RTM. Kelompok Simpan Pinjam yang ada di Desa Napagaluh juga jarang sekali melakukan pertemuan bersama, setelah dana dicairkan mereka sibuk mengurus
urusan mereka masing-masing. Secara umum kehadiran program PNPM MP yakni dengan adanya
Kelompok SPP memberikan dampak yang positif bagi masyarakat. Tidak hanya anggota kelompok SPP saja yang mendapatkan manfaat tetapi juga anggota
keluarga yang lain Daftar Usulan Kegiatan SPP. Tidak sedikit masyarakat yang terbantu untuk meningkatkan taraf hidup
keluarganya walaupun ada sebagian anggota yang menyalahgunakan bantuan dana tersebut. Penyalahgunaan yang dimaksud yakni ada anggota yang
menggunakan dana pinjaman SPP untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga dana tersebut tidak digunakan untuk modal usaha sebagaimana
mestinya.
4.2. Hasil Wawancara Dengan Informan 1. Pemahaman Informan terhadap PNPM Mandiri Pedesaan.
Ketika peneliti melakukan wawancara terhadap informan, dapat diketahui bahwa PNPM MP merupakan suatu program yang sangat baik untuk dijalankan
karena memberi dampak positif bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara di bawah ini:
“Program PNPM MP sangat bagus untuk dilaksanakan, karena dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, mempermudah hidup masyarakat
seperti saat ini sudah banyak jalan yang dibuka. PNPM MP juga mendidik masyarakat untuk dapat berkegiatan.”
Wawancara dengan Bapak Ahmad Muttaqin selaku FK, 15 Juni 2010
Universitas Sumatera Utara
Hal di atas juga sesuai dengan pendapat dari Kepala Desa Napagaluh yang menyatakan bahwa PNPM MP sangat membantu ekonomi masyarakat miskin.
Dengan adanyan SPP sebagai salah satu program dalam PNPM MP, masyarakat akan terbantu untuk meningkatnya ekonomi keluarga mereka seperti kutipan
wawancara di bawah ini: ”Pelaksanaan PNPM MP ini tentu sangat membantulah... Apalagi lebih
dari 75 masyarakat yang ada di desa ini tergolong masyatakat yang kurang mampu. Jadi dengan adanya PNPM MP ini akan membantu
masyarakat untuk meningkatkan ekonomi keluagarnya. Sekarangkan dengan adanya SPP para ibi-ibu sudah bisa meminjam untuk modal
usaha.” Wawancara dengan Bapak Jeris Tumangger selaku Kepala Desa
Napagaluh, 17 Juni 2010 Dalam PNPM MP kemandirian masyarakat dapat ditingkatkan dengan
melibatkan masyarakat dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Masyarakat menjadi penentu dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini sejalan
dengan kutipan wawancara penulis lakukan di bawah ini: ”Kemandirian masyarakat sangat diutamakan dalam PNPM MP ini, di
mana masyarakat dilibatkan secara langsung dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Masyarakat dapat memilih sendiri skala prioritas
misalnya bidang pendidikan, pembukaan jalan, SPP, dan banyak lagi yang lain”
Wawancara dengan Bapak Darman Manik, Spd selaku PJOK, 15 Juni 2010
Pelaksanaan SPP sebagai salah satu program dari PNPM MP bertujuan untuk mensejahterakan dan memandirikan masyarakat, masyarakat terutama
perempuan dapat terbantu untu modal usaha, seperti kutipan di bawah ini: ”SPP ini cocok untuk dilaksanakan, seperti saya yang berjualan kan bisa
untuk menambah modal. Pertama diberi tahu kami sangat senamg. Siapa yang gak senang kalau dikasih bantuan”.
