“Berpakaian preman, menggenggam pistol, berusaha mencegah aksi brutal FPI,” katanya di Galeri Nasional sesaat setelah kejadian.”
83
Koran Tempo menggambarkan bagaimana riuhnya keadaan saat perayaan
Hari Lahir Pancasila ke-63, 1 Juni 2008. Pada hari itu ada beberapa massa yang melakukan aksi, antara lain PDIP yang menggelar acara jalan sehat, Hizbut
Tahrir Indonesia, FPN dan buruh yang berunjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak di depan Istana Merdeka, seberang Monas. Selain itu ada
massa AKKBB yang hendak melakukan aksi damai dan massa FPI. Riuhnya massa tersebut hanya dijaga oleh satu kompi personel, di mana satu kompi
personel terdiri dari tiga pleton, satu pleton terdiri dari 12 orang. Jumlah keseluruhan satu kompi personel adalah 36 orang dan mereka harus menjaga
ribuan orang yang melakukan aksi pada hari tersebut. Menanggapi tuduhan tersebut, polisi membantah adanya penjagaan yang lemah dan membiarkan
penyerangan terjadi. “Namun, polisi membantah adanya penjagaan yang lemah
membiarkan penyerangan terjadi. “Mana ada, sih, polisi yang membiarkan itu terjadi?” ujar Komisaris Besar Budi Winarso, Kepala Biro Operasi
Kepolisian Daerah Metro Jakarta, kemarin. Menurut dia, petugas yang berjaga waktu itu dari Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat.”
84
2. Frame Republika
Analisis berita insiden Monas di harian Republika dilakukan untuk menjawab pertanyaan riset peneliti, yaitu mengetahui penekanan dan seleksi isu
yang dilakukan oleh tim redaksi Republika pada pemberitaan terkait penyebab terjadinya insiden Monas. Di bawah ini adalah uraian dari frame Republika
dalam bahasan utama mengenai penyebab terjadinya insiden Monas :
83
Ibid, alinea 3. “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”.
84
Ibid, alinea 7. “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”.
Tabel 13 Republika : Senin, 2 Juni 2008
“Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban” Problem Identification
Define Problem
Persoalan Ahmadiyah
Causal Interpretation Diagnoses Cause
Ketidaktegasan pemerintah
menyelesaikan persoalan Ahmadiyah
Moral Evaluation Make Moral Judgement
Pemerintah terlalu berhati-hati menangani masalah Ahmadiyah, sehingga berimplikasi
terhadap terjadinya bentrokan yang melibatkan FPI dan AKKBB
Treatment Recommendation
Suggest Remedis
Segera menerbitkan Surat Keputusan Bersama SKB
Republika pada edisi Senin, 2 Juni 2008, menjadikan peristiwa yang
melibatkan antara FPI dan AKKBB di Lapangan Silang Monas sebagai bahasan utama dan mengetengahkan judul “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.
Republika dalam hal ini mengidentifikasikan bahwa persoalan Ahmadiyah
menjadi pemicu utama penyebab terjadinya insiden Monas. Persoalan Ahmadiyah merupakan persoalan yang sudah lama terjadi namun, pemerintah
dalam menangani kasus ini dinilai lamban dan tidak memiliki ketegasan. Republika
mengkonstruksikan bahwa penyebab utama terjadinya insiden Monas akibat sikap ketidaktegasan dan ketidaktepatan pemerintah dalam
menyelesaikan persoalan Ahmadiyah. Hal tersebut dapat terlihat dari judul yang diambil. Di mana secara langsung Republika memberikan pernyataan bahwa
pemerintahlah yang seharusnya bertanggung jawab terhadap peristiwa tersebut. Tidak hanya terlihat dari judulnya saja, selanjutnya kita dapat melihat pada
bagian lead, yaitu berupa lead pernyataan sikap Republika terhadap peristiwa tersebut.
