Frame Koran Tempo Frame Koran Tempo dan Frame Republika

BAB IV KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK :

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN INSIDEN MONAS di KORAN TEMPO dan REPUBLIKA EDISI JUNI 2008

A. Frame Koran Tempo dan Frame Republika

1. Frame Koran Tempo

Analisis berita insiden Monas di Koran Tempo dilakukan untuk menjawab pertanyaan riset peneliti, yaitu mengetahui penekanan dan seleksi isu yang dilakukan oleh tim redaksi Koran Tempo pada pemberitaan terkait penyebab terjadinya insiden Monas. Di bawah ini adalah uraian dari frame Koran Tempo dalam bahasan utama mengenai penyebab terjadinya insiden Monas : Tabel 06 Koran Tempo : Senin, 2 Juni 2008 “Bubarkan FPI” Problem Identification Define Problem Masalah hukum pembubaran FPI Causal Interpretation Diagnoses Cause Aksi anarkis FPI Moral Evaluation Make Moral Judgement a. FPI menodai Pancasila sebagai dasar negara b. FPI menentang kebebasan beragama yang sudah dijamin konstitusi Treatment Recommendation Suggest Remedis Aparat bertindak tegas Koran Tempo pada edisi Senin, 2 Juni 2008, menyampaikan berita terkait penyebab terjadinya insiden Monas dengan mengangkat judul “Bubarkan FPI”. Koran Tempo dalam pemberitaannya secara tegas meminta kepada pemerintah untuk segera membubarkan FPI terkait aksi penyerangan kepada AKKBB di Lapangan Silang Monas, 1 Juni 2008. Koran Tempo mengidentifikasikan permasalahan ini ke dalam kasus hukum pembubaran FPI terkait dengan aksi anarkis yang dilakukan oleh organisasi masyarakat tersebut kepada AKKBB. Koran Tempo menggambarkan bahwa insiden Monas merupakan aksi kekerasan yang amat keji yang telah dilakukan oleh FPI. Koran Tempo menegaskan bahwa keberadaan FPI menuntut pembubaran Ahmadiyah merupakan ancaman kebebasan beragama di Indonesia sebagaimana diatur dalam konstitusi. Hal tersebut bisa kita lihat dari pernyataan beberapa tokoh seperti Mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Goenawan Mohamad, budayawan dan tokoh pendiri Tempo hingga juru bicara kepresidenan, Andi Mallarangeng. Di antara ketiganya sama-sama menyatakan mengecam aksi kekerasan yang dilakukan oleh FPI dan mendefinisikan bahwa keberadaan FPI mengancam kebebasan umat beragama di Indonesia. “JAKARTA – Mantan Presiden Abdurrahman Wahid mengecam aksi penyerbuan yang dilakukan Front Pembela Islam FPI terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta, kemarin. Dia menuntut aparat penegak hukum membubarkan FPI karena dinilai mengancam kebebasan beragama di Indonesia.” 47 “Goenawan Mohamad, budayawan, menyatakan bahwa tindakan FPI menentang Ahmadiyah sama halnya dengan menentang kebebasan beragama yang sudah dijamin konstitusi. “Memang FPI itu ingin mendirikan negara Islam?” katanya.” 48 47 “Bubarkan FPI”, Koran Tempo, 2 Juni 2008, h. 1, alinea 1. Lebih jelas lihat di lampiran. 48 Ibid, alinea 13. “Bubarkan FPI”. “Lembaga kepresidenan juga bereaksi keras atas peristiwa ini. Andi Mallarangeng, juru bicara kepresidenan, menegaskan bahwa negara harus melindungi warga negara yang hak konstitusionalnya dilanggar...” 49 Bahkan Gusdur menilai kekerasan yang dilakukan oleh FPI telah menodai Pancasila sebagai dasar negara, dikarenakan peristiwa penyerangan tersebut terjadi pada saat peringatan Hari Lahir Pancasila ke-63. “FPI telah menodai Pancasila sebagai dasar negara yang menjunjung pluralisme bangsa, kata Ketua Dewan Syuro Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini.” 50 Koran Tempo dalam hal ini menilai FPI sebagai pelaku tindak kekerasan yang amat keji. Di mana pada pemberitaannya, Koran Tempo menggambarkan kronologis kejadian, menuliskan pernyataan korban kekerasan yang semuanya berasal dari anggota AKKBB. Seperti beberapa tulisan yang dimuat oleh Koran Tempo pada edisi ini : “Kemarin siang, Aliansi Kebangsaan menggelar apel memperingati hari kelahiran Pancasila. Kegiatan yang dipusatkan di Lapangan Monas bagian selatan ini diikuti 70 lembaga, antara lain Komunitas Santri, Nahdlatul Ulama, Ahmadiyah, Komunitas Gereja, Penghayat Kepercayaan, Syiah, dan Pesantren Cirebon.” 