Wawancara dengan Ibu Nurmaya Purba selaku anggota kelompok Wirid Yasin Setia
Universitas Sumatera Utara
Namun ada sebagian masyarakat yang merasa SPP kurang maensejahterakan masyarakat , seperti kutipan wawancara di bawah ini:
”SPP ini memang baguslah... dapat membantu sedikit untuk usaha jualan saya, tapi gimana kami bisa sejahtera dan mandiri sementara uang yang
dipinjamkan cuma 1 juta, itupun dipotong 5 untuk TPK dan UPK. Sekarang kami untuk makan aja susah”
Wawancara dengan Ibu Anidar Simanjuntak selaku Sekretaris Kelompok Turut Bersama, 21 Juni 2010
2. Partisipasi Perempuan dalam Perencanaan Kelompok SPP
Dibentuknya program SPP bertujuan unutk meningkatkan keberdayaan para perempuan agar mampu mandiri dan tidak hanya bergantung pada suami
mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Karena SPP ini sasaran utamanya adanya kaun perempuan maka partisipasi dari kaum perempuan
tersebut juga harus ditingkatkan. Di Desa Napagaluh dalam Program SPP partisipasi perempuan terlihat dari ketrelibatan perempuan mulai dari perencanaan
hingga pelaksanaannya, sesuai dengan PTO masyarakat perempuan juga turut mengawasi setiap pelaksanaan kegiatan, apakah sudah sesuai dengan peraturan
atau tidak. Hal ini di ungkapkan sesuai dengan kutipan wawancara di bawah ini: ”Semua masyarakat yang ada di desa ini kan telah di undang baik laki-
laki maupun perempuan. Mulai dari MAD Sosialisasi, MD Sosialisasi,MAD 2 Perencanaan dan MKP, MD 2 Penetapan Usulan,
serta MD 3 Informasi. Kami ingin melibatkan masyarakat walaupun tidak semua masyarakat yang hadir. Dan dalam pelaksanaannya masyarakat
juga ikut mengawasi.” Wawancara dengan Bapak Darman Manik, Spd selaku PJOK, 15 Juni
2010
Kutipan di bawah ini juga memperlihatkankan adanya partisipasi perempuan dalam perencanaan PNPM MP:
”Dalam setiap musyawarah yang dilakukan malah yang paling banyak hadir perempuan dari pada laki-laki. Dalam musyawarah ini perempuan
dapat memberi pendapat dan saran mereka. Apa lagi waktu MKP
Universitas Sumatera Utara
disitukan yang hadir perempuan semua jadi mereka lebih bebas memberi tanggapan mengenai SPP.”
Wawancara dengan Bapak Ahmad Muttaqin selaku FK, 15 Juni 2010 ”Kami memang diundang kesana... banyak kami perempuan yang hadir
tapi gak semua, ada juga yang malas. Disana kami diberi pengarahan oleh orang kecamatan tentang PNPM dan SPP.”
Wawancara dengan Ibu Nursani Meka selaku Ketua Kelompok Mekar, 22 Juni 2010
Dalam prencanaandan pelaksanaan PNPM MP terutama pada SPP tidak
semua perempuan yang ada di desa tersebut ikut terlibat karena pada waktu Musyawarah Khusus Perempuan dilakukan perempuan yang hadir hanya
berjumlah 24 orang dapat dilihat pada daftar hadir MKP. Hal ini karena rendahnya SDM masyarakat yang ada di desa tersebut, seperti kutipan wawancara
di bawah ini: ”Sebenarnya masih banyak perempuan yang gak ikut SPP di desa ini,
alasan orang itu karena gak ada yang berani menjadi ketua karena tanggung jawabnya berat. Gimanlah.. tamat SD aja nggak, gimana nanti
berhitung?.” Wawancara dengan Ibu Nurliani Anakampun selaku Ketua Kelompok
Wirid Yasin Setia, 22 Juni 2010
Masalah keterbatasan ekonomi juaga menjadi kendala para ibu-ibu untuk ikut berpartisipasi dalam pembentukan Kelompok SPP. Mereka merasa tidak
mampu untuk mengembalikan cicilan untuk uang yang dipinjam, seperti kutipan wawancara di bawah ini:
”Memang tidak semua ibu-ibu yang tergolong RTM ikut anggota SPP, alasannya karena mereka takut gak mampu mengembalikan cicilannya.
Kami memang telah memberi pembinaan dan pengarahan tapi mereka tetap tidak mau ikut serta”
Wawancara dengan Bapak Jeris Tumangger selaku Kepala Desa Napagaluh, 17 Juni 2010
3. Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan kegiataan PNPM MP di Desa Napagaluh dimulai setelah melaksanakan Musyawarah Desa Informasi MD Informasi. Dalam musyawarah
ini telah ditentukan kesepakatan dan ketentuan dalam pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan PNPM MP di Desa Napagaluh sesuai dengan hasil
musyawarah khusus perempuan dan musyawarah campuran. Seperti kutipan hasil wawancara berikut:
”Seluruh kegiatan PNPM dilakukan setelah musyawarah akhir yaitu Musyawarah Desa Informasi. Dalam musyawarah ini telah ditetapkan
kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk anggaran tahun ini. Setelah itu dana akan di cairkan secara berkala”
Wawancara dengan Bapak Penting Berutu selaku Ketua TPK, 17 Juni 2010
Dalam pelaksanaan PNPM MP tentu memerlukan dana sesuai dengan anggaran yang telah disediakan. Di Desa Napagaluh anggaran yang disediakan
untuk Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp. 100.000.000, yang berasal dari BKPG Bantuan Keuangan Pemakmue Gampong dengan perincian 70 untuk
pembangunan fisik dan 30 untuk SPP. Kemudian sesuai dengan peraturan yang tertuang dalam PTO seluruh dana PNPM MP baik untuk bangunan fisik maupun
SPP dipotong 5 dengan rincian 2 untuk dana operasional TPK dan 3 untuk UPK Rencana Anggaran Biaya. Hal ini sesui dengan kutipan wawancara di
bawah ini: ”Dana PNPM MP di Desa ini untuk anggaran 2008 berasal dari BKPG
sebesar seratus juta. Itu termasuk 70 untuk pembangunan fisik dan 30 untuk SPP. Jadi untuk SPP kira-kira sebesar 30 juta untuk 3 kelompok. Itu
pun dana masing-masing kelompok dipotong 5. 2 untuk dana operasional TPK dan 3 untuk UPK.
