleod fondasi dari keragaman model teori dan
tujuan sosial adalah keragaman ide tentang tujuan konseling dan terapi. Berikut ini adalah beberapa tujuan yang didukung secara eksplisit maupun implisit oleh
para konselor, yaitu: a
Pemahaman. Adanya pemahaman dan perkembangan kesulitan emosional, mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih kontrol
rasional ketimbang perasaan dan tindakan.
b Berhubungan dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan
mempertahankan hubungan yang bermakna dengan orang lain. Seperti dalam keluarga atau tempat kerja.
c Kesadaran diri. Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang
selama ini di tolak atau di tahan, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.
d Penerimaan diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri yang di tandai
oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan penolakan.
e Aktualisasi diri atau Individuasi. Pergerakan kearah pemenuhan potensi atau
penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan. f
Pencerahan. Membantu klien mencapai kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi.
g Pemecahan masalah. Menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak
bisa di pecahkan oleh klien seorang diri. h
Pendidikan psikologi. Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan megontrol tingkah laku.
i Memilih keterampilan sosial. Mempelajari dan menguasai keterampilan
sosial dan Interpersonal seperti mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan, asertif atau pengendalian kemarahan.
j Perubahan kognitif. Modifikasi atau mengganti kepercayaan yang tidak
rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancuran diri.
k Perubahan tingkah laku. Modifikasi atau mengganti pola tingkah laku yang
maladaptif atau merusak. l
Perubahan sistem. Memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya sistem sosial, seperti keluarga.
m Penguatan. Berkenaan dengan keterampilan, kesadaran dan pengetahuan yang akan membuat klien mampu mengontrol kehidupannya.
n Restitusi. Membantu klien membuat perubahan kecil terhadap perilaku yang
merusak.
25
b. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan siswa dalam keseluruhan proses kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini, bimbingan dan
konseling berfungsi sebagai pemberi layanan pada siswa agar dapat berkembang menjadi pribadi mandiri. Dan dalam pelaksanaannya, bimbingan dan konseling
memiliki berbagai fungsi. Adapun yang menjadi fungsi pokok dari pelayanan bimbingan dan
konseling menurut W.S. Winkel, antara lain: a. Fungsi Penyaluran distributive, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
siswa mendapatkan atau memilih program studi yang sesuai dengan dirinya. b. Fungsi Penyesuaian adjustive, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
siswa menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi.
c. Fungsi Pengadaptasian, yaitu fungsi bimbingan sebagai narasumber bagi tenaga-tenaga kependidikan yang lain di sekolah, khususnya pimpinan
sekolah dan staf pengajar, dalam hal mengarahkan rangkaian kegiatan pendidikan dan pengajaran supaya sesuai dengan kebutuhan para siswa.
26
25
John McLeod, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasu,Jakarta: Kencana, 2008, Ed.3, Cet. 2, h. 13
26
W. S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan, Jakarta : Grasindo, 1997, h. 98
Sementara pihak ada lagi yang berpendapat pelayanan bimbingan dan konseling khususnya di sekolah memiliki beberapa fungsi, yaitu 1 fungsi
pencegahan preventif, 2 pemahaman, 3 pengentasan, 4 pemelihraan, 5 penyaluran, 6 penyesuaian, 7 pengembangan, 8 perbaikan, dan 9
advokasi.
27
Dengan demikian fungsi dari pelayanan bimbingan dan konseling di atas adalah harus mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-
hasil yang dicapainya secara jelas dapat di identifikasi dan di evaluasi.
c. Bidang Bimbingan dan Konseling
Bidang-bidang bimbingan dan konseling akan diuraikan dengan lingkup program dan praktek pengembangan potensi dan kepribadian siswa.
a. Bidang Pengembangan Pribadi Pengembangan dalam bidang pribadi adalah merupakan layanan
pengembangan kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang berkenaan dengan aspek-aspek intelektual, afektif dan fisik motorik.