51 “Koordinator Aliansi Kebangsaan, Anik H.T., memberi kesaksian, “Mereka menyabet kami dengan kayu bendera dan pentungan. Mereka menyemprotkan pasir yang diberi bumbu dapur. Perih di mata”.” 52 “Kelompok penyerang beraksi brutal. Sasaran mereka bukan hanya laki-laki, tetapi juga ibu-ibu dan anak-anak. “Kami tidak membalas. Kami pilih mundur,” ujar Budi Kurniawan, anggota panitia.” 53 49 Ibid, alinea 14. “Bubarkan FPI”. 50 Ibid, alinea 2. “Bubarkan FPI”. 51 Ibid, alinea 3. “Bubarkan FPI”. 52 Ibid, alinea 5. “Bubarkan FPI”. 53 Ibid, alinea 6. “Bubarkan FPI”. Keinginan Koran Tempo agar FPI bertanggung jawab terhadap kekerasan di Monas, terjawab dari pernyataan Panglima Laskar Pembela Islam LPI, Muhammad Machsuni yang secara tegas menyatakan bahwa LPI bertanggung jawab terhadap kerusuhan di Monas. LPI adalah kelompok paramiliter FPI. Machsuni mengingatkan bahwa yang melakukan tindak kekerasan di Monas adalah LPI bukan FPI. Antara FPI dan LPI memiliki garis komando yang berbeda. Dari pernyataan yang diutarakan oleh Machsuni dan kemudian ditulis oleh Koran Tempo pada pemberitaannya seolah-olah menegaskan bahwa LPI membenarkan perang dan kekerasan dalam menghadapi Ahmadiyah. “Ahmadiyah, menurut Machsuni, telah mencoreng nama umat Islam. Pilihannya hanya ada dua, “tobat atau perang”. Karena itu, dia membenarkan kekerasan fisik yang terjadi di Monas. “Masak, perang hanya dicolek saja,” kata Machsuni.” 54 Dalam pemberitaannya, Koran Tempo meminta aparat penegak hukum bertindak tegas terhadap FPI dan tidak terus melindungi mereka. Seperti yang dikutip dari pernyataan anggota AKKBB : “Itu perbuatan biadab FPI. Saya menuntut aparat bertindak tegas, jangan terus melindungi preman berjubah.” 55 54 Ibid, alinea 12. “Bubarkan FPI”. 55 Ibid , alinea 9, baris 3. “Bubarkan FPI”. Tabel 07 Koran Tempo : Selasa, 3 Juni 2008 “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI” Problem Identification Define Problem Masalah Hukum Pembekuan FPI Causal Interpretation Diagnoses Cause Tindakan kekerasan FPI Moral Evaluation Make Moral Judgement a. UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan b. Indonesia bukan negara kekerasan Treatment Recommendation Suggest Remedis a. Menangkap para pelaku b. Membubarkan FPI Koran Tempo pada edisi Selasa, 3 Juni 2008, kembali menjadikan berita insiden Monas sebagai bahasan utama pada harian tersebut dengan menempatkan beritanya di halaman depan atau di Koran Tempo dikenal dengan Top Headline , sedangkan untuk berita-berita terkait dengan insiden Monas di tempatkan pada halaman kedua yaitu pada rubrik headline. Koran Tempo memberikan porsi yang lebih banyak untuk berita insiden Monas, yaitu dengan menyajikan sebanyak tiga berita pada hari ini. Koran Tempo pada berita pertama, mengangkat judul “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”. Dalam pemberitaannya Koran Tempo kembali menegaskan kepada pemerintah untuk segera membubarkan FPI. Upaya pembubaran FPI sendiri tengah dipelajari oleh pemerintah. Presiden SBY sudah menyerahkan kasus FPI kepada Widodo A.S., Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan serta kementrian terkait. Seperti apa yang ditulis oleh Koran Tempo berikut ini : “Widodo menyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan sepenuhnya penyelesaian kasus FPI kepadanya dan kementrian terkait. “nanti Departemen Dalam Negeri yang akan mendalami,” kata Widodo seusai rapat kabinet terbatas bidang politik, hukum, dan keamanan kemarin malam.” 