Wawancara dengan Bapak Darman Manik, Spd selaku PJOK, 15 Juni 2010
Kelompk SPP yang ada di Desa Napagaluh berjumlah 3 kelompok Yakni
kelompok Turut Bersama, Kelompok Mekar dan Kelompok Wirid Yasi Setia.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan, pelaksanaan SPP di Desa napagaluh ini berjalan baik dan sesuai dengan PTO
Petunjuk Teknis Operasional seperti kutipan di bawah ini: ”Kelompok SPP di desa ini berjalan baik dan sesuai dengan aturan. Bukti
pertanggungjawabannya juga ada. Jadi kalau ada tim pemantau dari kabupaten yang datang
untuk memantau, kami dapat mempertanggungjawabkannya. Buku laporan setoran dari anggota
kelompok kepada ketua kelompok dan dari kelompok kepada UPK juga lengkap.”
Wawancara dengan Bapak Penting Berutu selaku Ketua TPK, 17 Juni 2010
Hal di atas juga sesuai dengan penjelasan yang di berikan PJOK, seperti dalam kutipan wawancara di bawah ini:
”Jadi begini, pelaksanaan SPP sudah berjalan dengan baik karena seluruh anggotakan dilibatkan semua, mereka kan telah diberi
kesempatan untuk menentukan kegiatan mereka seperti Kelompok Turut Bersama dan Kelompok Mekar menggunakan dana pinjaman tersebut
untuk tanaman palawija, sedangkan Kelompok Wirid Yasin Setia menggunakan dana tersebut untuk modal usaha dagang. Aspirasi dari
setiap kelompok telah kami terima dengan baik dan sekarang sudah terlaksana.”
Wawancara dengan Bapak Darman Manik, Spd selaku PJOK, 15 Juni 2010
Dalam pelaksanaan kegiatan SPP di Desa Napagaluh tentu memberikan dampak atau hasil bagi para anggotanya, namun terkadang ada masalah yang
dihadapi, hal ini dipaparkan oleh Kepala Desa Napagaluh: ”Pastilah SPP ini berarti bagi masyarakat, sebagian masyarakat ada
yang meningkat kehidupan ekonominya tapi ada juga yang menyalahgunakan dana tersebut untuk kebutuhan sehari-hari”
Wawancara dengan Bapak Jeris Tumangger selaku Kepala Desa Napagaluh, 17 Juni 2010
Dalam wawancara dengan informan yakni perempuan yang terlibat
langsung sebagai anggota SPP, tanggapan mereka tentang pelaksanaan Kelompok SPP ini berbeda-beda seperti pada kutipan wawancara di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
”Pelaksanaannya memang baik, tapi bagaimana kami bisa berkembang kalau uang yang dipinjamkan cuma 1 juta itu pun masih dipotong lagi
5.” Wawancara dengan Ibu Rini Bako selaku anggota Kelompok Turut
Bersama, 21 Juni 2010 ”Ya... kalo saya kurang mengerti, pokoknya dikasih bantuan saya terima.
Tapi uangnya saya gunakan seperti yang kami minta untuk jualan, karena kan mau ada yang datang dari PNPM datang kesini untuk melihat usaha
kami” Wawancara dengan Ibu Sauli Gajah selaku anggota Kelompok Wirid
Yasin Setia, 22 Juni 2010 ”Baguslah kegiatan ini, karena kami merasa sedikit terbantu. Kegiatan ini
berjalan lancar karena sampai saat ini kegiatannya masih jalan.” Wawancara dengan Ibu Nurliani Anakampun selaku Ketua Kelompok
Wirid Yasin Setia, 22 Juni 2010
4. Partisipasi Anggota Perempuan dalam Kelompok
Pada kelompok SPP seluruh anggota yang terdapat di dalamnya 100 adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan peraturan yang terdapat dalam PTO
Petunjuk Teknis Operasional dan MKP yang telah dilaksanakan. Partisipasi dari setiap anggota sangat diharapkan dalam kelompok.