“JAKARTA – Bentrokan antara massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan AKKBB dengan Front Pembela
Islam FPI dinilai merupakan buntut dari lambannya pemerintah menangani masalah Ahmadiyah.”
85
Lead tersebut diperkuat dengan beberapa pernyataan dari narasumber yang
kemudian oleh pihak Republika dijadikan kutipan untuk lebih memperkuat judul yang mereka ambil. Salah satu narasumber yang diwawancarai oleh Republika
adalah Hamdan, Wakil Ketua Umum Partai Bulan Bintang PBB, ia menyatakan bahwa pihaknya sudah mengingatkan pemerintah bahwa sikap
pemerintah yang tidak tegas dan tidak tepat dalam menyelesaikan persoalan Ahmadiyah, akan menimbulkan bentrokan yang dikhawatirkan tidak hanya
terjadi di Jakarta saja tetapi bisa meluas ke daerah-daerah lain di luar Jakarta. “Hamdan menyatakan bahwa pihaknya sudah mewanti-wanti
pemerintah bahwa
ketidaktegasan dan
ketidaktepatan dalam
menyelesaikan masalah Ahmadiyah bisa mengakibatkan bentrokan. Hamdan mengaku khawatir bentrokan yang terjadi kemarin tak hanya akan
terjadi di Jakarta, tapi juga akan menjalar ke daerah-daerah lain. “Ini bisa makin panas”, katanya.”
86
Hal senada juga diungkapkan oleh Kuasa Hukum Forum Umat Islam FUI, Munarman. Ia menilai bahwa bentrokan terjadi karena langkah tegas pemerintah
soal Ahmadiyah tak kunjung diterapkan. Langkah pemerintah yang super hati- hati dinilainya membuat situasi masyarakat tak menentu.
Republika menilai bahwa pemerintah yang harusnya bertanggung jawab
terhadap insiden tersebut. Republika juga mengkonstruksikan melalui kutipan pernyataan Munarman adanya pihak-pihak yang secara sengaja memprovokasi
85
“Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”, Republika, 2 Juni 2008, h. 1, alinea 1. Lebih jelas lihat di lampiran.
86
Ibid, alinea 2. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.
pihak lain dalam insiden Monas dan juga adanya keterlibatan umat agama lain yang turut campur dalam menanggapi persoalan Ahmadiyah, pernyataan
tersebut yaitu : “Potensi bentrok semakin terbaca, kata Munarman, karena yang
berdemonstrasi mendukung Ahmadiyah seperti yang kemarin terjadi di Monumen Nasional Monas – bukan hanya aktivis, tapi juga umat agama
lain. Mereka, kata Munarman, bahkan menuding FUI sebagai umat yang kafir. “Disitu marahnya umat,” kata Munarman.”
87
Pada alinea ke enam, Republika menggambarkan secara selintas bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Dengan mengambil kutipan dari salah
seorang anggota AKKBB yang menyatakan bahwa polisi bergerak lamban dalam peristiwa tersebut. Namun, pada alinea ke tujuh, Republika memuat
keterangan dari Kepala Polres Jakarta Pusat, Komisaris Besar Heru Winarko yang membantah tuduhan salah seorang massa AKKBB tersebut. Ia
memaparkan bahwa massa AKKBB telah menyalahi aturan. Pada awalnya mereka hanya berdemonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia, namun mereka
malah bergerak menuju Monas. “Bentrokan di Monas kemarin terjadi setelah makan mi massal
bubar. Tak diketahui pasti apa pemicu bentrokan itu. Salah seorang pendemo dari AKKBB, Yudhi, mengatakan sebanyak 12 orang massa
AKKBB lainnya berlari tunggang-langgang. “Polisi geraknya lamban,” Yudhi menyesalkan.”
88
“Tapi, Kepala Polres Jakarta Pusat, Komisaris Besar Heru Winarko, menyesalkan massa AKKBB. Pasalnya, mereka mulanya hanya
berencana berdemonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia. “Ternyata, mereka menuju Monas juga,” sesalnya.”