56 Pembubaran FPI sendiri, menurut Widodo A.S. berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Namun, mekanisme pembubarannya sendiri masih belum tahu kapan akan dilakukan. Seperti apa yang ditulis oleh Koran Tempo berdasarkan pernyataan Jaksa Agung Hendarman Supandji : “Jaksa Agung Hendarman Supandji menambahkan, dalam undang- undang tersebut diatur, sebelum pembekuan dilakukan, pemerintah akan memberi FPI dua kali peringatan. “Setelah itu baru fatwa Mahkamah Agung untuk pembekuan,” katanya.” 57 Pembubaran FPI semata-mata dilakukan karena FPI telah melakukan tindak kekerasan terhadap AKKBB di Lapangan Silang Monas yang menyebabkan beberapa korban mengalami luka ringan dan berat. Tidak hanya itu, berbagai kecaman juga datang dari beberapa pihak, termasuk Presiden SBY, Wakil Presiden Yusuf Kalla dan Ketua DPR Agung Laksono yang pada intinya mengecam tindak kekerasan tersebut. Seperti tulisan dari Koran Tempo berikut ini : “Presiden Yudhoyono kemarin kembali mengecam dan menyesalkan aksi kekerasan FPI. “Indonesia adalah negara hukum, bukan negara kekerasan,” katanya.” 58 “Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta kepolisian bertindak tegas terhadap FPI. “Siapapun yang bertindak anarkistis harus ditindak oleh kepolisian,” katanya.” 59 56 “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”, Koran Tempo, 3 Juni 2008, h. 1, alinea 3. Lebih jelas lihat di lampiran. 57 Ibid, alinea 5. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”. 58 Ibid, alinea 10. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”. 59 Ibid, alinea 11. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”. “Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Agung Laksono juga mengutuk keras FPI dan menuding aksi itu sebagai tindakan tidak bermoral. “Itu tidak bisa ditoleransi,” katanya.” 60 Koran Tempo pada pemberitaannya memberikan solusi untuk segera menangkap pelaku kerusuhan, salah satu diantaranya Panglima Komando Laskar Islam Munarman. Koran Tempo dalam hal ini meminta ketegasan dari pihak kepolisian untuk segera melakukan penangkapan dan ketegasan kepada pemerintah untuk segera membubarkan FPI. Meskipun dalam tulisannya, Ketua FPI Rizieq Shihab menolak permintaan pembubaran organisasinya dan penangkapan terhadap anggota FPI. “Ketua FPI Rizieq Shihab menolak permintaan pembubaran organisasinya. Dia mengklaim desakan pembubaran datang dari segelintir orang saja.” 61 “Rizieq tidak akan merelakan satu pun anggota FPI ditangkap polisi. “Kami akan melakukan perlawanan sampai titik darah penghabisan,” katanya.” 62 Tidak hanya penyampaian berita pada tulisannya saja, Koran Tempo juga memuat foto yang menggambarkan Ketua Laskar Islam Munarman, sedang mencekik leher salah seorang pemuda berpakaian hitam yang dituliskan pada caption foto tersebut sebagai anggota Aliansi Kebangsaan. Namun, pada kelanjutannya Munarman membantah bahwa pemuda yang ia cekik adalah anggota AKKBB. Munarman menegaskan bahwa pemuda yang ia cekik adalah anggotanya bernama Ucok Nasrullah. 60 Ibid, alinea 12. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”. 61 Ibid, alinea 7. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”. 62 Ibid, alinea 9. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”. Tabel 08 Koran Tempo : Selasa, 3 Juni 2008 “Dua Korban Penyerangan Dirawat Intensif” Problem Identification Define Problem Korban luka dari pihak AKKBB Causal Interpretation Diagnoses Cause Tindakan kekerasan oleh laskar FPI Moral Evaluation Make Moral Judgement Koban tidak berdaya, laskar FPI menyerang tidak pandang bulu Treatment Recommendation Suggest Remedis - Koran Tempo pada berita selanjutnya, masih di edisi yang sama, kembali membahas mengenai insiden Monas dengan mengangkat judul “Dua Korban Penyerangan Dirawat Intensif”. Koran Tempo membahas mengenai korban luka akibat dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh laskar FPI. Koran Tempo mendefinisikan bahwa kekerasan yang telah di lakukan laskar FPI