Pembagian tugas harus jelas yakni adanya ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. Ketua bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dalam kelompok.
Sekretaris dan bendahara juga bertugas untuk mendukung pertanggungjawaban dari ketua atas pelaksanaan seluruh kegiatan dalam kelompok. Hal di atas sesuai
dengan kutipan wawancara di bawah ini: ”Masing-masing kelompok, kami terdiri dari 10 orang. Dalam kelompok
harus ada ketua, sekretaris dan bendahara. Tugas kami masing-masing udah di atur waktu pembinaan kemarin”
Wawancara dengan Ibu Serbet Purba selaku Ketua Kelompok Turut Bersama, 21 Juni 2010
Dalam menjalankan kegiatan dalam kelompok, untuk mempererat ikatan kekeluargaan dan mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi berkenaan
Universitas Sumatera Utara
dengan SPP, seperti bagaimana perkembangan usaha yang telah berjalan, kelompok harus melakukan perkumpulan bersama minimal satu kali dalam
sebulan Formulir Verifikasi Kelayakan Kelompok SPP. Namum, berdasarkan wawancara peneliti dengan informan, hal di atas sangat jarang dilakukan, seperti
kutipan di bawah ini: ”Kami sangat jarang kumpul bersama, karena setelah dana dicairkan
kami sibuk ke ladang masing-masing. Kami mau makan apa kalau gak keladang? Kalau malam langsung tidur karena udah capek.”
Wawancara dengan Ibu Nurhaida Purba selaku Sekretaris Kelompok Mekar, 20 Juni 2010
Pembagian tugas antara ketua, sekretaris, dan bendahara telah diatur dalam PTO sehingga kepemimpinan dan organisasi berjalan dengan baik Formulir
Verifikasi Kelayakan Kelompok, namun dalam pelaksanaannya ada kelompok yang tidak seluruhnya menjalankan tugasnya. Urusan kelompok hanya dipegang
oleh ketua kelompok. Hal ini karena rendahnya SDM dari anggota dalam kelompok tersebut, seperti dalam kutipan dibawah ini:
”Sebenarnya saya capek mengurus kelompok ini. Semua urusan saya yang kerjakan mulai dari mengutip cicilan dari anggota, mencatatnya dan
melapor ke UPK. Sekretaris dan bendahara gak ada kerjanya. Gimanalah sekolah aja nggak, jadi gak mungkin ku paksa orang itu.”
Wawancara dengan Ibu Nursani Meka selaku Ketua Kelompok Mekar, 22 Juni 2010
5. Isu Gender dalam PNPM MP
Dalam PTO Petunjuk Teknis Operasional salah satu prinsip yang dijunjunng tinggi yakni adanya kesetaraan gender antara laki-laki dengan
perempuan. Peran laki-laki dan perempuan disamakan baik dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan pelaksanaannya.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan informan, dalam pelaksanaan Kelompok SPP di Desa Napagaluh, tidak ada isu gender yang perlu
dikhawatirkan. Mereka mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara di bawah ini:
”Kami tidak membedakan antara laki-laki dengan perempuan, semuanya sama. Kami memberi kebebasan dalam berpendapat dan memberi saran.
Apalagi kan dalam Kelompok SPP anggotanya perempuan semua, jadi mana mungkin ada masalah gender didalamnya.”
Wawancara dengan Bapak Jeris Tumangger selaku Kepala Desa Napagaluh, 17 Juni 2010
Kemudian Ketua PJOK juga memberikan penjelasan yang sama:
”Jadi begini, kami memberikan kesempatan yang sama antara laki-laki dengan perempuan, tidak ada pembedaan sebab mereka kan bebas dalam
memberikan pendapat. Dalam MD Penetapan Usulan juga diberikan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan untuk menetapkan kegiatan
yang akan mereka lakukan. Wawancara dengan Bapak Darman Manik, Spd selaku PJOK, 15 Juni
2010
Sementara masyarakat yang menjadi anggota yang terlibat langsung dalam Kelompok SPP memberikan tanggapan yang berbeda-beda seperti dalam kutipan
di bawah ini: ”Saya tidak mengerti tentang gender ini, yang penting waktu kami
diundang, kami datang. Kami dikasih pengarahan dan penjelasan mengenai PNPM MP. Tapi memang kami bebas bertanya.”
