pekerja mendapatkan informasi langsung dan jelas tentang efektivitas pelaksanaan kerjanya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dimensi yang diungkapkan oleh Smith, Kendal dan Hulin dalam Sjabadhyni, dkk, 2004 yang sudah tertera
diatas.
2.3.4. Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Gibson et al. 2003, menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai antara lain adalah :
1. Pekerjaan, pekerjaan yang menantang atau tidak, memerlukan keahlian khusus atau tidak, pegawai merasakan pekerjaan itu cukup menarik dan
dapat memahami tugas yang diberikan. 2. Upah atau bonus, pegawai mengharapkan bahwa upah yang diberikan
harus disesuaikan dengan beban kerja dan adanya keadilan dalam pemberian upah. Di samping itu, pemberian bonus juga diberikan apabila
pegawai telah melakukan pekerjaan sesuai dengan tarfet perusahaan. 3. Rekan-rekan kerja, rekan kerja yang ramah, kompeten dan mendukung
dapat memberikan kepuasan kerja 4. Kondisi kerja yang menunjang, dalam hal ini perlu diperhatikan
penerangan dalam ruang kerja, suhu ruang kerja peralatan yang nyaman untuk digunakan dapat memuaskan pegawai, karena kondisi kerja yang
nyaman dan menunjang mempengaruhi kepuasan kerja.
35
5. Promosi, promosi dapt diberikan kepada pegawai yang telah lama bekerja dan mempunyai prestasi kerja yang baik.
6. Gaya kepemimpinan, cara atasan untuk mearik minat bawahan dan memperhatikan kebutuhan pegawai.
Burn 1993 mengemukakan pendapatnya tentang faktor-faktor yang ikut menentukan kepuasan kerja sebagai berikut:
1. Faktor pengaruh antar pegawai, antara lain: a Pengaruh psikis dan kondisi kerja, b Pengaruh sosial diantara pegawai, c Sugesti dari tean kerja, d
Emosi dan situasi kerja. 2. Faktor-faktor individual, yaitu: a Sikap, b Umur, c Jenis kelamin.
3. Faktor-faktor luar, yaitu: a Keadaan keluarga pegawai, b Rekreasi, c Pendidikan.
Berbeda dengan teori Herzberg dalam Munandar, 2001, yang
mengemukakan teori dua faktor atau dinamakan hygiene-motivasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja yang merupakan faktor instrinsik, yaitu:
1. Tanggung jawab, besar kecilnya tanggung jawab yang dirasakan diberikan kepada seorang tenaga kerja.
2. Kemajuan, besar kecinya kemungkinan tenaga kerja dapat maju dalam pekerjaannya.
3. Pekerjaan itu sendiri, besar kecilnya tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya.
36
4. Capaian, besar kecilnya keungkinan tenaga kerja mencapai prestasi kerja yang tinggi.
5. Pengakuan, besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas unuk kerjanya.
Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik dari teori dua faktor diantaranya: 1. Administrasi dan kebijakan perusahaan, derajat kesesuaian yang dirasakan
tenaga kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam perudahaan.
2. Penyeliaan, derajat pegawai penyeliaan yang dirasakan diterima oleh tenaga kerja.
3. Gaji, derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan unjuk kerjanya.
4. Pengaruh antarpribadi, derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan teaga kerja lainnya.
5. Kondisi kerja, derajat kesesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan tugas pekerjaannya.
Selain itu banyak faktor yang telah diteliti sebagai faktor-faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja. Berikut tinjauan faktor dari ciri-ciri
instrinsik dari peerjaannya, gaji dan penyeliaan.
a. Ciri-ciri Instrinsik pekerjaan Menurut Locke dalam Munandar, 2001 ciri-ciri instrinsik dari pekerjaan
yang enentukan kepuasan kerja adalah keragaman, kesulitan, jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja,
37
kemajemukan dan kreativitas. Berdasarkan survey diagnostik pekerjaan diperoleh hasil tentang ima ciri yang meperihatkan kaitannya dengan
kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan. Ciri-ciri tersebut adalalah:
1. Keragaman keterampilan. Banyak ragam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Semakin banyak ragam keterampilan
yang digunaka, makin kurang membosankan pekerjaan, namun tergantung untuk siapa pekerjaan tersebut diberikan.
2. Jati dir tugas. Sejauh mana tugas itu merupakan suatu kegiatan keseluruhan yang berarti. Tugas yang dirasakan tdak merupakan satu
kelengkapan tersendiri akan menimbulkan rasa tidak puas. 3. Tugas yang penting. Rasa pentingnya tugas bagi pegawai, jika tugas
dirasakan penting dan brarti oleh tenaga kerja, maka cenderung mempunyai kepuasan kerja.
4. Otonomi. Pekerjaan yang diberikan kebebasan, ketidakgantungan dan peuang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan
kerja. 5. Pemberian umpan balik pada pekerjaan membentuk peningkatan pada
kepuaan kerja.
Berdasarkan ciri-ciri pekerjaan di atas, Hackman dan Oldham mengembangkan model karakteristik kerja dari motivasi kerja, mereka
mengasumsikan bahwa ciri-ciri pekerjaan di atas menimbulkan tiga critical psychological states, yaitu: Experienced meaningfulness of the work, experianced
38
responsibility for outcomes of the work, knowledge of the actual results of the work activities. Ketiga kondisi ini menghasikan empat macam keluaran pribadi
dan keja, dantaranya: motivasi kerja internal yang tinggi, unjuk kerja yang berutu tinggi, kepuasan kerja yang tinggi dengan pekerjaan, dan angka kemangkiran dan
keluar pegawai yang rendah. Sedangkan menurut Anoraga 2006, ada faktor-faktor internal yang
mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:
1. Harus menyukai pekerjaan Bagaimana mungkin menyukai pekerjaan, jika merasa sebal dan kesal
menghadapi pekerjaan. Bila merasa terus menerus diburu waktu dan target agar merasa puas dalam bekerja, pekerjaan apapun yang
dipegang, pegawai harus menyukainya. Katakanlah aktor ini suatu ”condition sine qua non” demi tercapainya kepuasan kerja. Bila
kryawan menyukai pekerjaan dengan hati riang, teun, mantab dan bersemangat. Maka suasana yang mengitari bukanlah murung, pengap
menghimpit, melainkan suasana yang lapang dan ceria. 2. Harus berorientasi mencapai prestasi yang tinggi kalau dapat setinggi
mungkin, dengan patokan:”the sky is limit” Perasaan senang dalam bekerja dan mencapai kepuasan kerja jika
merasa puas dengan hasil yang dicapai. Dan ini hanya mungkin hasil pekerjaan yang mempunyai mutu yang tinggi sedangkan hasil kerja
yang bermutu tinggi hanya mungkin dicapai jika adanya tekad untuk
39
mencapai prestasi yang setinggi mungkin. 3. Harus mempunyai sikap positif dalam menghadapi kesulitan
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi hendaknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang menjengkelkan atau dengan sikap pesimis. Apapun
kesulitan yang dihadapi betapa besarnya kesulitan itu seyogyanya dipandang sebagai tantangan yang harus diatasi, dicari pemecahannya.
Karena manusia adalah makhluk yang kreatif dan berkemauan keras. Bila bertekad keras menghadapi setiap kesulitan, maka pegawai tak
akan udah patah semangat. Meskipun kesulitan menupuk setinggi gunung, pegawai dapat memecahkannya dengan baik.
2.4. Kerangka Berpikir