mengakibatkan beberapa orang dari pihak AKKBB terluka. Bahkan ada dua korban luka dengan kondisi cukup parah, yaitu Muhammad Guntur Romli dan Dedi C. Achmad, keduanya adalah korban dari pihak AKKBB. “Para korban adalah aktivis Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan AKKBB, yakni Muhammad Guntur Romli, 32 tahun, dan Dedi C. Achmad, 57 tahun. Sedangkan Tahir, 50 tahun, diizinkan pulang kemarin sore. Guntur Romli adalah aktivis Jurnal Perempuan serta pembawa acara kongkow Bareng Gus Dur di Radio Utan Kayu dan radio 68H. Sedangkan Dedi dan Tahir adalah anggota jemaah Ahmadiyah.” 63 63 “Dua korban Penyerangan Dirawat Intensif”, Koran Tempo, 3 Juni 2008, h. 2, alinea 2. Lebih jelas lihat di lampiran. Koran Tempo menggambarkan secara jelas dari beberapa narasumber tentang aksi brutal yang dilakukan oleh laskar FPI. Bagaimana mereka menyerang?. Siapa yang diserang?. Dengan alat apa mereka melakukan penyerangan?. Seperti tulisan Koran Tempo di bawah ini : “AKKBB diserang di kawasan Monumen Nasional ketika memperingati acara Hari Lahir Pancasila ke-63. Tiba-tiba, sekitar pukul 14.00 WIB, ratusan orang beratribut FPI menyerang dengan menggunakan berbagai benda. Menurut Dedi, laskar FPI menyerang tanpa pandang bulu. Wanita dan anak-anak pun jadi sasaran. “Mereka menyerang sambil meneriakkan ‘Allahuakbar’.” 64 Koran Tempo sangat jelas menggambarkan AKKBB sebagai pihak yang dirugikan akibat insiden tersebut, sebagai pihak tertindas, sebagai korban dari tindak kekerasan laskar FPI. “AKKBB mencatat, 27 anggotanya yang menjadi korban dilarikan ke sejumlah rumah sakit, antara lain RSPAD, Tarakan, Abdi Waluyo Menteng, Cipto Mangunkusumo, Jakarta, serta Mitra Internasional. Mereka berasal dari berbagai organisasi. Saidiman, koordinator aksi AKKBB, mengatakan beberapa korban harus menjalani kontrol rutin.” 65 Dan sebaliknya laskar FPI digambarkan oleh Koran Tempo sebagai pihak yang harusnya bertanggung jawab terhadap peristiwa tersebut, akibat dari banyaknya korban yang menderita luka ringan bahkan cukup parah dari pihak AKKBB. 64 Ibid, alinea 4. “Dua korban Penyerangan Dirawat Intensif”. 65 Ibid, alinea 7. “Dua korban Penyerangan Dirawat Intensif”. Tabel 09 Koran Tempo : Selasa, 3 Juni 2008 “Pemerintah Diminta Tegas Soal FPI” Problem Identification Define Problem Masalah hukum Pembubaran FPI Causal Interpretation Diagnoses Cause Kekerasan yang dilakukan FPI Moral Evaluation Make Moral Judgement UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan Treatment Recommendation Suggest Remedis a. Pembubaran FPI b. Menangkap para pelaku aksi kekerasan c. Pemerintah bersikap tegas Koran Tempo pada berita terakhir terkait insiden Monas edisi Selasa, 3 Juni 2008, mengangkat judul “Pemerintah Diminta Tegas Soal FPI”. Berita ini seolah mempertegas berita yang ada pada Top Headline, yaitu “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”. Koran Tempo menuliskan dua berita yang saling memiliki keterkaitan ini seolah menginginkan pemerintah benar-benar menjalankan komitmennya, bukan hanya sekedar wacana pembubaran FPI, tetapi ada bukti nyata yang akan dilakukan. Berita ini masih terkait dengan persoalan hukum pembubaran FPI atas aksi kekerasan yang dilakukan oleh organisasi tersebut. Dijelaskan oleh Koran Tempo bahwa pemerintah bisa membubarkan FPI melalui jalur hukum, bisa melalui Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia atau melalui pengadilan. Sebagaimana tulisan Koran Tempo berikut ini : “JAKARTA – Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Adnan Buyung Nasution, meminta pemerintah bersikap tegas terhadap organisasi yang terlibat kekerasan dalam insiden di Monumen Nasional dua hari lalu. Menurut dia, pemerintah bisa membubarkannya. “Caranya, melalui Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia atau meminta melalui pengadilan,” ujar Adnan Buyung setelah menghadiri pembacaan siaran pers Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Jakarta kemarin. “Pemerintah Harus Tegas.” 