Wawancara dengan Ibu Nursianna Manik selaku anggota Kelompok Mekar, 21 Juni 2010
”Kalo dalam SPP kami kan perempuan semua jadi mana ada urusan laki- laki. Paling-paling sama suami, itu pun suami saya tetap mendukung
saya” Wawancara dengan Ibu Nursani Meka selaku Ketua Kelompok Mekar, 22
Juni 2010
Universitas Sumatera Utara
6. Hambatan-Hambatan dalam Kelompok SPP.
Dalam pelaksanaan kegiatan SPP berdasarkan PTO, bahwa setiap anggota kelompok bertanggungjawab terhadap kelompok masing-masing
atas pengembalian dana pinjaman Rencana Angsuran Anggota ke Kelompok dan
disetiap bulannya laporan dari setiap kelompok harus ada kepada UPK Akad Kredit Kelompok SPP. Dalam hal ini kelompok menyerahkan cicilan dana yang
dipinjam kepada UPK. Di Desa Napagaluh hal ini dijalankan sesuai dengan PTO, namun ada
beberapa hambatan yang terjadi dalam pelaksanaannya, seperti kutipan wawancara dibawah ini:
”Terkadang ada anggota dari kelompok SPP yang mengeluh kepada saya kalau ada anggota mereka yang selalu terlambat menyetor kepada
bendahara. Jadi mereka terpaksa patungan untuk menutupi kekurangan uang yang akan disetor kepada UPK.’’
Wawancara dengan Bapak Jeris Tumangger selaku Kepala Desa Napagaluh, 17 Juni 2010
Fasilitas yang digunakan para Kelompok SPP dalam melakukan kegiatan tidak menjadi suatu kendala yang serius sebab fasilitas yang mereka butuhkan
tidak banyak. Hal ini sejalan dengan penjelasan dari hasil wawancara di bawah ini:
”Fasilitas yang diberikan untuk kelompok kami memang tidak ada. Paling- paling waktu kami melakukan perkumpulan kami butuh tempat,
jadi dirumah sapa aja mau berkumpul kami bisa.” Wawancara dengan Ibu Nurhaida Purba selaku Sekretaris Kelompok
Mekar, 20 Juni 2010
Di Desa Napagaluh jumlah masyarakat miskin berdasarkan penjelasan Kepala Desa lebih dari 75, hal ini menjadi penghambat masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam Kelompok SPP. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
”Seperti yang saya katakan tadi, tidak semua perempuan yang tergolong RTM ikut dalam kelompok SPP ini, karena dari awal mereka merasa tidak
sanggup untuk mengembalikan cicilan pinjamannya nanti.” Wawancara dengan Bapak Jeris Tumangger selaku Kepala Desa
Napagaluh, 17 Juni 2010 Selain masalah kemiskinan, faktor SDM masyarakat yang rendah juga
menjadi kendala para ibu-ibu yang tergolong RTM untuk ikut berpartisipasi, seperti kutipan wawancara di bawah ini:
”Memang betul pendidikan masyarakat disini rendah-rendah, jadi waktu diusulkan menjadi ketua mereka gak berani karena gak ngerti. Makanya
kalau kelompok disini paling hanya ketuanya aja yang tau mengurus itu.” Wawancara dengan Ibu Rini Bako selaku anggota Kelompok Turut
Bersama, 21 Juni 2010
Pelaksanaan seluruh kegiatan PNPM MP di Desa Napagaluh dilakukan secara bersamaan. Setelah semua kegiatan rampung dilaksanakan, maka anggaran
untuk tahun selanjutnya akan segera direncanakan. Namun dalam pelaksanaannya di Desa Napagaluh ada beberapa pembangunan fisik yang terlambat dilakukan,
yakni pembukaan jalan dan pembuatan gorong-gorong. Kejadian ini membuat anggaran PNPM MP di Kecamatan Danau Paris untuk Tahun 2010 hingga saat ini
belum dicairkan, hal ini tentunya berimbas pada kegiatan Kelompok SPP sebab perguliran dana untuk kelompok lain jadi tertunda. Hal ini dapat dilihat dari hasil
wawancara di bawah ini: ”Anggaran PNPM MP untuk Tahun 2010 belum dicairkan, karena ada
pembuatan gorong-gorong dan pembukaan jalan yang belum selesai. Ini terjadi karena hujan turun terus jadi alat-alat berat gak bisa masuk.”
Wawancara dengan Bapak Darman Manik, Spd selaku PJOK, 15 Juni 2010
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS DATA