89
87
Ibid, alinea 5. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.
88
Ibid, alinea 6. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.
89
Ibid, alinea 7. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.
Menanggapi peristiwa yang terjadi di Monas tersebut, Republika memberikan solusi kepada pemerintah untuk segera menerbitkan Surat
Keputusan Bersama SKB Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Jaksa Agung. Hal tersebut dapat terlihat pada alinea ke tiga, yaitu berupa kutipan
pernyataan Hamdan. “Jika pemerintah sudah menerbitkan Surat Keputusan Bersama
SKB Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Jaksa Agung tentang penghentian kegiatan Ahmadiyah, Hamdan menilai bentrokan tak akan
terjadi. Situasi menggantung dinilainya bisa dimanfaatkan untuk memprovokasi masyarakat. Jadi, “sekarang, saatnya ambil keputusan,”
tandas Hamdan.”
90
Tabel 14 Republika : Selasa, 3 Juni 2008
“Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi” Problem Identification
Define Problem
Tuntutan penyelesaian Ahmadiyah
Causal Interpretation Diagnoses Cause
Penodaan terhadap
agama Islam
oleh Ahmadiyah
Moral Evaluation Make Moral Judgement
Ahmadiyah tidak mengakui nabi Muhammad sebagai nabi terakhir, merupakan penodaan
agama Islam
Treatment Recommendation
Suggest Remedis
Surat keputusan bersama SKB mendesak untuk diterbitkan
Republika pada edisi Selasa, 3 Juni 2008 kembali menjadikan insiden
Monas sebagai bahasan utama dengan mengetengahkan judul “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”. Republika mengidentifikasikan insiden
Monas yang melibatkan antara FPI dan AKKBB sebagai bentuk dari tuntutan
90
Ibid, alinea 3. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.
masyarakat kepada pemerintah dalam penyelesaian Ahmadiyah. Republika menilai Ahmadiyah telah melakukan tindakan penodaan dan penistaan agama
yang memancing terjadinya bentrok antara kedua ormas tersebut. Masalah Ahmadiyah merupakan hal yang sangat rumit, karena tidak mengakui
Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Republika menjelaskan melalui kutipan pernyataan Jimly Asshiddiqie, Ketua Mahkamah Konstitusi dan M. Sholeh
Amin, Ketua Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum PBNU, bahwa keyakinan Ahmadiyah adanya nabi terakhir setelah nabi Muhammad SAW merupakan
bagian dari penodaan dan penistaan agama, apalagi Ahmadiyah mengklaim dirinya sebagai Islam.
“Dia mencontohkan masalah Ahmadiyah yang disebutnya rumit karena tak mengakui Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, tapi tetap
mengklaim sebagai Islam.”
91
“...Menurutnya, keyakinan Ahmadiyah bahwa ada nabi setelah Muhammad SAW merupakan penodaan Islam.”
92
Republika kembali menjelaskan melalui pernyataan yang disampaikan
oleh Jimly Asshiddiqie, bahwa konflik agama yang terjadi saat ini akibat dari mengekspresi kebebasan yang menggebu-gebu pada setiap individu.
“Salah satu penyebab yang melatar belakangi konflik antarumat beragama karena terlalu menggebu-gebu mengekspresikan kebebasan...”
93
Perubahan sistem pemerintahan yang pada awalnya bersifat otoriter berdasarkan kekuasaan mantan Presiden Soeharto, akhirnya tumbang pada tahun 1998.
Dalam era sepuluh tahun terakhir sistem pemerintahan demokrasi pun kian berkembang di Indonesia. Sistem demokrasi tersebut tidak serta merta
91
“Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”, Republika, 3 Juni 2008, h. 1, alinea 7. Lebih jelas lihat di lampiran.
92
Ibid, alinea 8, baris 6. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.