66 Departemen Hukum dan HAM sendiri mengaku tidak bisa membubarkan organisasi kemasyarakatan FPI, lantaran FPI bukan organisasi berbadan hukum. FPI baru bisa dibubarkan apabila sudah berbadan hukum hal tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Meskipun begitu, pelaku tindak anarkis pada insiden tersebut harus tetap diproses melalui jalur hukum. Koran Tempo dalam hal ini kembali mempertegas bahwa ia memiliki beberapa tuntutan, yaitu pembubaran FPI dan yang terpenting adalah penangkapan pelaku anarkis pada insiden Monas serta memproses mereka sesuai dengan hukum. Tidak hanya itu, dikatakan bahwa FPI bukan organisasi kemasyarakatan berbadan hukum yang berarti FPI adalah organisasi masyarakat yang sifatnya ilegal. Jika tetap menginginkan pembubaran FPI, maka Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan harus direvisi terlebih dahulu. “Namun, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi Mattalata mengatakan FPI tidak bisa dibubarkan karena bukan organisasi yang berbadan hukum. Departemennya, kata dia, tidak mencatat FPI sebagai organisasi berbadan hukum. “Bisa dibubarkan kalau sudah berbentuk badan hukum,” ujarnya.” 67 “Pendapat senada dikemukakan ahli hukum Universitas Indonesia, Rudy Satryo. “Organisasi massa itu tidak bisa dibubarkan,” ujarnya. Itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Pembubaran, menurut Rudy, baru bisa dilakukan setelah undang-undang itu direvisi terlebih dahulu. Untuk menyelesaikan kasus penyerangan itu, Rudy menyarankan agar tindakan anarkistis tersebut tetap harus diproses hukum. “Tapi orangnya saja. Lembaganya tidak bisa dikenai sanksi hukum,” ujarnya.” 68 66 “Pemerintah Diminta Tegas Soal FPI”, Koran Tempo, 3 Juni 2008, h. 2, alinea 1. Lebih jelas lihat di lampiran. 67 Ibid, alinea 5. “Pemerintah Diminta Tegas Soal FPI”. 68 Ibid, alinea 6. “Pemerintah Diminta Tegas Soal FPI”. Koran Tempo pada bagian akhir alinea pertama menuliskan pernyataan, “Pemerintah Harus Tegas”. Pernyataan yang dilontarkan oleh Adnan Buyung Nasution tersebut secara tersirat menggambarkan keinginan Koran Tempo agar pemerintah bersikap tegas dalam menangani kasus insiden Monas dan tegas terhadap komitmen untuk menindak lanjuti pembubaran FPI. Tuntutan pembubaran FPI tidak hanya menjadi keinginan Koran Tempo, tetapi juga banyak pihak. Dengan banyaknya tuntutan dari berbagai pihak terhadap pembubaran FPI, maka Koran Tempo menginginkan agar pemerintah benar- benar bersikap tegas. Tabel 10 Koran Tempo : Rabu, 4 Juni 2008 “Polisi Ultimatum FPI” Problem Identification Define Problem Tuntutan pembubaran FPI Causal Interpretation Diagnoses Cause Tindakan kekerasan FPI Moral Evaluation Make Moral Judgement Pembubaran FPI dilakukan jika terbukti membahayakan kepentingan umum Treatment Recommendation Suggest Remedis Pemerintah bertindak tegas dan memproses kasus ini ke jalur hukum Koran Tempo pada edisi Rabu, 4 Juni 2008, kembali memberitakan kasus insiden Monas sebagai bahasan utama. Pada edisi hari ini Koran Tempo menyajikan empat berita terkait insiden Monas. Satu berita ditempatkan pada halaman depan Top Headline, dua berita di tempatkan pada halaman kedua Headline dan satu berita lagi di tempatkan pada rubrik Metro dengan gaya penulisan features. Namun, peneliti hanya menganalisis tiga berita yang menjadi bahasan utama. Koran Tempo pada berita pertama edisi ini mengangkat judul “Polisi Ultimatum FPI”. Koran Tempo mengidentifikasikan masalah seputar pembubaran FPI. Tuntutan pembubaran tersebut dilakukan lantaran tindak kekerasan yang telah dilakukan oleh organisasi tersebut pada 1 Juni 2008. Namun, pada edisi ini ada perkembangan dari kasusnya sendiri, yaitu upaya polisi yang meminta kepada