b. Bidang Pengembangan Sosial Pengembangan bidang sosial merupakan layanan pengembangan
kemampuan dalam mengatasi masalah sosial dalam kehidupan di rumah, sekolah dan masyarakat dalam kerjasama dan berinteraksi dengan teman sebaya atau
orang dewasa. c. Bidang Pengembangan Pendidikan
Pengembangan dalam bidang pendidikan adalah layanan mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses pendidikan yang sedang
dijalani maupun yang akan dimasukinya kelak. d. Bidang Pengembangan Pembelajaran
Pengembangan dalam bidang pembelajaran merupakan layanan mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses
pembelajaran baik disekolah maupun dirumah. e. Bidang Pengembangan karir
Pengembangan dalam bidang pengembangan karir merupakan layanan merencanakan dan mempersiapkan pengembangan karir dengan bimbingan
pengenalan dunia karir, penyusunan rencana karir, dan persiapan karir bagi peserta didik., dan sukses dalam karir. Kelima bidang pengembangan ini
merupakan bagian dalam mengembangkan diri individu peserta didik yang
27
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, Jakarta: raja Grafindo Persada, 2007, h. 39
berkaitan dengan Pribadi, kehidupan sosial, pendidikan, pembelajaran, dan karir atau profesi yang akan ditekuninya kelak.
28
5. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling, minimal sembilan layanan yang menjadi perhatian dalam tulisan ini yang dirujuk dari buku Prayitno 2004
dan Tohirin 2007, diantaranya yaitu: 1. Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan yang dilakukan untuk
memperkenalkan siswa baru atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya
29
. Layanan orientasi ini bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya atau situasi yang baru dan
agar individu dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru.
2. Layanan Informasi, yaitu suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka butuhkan dan usaha-usaha untuk
membekali siswa dengan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan hidupnya. Layanan informasi ini bertujuan agar individu mengetahui
menguasai informasi yang selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya.
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran, bertujuan agar siswa memperoleh tempat yang sesuai dalam mengembangkan potensi diri siswa atau seseorang.
30
4. Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan konseling yang diselenggarakan oleh konselor terhadap klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.
5. Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu suatu cara memberikan bantuan bimbingan kepada individu siswa melalui kegiatan kelompok.
28
Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling: Pengembangan Diri dan Pemecahan Masalah Peserta didik…, h. 46-50
29
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, Cet 2, h. 255
30
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, Jakarta: raja Grafindo Persada, 2007, h. 153
6. Layanan Konseling Kelompok, yaitu sebagai suatu upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh
masing-masing kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. 7. Layanan konsultasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh
konselor pembimbing terhadap seorang konsulti untuk memperoleh wawasan pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani
kondisi atau permasalahan pihak ketiga. Tujuan layanan konsultasi ini adalah agar klien siswa dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi
atau permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga. Pihak ketiga adalah orang yang mempunyai hubungan baik dengan konsulti.
8. Layanan Mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak
menemukan kecocokan atau dalam kondisi bermusuhan. Layanan Mediasi ini bertujuan agar tercapainya kondisi hubungan yang positif dan kondusif diantara
klien sehingga terjadi perubahan dari kondisi awal yang negatif menjadi kondisi baru dalam hubungan antara kedua belah pihak yang bermasalah.
9. Layanan Bimbingan Belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Hal ini dikarenakan kegalan-kegalan
yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya inteligensi, melainkan disebabkan mereka tidak dapat pelayanan
bimbingan yang memadai. Dengan kata lain, layanan bimbingan dan konseling di atas adalah “dasar
dari bimbingan dan penyuluhan disekolah, yang merupakan proses bantuan khusus yang diberikan kepada semua siswa dalam memahami, mengarahkan diri,
bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal”.
31
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan
31
W. S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 1997, Ed. Revisi, h. 97
hukum atau perundang-undangan, namun yang lebih penting adalah menyangkut
upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut “konseli”, agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya yang menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual.
Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang, yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli
tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah
dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik,
psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup
seseorang. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan
perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi atau kemandegan perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku.
Dengan demikian, upaya untuk menangkal dan mencegah penyimpangan perilaku tersebut, adalah mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi
mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan tugas dari bimbingan dan konseling yang
harus dilakukan secara proaktif tentang perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang mempengaruhinya.
C. Kerangka Berfikir
Pelayanan konseling dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada individu dalam memecahkan masalahnya secara individual atau kelompok.
Bimbingan merupakan usaha yang dilakukan untuk memberikan bantuan kepada siswa untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapinya, agar tercapai
kemampuan untuk dapat memahami, menerima, mengarahkan, dan kemampuan