93
Ibid, alinea 4. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.
memberikan kedamaian bagi masyarakat pada umumnya, kebebasan saat ini lebih cenderung kelewat batas dan bersifat provokatif. Sehingga butuh kearifan
dalam mengungkapkan kebebasan berekspresi. Seperti apa yang Republika kutip dari pernyataan Jimly Asshiddiqie :
“Perubahan demokrasi sepuluh tahun terakhir membutuhkan kearifan dalam mengungkapkan kebebasan berekspresi. “Jadi, kalau
mengekspresikan kebebasan yang provokatif, itu juga mengundang reaksi yang tidak perlu, katanya”.”
94
Republika juga menyampaikan adanya kekhawatiran isu pembubaran
Ahmadiyah menjadi pembubaran FPI. Republika menilai adanya pihak-pihak yang sengaja berusaha untuk mengadu domba antar umat Islam. Namun, isu
pembubaran FPI dipertegas dengan pernyataan dari Jimly Asshiddiqie, bahwa penyelesaian konflik dan tuntutan pembubaran FPI harus diselesaikan melalui
jalur hukum. Jimly menyatakan bahwa yang memiliki kewenangan untuk membubarkan organisasi massa seperti FPI adalah Pengadilan, bukan
Mahkamah Konstitusi MK, seperti pernyataan yang dikutip oleh Republika : “...Kalau yang dibubarkan itu parpol, di MK. Kalau ormas, di
pengadilan biasa.”
95
Jimly juga mengkhawatirkan akan adanya adu domba pada umat beragama jika pembahasan mengenai penyebab insiden Monas terus berkembang. Ia
menilai bahwa persoalan internal umat beragama hendaknya diselesaikan dengan cara dialog. Di lain pihak, Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan
mengingatkan agar upaya penodaan terhadap agama Islam harus di lawan dan jangan sampai isu penodaan tersebut bergeser menjadi isu kekerasan oleh FPI.
“Upaya penodaan agama Islam harus di lawan. Jangan bergeser karena isu kekerasan oleh FPI, kata pimpinan majelis pakar DPP PPP.”
96
94
Ibid, alinea 3. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.
95
Ibid, alinea 5, baris 7. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.
Isu pergeseran persoalan penistaan agama juga di sampaikan oleh Politikus Partai Golkar, Agun Gunandjar, yang berpendapat bahwa penghormatan
terhadap keragaman beragama berbeda dengan persoalan penistaan agama. Ia juga mengingatkan agar masalah tersebut jangan dikaburkan menjadi isu
kebhinekaan. Republika
memberikan solusi, yaitu dengan meminta ormas AKKBB agar mawas diri dan menghentikan provokasi. Di lain pihak, Republika juga
mendesak pemerintah untuk segera menerbitkan surat keputusan bersama SKB Ahmadiyah. Republika dalam hal ini menghormati kebebasan bagi setiap umat
untuk hidup dalam agama dan kepercayaan masing-masing, tetapi tidak diartikan bahwa kebebasan tersebut dengan melakukan tindakan penistaan
terhadap agama lain.
Tabel 15 Republika : Rabu, 4 Juni 2008
“Akar Masalahnya Ahmadiyah” Problem Identification
Define Problem
Persoalan Ahmadiyah
Causal Interpretation Diagnoses Cause
Ketidaktegasan pemerintah
terhadap Ahmadiyah
Moral Evaluation Make Moral Judgement
Masalah Ahmadiyah bukan soal kebebasan beragama dan berkeyakinan, tapi penodaan
agama Islam
Treatment Recommendation
Suggest Remedis
Bersikap tenang dan meredam emosi
96
Ibid, alinea 9. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.