pelaku tindak kekerasan agar secepatnya menyerahkan diri. Di sini polisi menyatakan apabila para pelaku tidak menyerahkan diri, maka pihak kepolisian melalui pernyataan yang disampaikan Kepala Kepolisian Daerah Metro Jakarta Inspektur Jenderal Adang Firman, akan bertindak tegas terhadap pelaku yang keseluruhan adalah anggota Laskar Pembela Islam, organisasi sayap FPI. “JAKARTA - Kepala Kepolisian Daerah Metro Jakarta Inspektur Jenderal Adang Firman memberi batas waktu kepada para pelaku kekerasan dalam insiden Monas agar menyerahkan diri paling lambat malam tadi. “Jika itu dilanggar, kami akan bertindak tegas,” kata Adang kemarin.” 69 “Ia menjelaskan, aparatnya telah mengidentifikasi 10 lebih pelaku dalam peristiwa pada Ahad lalu. Seluruh tersangka merupakan anggota Laskar Pembela Islam, sayap organisasi Front Pembela Islam FPI.” 70 Pembubaran FPI sendiri, seperti yang dituliskan oleh Koran Tempo pada setiap beritanya, merupakan tuntutan banyak pihak. Baik itu tuntutan perorang ataupun tuntutan dari organisasi yang semuanya mengecam tindakan kekerasan FPI. Hampir seluruh isi berita pada judul ini berisikan tuntutan pembubaran FPI. Berikut beberapa tuntutan yang dituliskan oleh Koran Tempo : 69 “Polisi Ultimatum FPI”, Koran Tempo, 4 Juni 2008, h. 1, alinea 1. Lebih jelas lihat di lampiran. 70 Ibid, alinea 2. “Polisi Ultimatum FPI”. “...Ketua Umum Partai Amanat Nasional Sutrisno Bachir mendesak pemerintah mengambil tindakan tegas. “Bila sudah memenuhi syarat, pemerintah jangan takut membubarkannya...” 71 “Syafii Anwar, Direktur International Center for Islam and Pluralism, yang turut jadi korban dalam peristiwa itu, menegaskan bahwa dirinya adalah orang Muhammadiyah, yang secara teologi berbeda 200 persen dari Ahmadiyah. Namun, katanya, ia mengikuti aksi bersama Aliansi Kebangsaan karena merasa perlu membela hak hidup para penganut Ahmadiyah. “Saya tidak setuju dengan kekerasan”.” 72 “Tuntutan pembubaran FPI juga diusung oleh 15 organisasi yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Sipil Antikekerasan dan Premanisme Berbasis Agama. “Mereka sudah mengancam kedamaian masyarakat,” kata Malik Haromain, juru bicara Aliansi, setelah menemui Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat. Zuhairi Misrawi dari Baitul Muslimin Indonesia juga menilai kekerasan yang dilakukan FPI telah mengancam kebangsaan dan kebebasan berideologi.” 73 “Ketua Umum Garda Bangsa Camelia Puji Astuti Hasip menyerukan hal serupa saat konferensi pers di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa. Organisasi ini juga menginstruksikan agar elemen mereka menuntut pembubaran FPI di seluruh daerah.” 74 Tuntutan pembubaran terhadap FPI juga terjadi di Jember, Jawa Timur, bahkan Ketua FPI setempat menyatakan membubarkan diri dan meminta maaf kepada masyarakat. “Di Jember, Jawa Timur, Ketua FPI setempat, Abu Bakar, akhirnya menyatakan membubarkan diri setelah rumahnya didatangi ratusan pendukung mantan presiden Abdurrahman Wahid. “FPI Jember juga meminta maaf kepada masyarakat,” katanya.” Tuntutan pembubaran FPI bisa dilakukan apabila FPI terbukti membahayakan kepentingan umum, seperti yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri, Mardiyanto. Sehingga pada kesimpulan akhir, Koran Tempo menuntut pemerintah bertindak tegas dan memproses masalah ini ke jalur hukum. 71 Ibid, alinea 4. “Polisi Ultimatum FPI”. 72 Ibid, alinea 5. “Polisi Ultimatum FPI”. 73 Ibid, alinea 7. “Polisi Ultimatum FPI”. 74 Ibid, alinea 9. “Polisi Ultimatum FPI”. Tabel 11 Koran Tempo : Rabu, 4 Juni 2008 “Koran Tempo Akan Diserbu” Problem Identification Define Problem Ancaman penggugatan dan penyerbuan kantor Koran Tempo Causal Interpretation Diagnoses Cause Pemuatan foto Munarman sedang mencekik seorang pemuda Moral Evaluation Make Moral Judgement Pengembalian nama baik dengan menggunakan delik pers Treatment Recommendation Suggest Remedis Koran Tempo kembali menegaskan kepada pihak kepolisian untuk tidak ragu-ragu menindak pelaku kekerasan Koran Tempo pada berita kedua, edisi Selasa, 4 Juni 2008 mengangkat judul “Koran Tempo Akan Diserbu”. Koran Tempo menuliskan adanya ancaman yang di sampaikan oleh Munarman untuk menggugat dan menyerbu kantor Koran Tempo karena telah memfitnahnya melalui foto yang dimuat di harian ini, Selasa, 3 Juni 2008. “JAKARTA- Panglima Komando Laskar Islam Munarman mengancam akan menggugat dan menyerbu kantor Koran Tempo, yang dinilai telah memfitnah dirinya. “Jika dalam 1 x 24 jam Goenawan Mohamad pendiri Tempo dan Tempo tak minta maaf, saya akan serbu dia,” katanya dalam keterangan pers di markas Front Pembela Islam FPI di Jalan Petamburan III, Jakarta Pusat, kemarin.” 75 Foto tersebut menjadi masalah lantaran dalam foto yang dimuat oleh Koran Tempo , Munarwan digambarkan sedang mencekik salah seorang pemuda. Pada caption foto yang ditulis di sebelah kanan, Koran Tempo menuliskan bahwa pemuda yang dicekik oleh Munarman adalah anggota Aliansi Kebangsaan. Namun, pada jumpa pers yang diadakan di markas FPI di daerah 75 “Koran Tempo Akan Diserbu”, Koran Tempo, 4 Juni 2008, h. 2, alinea 1. Lebih jelas lihat di lampiran. Petamburan, Munarman membantah bahwa pemuda itu adalah anggota Aliansi Kebangsaan. Munarman menyatakan bahwa pemuda yang ada di foto tersebut adalah anak buahnya. “Ancaman itu berkaitan dengan pemuatan foto Munarman yang sedang mencekik seorang pemuda di halaman depan Koran Tempo edisi Selasa. Menurut bekas Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia ini, pemuda yang ia cekik adalah anak buahnya yang akan bertindak anarkistis.” 76 Pemuatan foto yang dilakukan oleh Koran Tempo, bagi FPI dan Munarman adalah fitnah yang telah mencoreng namanya. Sehingga Munarman mengambil langkah untuk menuntut pengembalian nama baik dengan menggunakan delik pers. Namun, ancaman yang disampaikan oleh Munarman, ditanggapi biasa saja oleh Goenawan Mohamad selaku pihak yang dituntut oleh Munarman untuk meminta maaf : “Menanggapi ancaman itu, Goenawan Mohamad berkomentar singkat, “Silakan serbu”.” 77 Koran Tempo menuliskan bahwa foto tersebut disebarkan oleh AKKBB dan berdasarkan sumber dari media lain, yakni Detikcom, pemuda yang diketahui bernama Ucok Nasrullah, baru dua bulan bergabung dengan FPI. Hal tersebut bertentangan dengan pernyataan Munarman dan Rizieq Shihab yang menyatakan bahwa Ucok Nasrullah adalah aktivis senior laskar FPI. “Nasrullah alias Ucok, pemuda yang dicekik itu, kemarin ditunjukkan oleh Munarman dan pemimpin FPI, Rizieq Shihab, kepada pers. Nasrullah disebut sebagai aktivis senior laskar FPI. Tapi, kepada situs Detikcom, Nasrullah mengatakan baru bergabung di FPI dua bulan.” 78 76 Ibid, alinea 3. “Koran Tempo Akan Diserbu”. 77 Ibid, alinea 2. “Koran Tempo Akan Diserbu”. 78 Ibid, alinea 4. “Koran Tempo Akan Diserbu”. “Nasrullah berada di lokasi ketika massa FPI pada Ahad siang lalu menyerang para aktivis Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan AKKBB di lapangan selatan Monumen Nasional, Jakarta Pusat. Dalam serangan itu, belasan orang terluka, empat di antaranya dirawat intensif di rumah sakit. Sehari kemudian, Aliansi mengedarkan foto, termasuk kepada Tempo, yang menggambarkan Munarman sedang mencekik seorang pemuda.” 