Republik a pada edisi Rabu, 4 Juni 2008 masih menjadikan insiden Monas
sebagai bahasan utama dengan mengangkat judul “Akar Masalahnya Ahmadiyah”. Pada edisi ini, secara tegas Republika mendefiniskan masalah
terhadap persoalan Ahmadiyah. Republika menilai persoalan Ahmadiyah yang tak kunjung diselesaikan dan pada akhirnya memicu konflik antarumat
beragama. Pernyataan Ketua DPR Agung Laksono, seperti yang dikutip oleh Republika
menyatakan bahwa kerusuhan yang terjadi di Monas harus diselesaikan secara hukum dan aparat diminta untuk bersikap adil. Di lain pihak
ia juga menyatakan bahwa penyebab utama terjadinya kerusuhan tersebut adalah permasalahan Ahmadiyah yang harus diselesaikan secepatnya.
“Para pelaku kerusuhan Monas harus dihukum, tapi masyarakat jangan melupakan akar masalah, yakni Ahmadiyah yang hingga kini
belum dibubarkan. “Ini penyebab utamanya menyangkut Ahmadiyah. Harus segera diselesaikan Ahmadiyahnya, sementara pelaku kriminal
diproses secara hukum,” kata Agung, Selasa 36.”
97
Republika melalui kutipan pernyataan salah satu narasumbernya menilai
bahwa penyebab tidak terselesaikan masalah Ahmadiyah, dikarenakan sikap ketidaktegasan pemerintah dalam menangani permasalahan tersebut terutama
tak kunjung keluarnya surat keputusan bersama SKB Ahmadiyah. “Akar masalah insiden Monas, diakui Ketua FPDIP, Tjahjo
Kumolo, adalah ketidaktegasan pemerintah menyikapi keberadaan Ahmadiyah. Pembiaran Ahmadiyah memicu keresahan karena surat
keputusan bersama SKB soal Ahmadiyah terus diulur-ulur.”
98
“Sayangnya, komitmen itu tak pernah muncul. Harusnya pemerintah tegas dan tidak ragu-ragu, katanya.”
99
97
“Akar Masalahnya Ahmadiyah”, Republika, 4 Juni 2008, h. 1, alinea 2. Lebih jelas lihat di lampiran.
98
Ibid, alinea 4. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.
99
Ibid, alinea 5. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.
“Hasyim menyesalkan sikap pemerintah yang tak tegas terhadap Ahmadiyah. “Pemerintah lebih banyak berwacana daripada melakukan
tindakan preventif dan represif”.”
100
Republika kembali menegaskan bahwa persoalan Ahmadiyah bukan masalah
kebebasan beragama dan berkeyakinan, melainkan penodaan terhadap agama tertentu, dalam hal ini Islam.
“Sebenarnya masalah Ahmadiyah bukan soal kebebasan beragama dan berkeyakinan, tapi penodaan agama tertentu, dalam hal ini Islam.”
101
Republika menghendaki agar semua pihak bersikap tenang dan meredam
emosi. Tidak terpancing oleh isu-isu seperti tuntutan dari gerakan GP Ansor untuk membubarkan FPI secara paksa yang dapat membuat memanasnya situasi.
“Menyikapi memanasnya situasi, pemimpin pondok pesantren Al- Mizan, Jatiwangi, Majalengka, Maman Imanulhaq Faqieh, meminta semua
pihak meredam emosi. Menurut Maman yang menjadi salah satu korban kasus Monas, pesantren mengajarkan damai dan menghargai rasionalitas
serta perbedaan.”
102
“Kami akan meredam massa di bawah, kata Maman. Kekerasan, tegasnya harus dihentikan kepada siapa pun dan atas nama siapa saja.”
103
100
Ibid, alinea 8. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.
101
Ibid, alinea 7. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.
102
Ibid, alinea 13. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.
103
Ibid, alinea 14. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.