79 Dari kedua alinea tersebut, Koran Tempo berusaha untuk membela diri dan menyatakan bahwa bukan hanya Koran Tempo yang memuat foto tersebut, tetapi ada media lain yang juga memuatnya. Koran Tempo juga menegaskan bahwa yang menyebarkan foto tersebut bukanlah pihaknya, melainkan AKKBB. Di bagian akhir pemberitaan, Koran Tempo melalui kutipan pernyataan tokoh senior Muhammadiyah, Ahmad Syafi’i Ma’arif mengatakan mengecam tindak kekerasan FPI. Dan Koran Tempo tidak lupa kembali menegaskan kepada pihak kepolisian untuk tidak ragu-ragu menindak pelaku kekerasan dan menyatakan bahwa aksi yang dilakukan oleh Aliansi Kebangsaan di Lapangan Silang Monas merupakan aksi damai. Selanjutnya, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Agung Laksono meminta kepolisian menindak pemimpin FPI jika terbukti memberikan komando penyerangan. Jika benar, polisi harus membawanya ke persidangan. “Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Agung Laksono meminta kepolisian menindak pemimpin FPI jika terbukti memberikan komando penyerangan terhadap Aliansi Kebangsaan. “Kalau ternyata ada komando, siapa yang kasih komando? Kalau pimpinannya, semua diseret ke meja hijau,” katanya di gedung DPR kemarin.” 80 79 Ibid, alinea 5. “Koran Tempo Akan Diserbu”. 80 Ibid, alinea 9. “Koran Tempo Akan Diserbu”. Tabel 12 Koran Tempo : Rabu, 4 Juni 2008 “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah” Problem Identification Define Problem Lemahnya pengamanan polisi Causal Interpretation Diagnoses Cause Penjagaan polisi sangat sedikit sehingga terjadinya penyerangan brutal oleh FPI Moral Evaluation Make Moral Judgement Banyaknya massa hanya dijaga oleh satu kompi personel Treatment Recommendation Suggest Remedis - Koran Tempo pada berita ketiga edisi Rabu, 4 Juni 2008 mengetengahkan judul “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”. Koran Tempo, berdasarkan narasumber yang diwawancarainya menuliskan bahwa peristiwa insiden Monas bisa sampai terjadi diakibatkan lemahnya penjagaan polisi. Massa melihat hanya ada satu sampai tiga polisi yang berjaga dan mengamankan aksi. “JAKARTA - Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan AKKBB menilai pengamanan oleh polisi sangat lemah sehingga terjadi penyerangan brutal oleh laskar Front Pembela Islam FPI pada Ahad lalu.” 81 “Anik H.T., Koordinator AKKBB, mengatakan saat itu hanya melihat tiga polisi ketika terjadi penyerangan di lapangan Monumen Nasional Monas, Jakarta. “Dua berpakaian polisi, satunya preman,” katanya kepada Tempo setelah kejadian. “Saya tak tahu polisi menjaga kami atau kegiatan PDIP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.” 82 “Koordinator Media AKKBB Budi Kurniawan juga hanya melihat seorang polisi ketika penyerangan terjadi pada sekitar pukul 13.30 WIB. 81 “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”, Koran Tempo, 4 Juni 2008, h. 2, alinea 1. Lebih jelas lihat di lampiran. 82 Ibid, alinea 2. “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”. “Berpakaian preman, menggenggam pistol, berusaha mencegah aksi brutal FPI,” katanya di Galeri Nasional sesaat setelah kejadian.” 83 Koran Tempo menggambarkan bagaimana riuhnya keadaan saat perayaan Hari Lahir Pancasila ke-63, 1 Juni 2008. Pada hari itu ada beberapa massa yang melakukan aksi, antara lain PDIP yang menggelar acara jalan sehat, Hizbut Tahrir Indonesia, FPN dan buruh yang berunjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak di depan Istana Merdeka, seberang Monas. Selain itu ada massa AKKBB yang hendak melakukan aksi damai dan massa FPI. Riuhnya massa tersebut hanya dijaga oleh satu kompi personel, di mana satu kompi personel terdiri dari tiga pleton, satu pleton terdiri dari 12 orang. Jumlah keseluruhan satu kompi personel adalah 36 orang dan mereka harus menjaga ribuan orang yang melakukan aksi pada hari tersebut. Menanggapi tuduhan tersebut, polisi membantah adanya penjagaan yang lemah dan membiarkan penyerangan terjadi. “Namun, polisi membantah adanya penjagaan yang lemah membiarkan penyerangan terjadi. “Mana ada, sih, polisi yang membiarkan itu terjadi?” ujar Komisaris Besar Budi Winarso, Kepala Biro Operasi Kepolisian Daerah Metro Jakarta, kemarin. Menurut dia, petugas yang berjaga waktu itu dari Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat.” 84

2. Frame Republika