Tabel 16 Republika : Kamis, 5 Juni 2008
“Umat Islam Diminta Bersatu” Problem Identification
Define Problem
Ajang adu domba sesama penganut Islam
Causal Interpretation Diagnoses Cause
Persoalan Ahmadiyah
Moral Evaluation Make Moral Judgement
GP Ansor FPI sama-sama penganut Islam
Treatment Recommendation
Suggest Remedis
Umat diminta bersatu dan desakan penerbitan Surat Keputusan Bersama SKB
Republika pada edisi Kamis, 5 Juni 2008 masih menjadikan insiden Monas
sebagai bahasan utama, yaitu dengan mengangkat judul “Umat Islam Diminta Bersatu”. Republika sebagaimana yang tertulis pada bagian lead menjelaskan
bahwa situasi saat ini dinilai menjadi ajang adu domba sesama penganut Islam. “JAKARTA – Umat Islam diminta waspada terkait situasi
pascakerusuhan di Monas, Ahad 16 lalu. Situasi saat ini dinilai sudah begeser menjadi ajang adu domba sesama penganut Islam.”
104
“Anggota Forum Peduli Umat dan Bangsa FPUB, Ferry Nur, berharap umat cerdas agar tidak mudah tersulut provokasi yang
merugikan...”
105
Republika kembali menegaskan bahwa persoalan utama terjadinya
bentrokan adalah persoalan Ahmadiyah yang belum juga terselesaikan. Beberapa pihak merasa kecewa dengan sikap pemerintah yang tidak tegas dan
terkesan adanya perbedaan perlakuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus Monas dan Ahmadiyah.
104
“Umat Islam Diminta Bersatu”, Republika, 5 Juni 2008, h. 1, alinea 1. Lebih jelas lihat di lampiran.
105
Ibid, alinea 2. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
“Koordinator FPUB, KH Fikri Bareno, merasa heran perbedaan perlakuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus Monas.
“Saya bangga setelah insiden Monas, Presiden berpidato dengan gagah, menyesalkan kejadian itu. Tapi, mengapa Presiden tak berpidato segagah
dan setegas itu dalam hal pembubaran Ahmadiyah?”.”
106
Republika kembali menuliskan pernyataan KH. Hasyim Muzadi yang
menyatakan bahwa Ahmadiyah merupakan aliran sesat dan menyimpang dari ajaran Islam, seperti yang ia nyatakan pada edisi Rabu, 4 Juni 2008.
“Sebenarnya masalah Ahmadiyah bukan soal kebebasan beragama dan berkeyakinan, tapi penodaan agama tertentu, dalam hal ini Islam.”
Pada edisi Kamis, 5 Juni 2008 ini, Republika seakan mempertegas kembali penyataan
Hasyim Muzadi
dengan menyatakan
bahwa Ahmadiyah
menyimpang. “Hasyim juga tidak menampik bahwa Ahmadiyah merupakan
aliran sesat yang menyimpang dari Islam. “Yang penting itu caranya. Dia Ahmadiyah kan masih nongkrong di kaum Muslimin. Tentu harus
dihadapi dengan dakwah. Karena keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan kekerasan,” katanya.”
107
Agar pergesaran isu menjadi ajang adu domba tidak semakin memanas, Republika
, melalui pernyataan beberapa narasumbernya meminta agar umat bersatu, menjaga ukhuwah dan merapatkan barisan. Umat diminta untuk tidak
mudah terprovokasi yang pada akhirnya akan merugikan banyak pihak. “...siapa yang untung dari pertikaian antara Ansor dan Front
Pembela Islam FPI. Ansor penganut Islam, FPI juga Islam. Mereka jangan mau di adu domba oleh pihak lain, kata Fery, Rabu 46.”
108
“Daripada saling serang, Sekjen Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina KISPA ini mengimbau umat bersatu dan menjaga
ukhuwah.“FPUB menyeru umat merapatkan barisan”.”
109
106
Ibid, alinea 4. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
107
Ibid, alinea 6. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
108
Ibid, alinea 2. baris 5. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
109
Ibid, alinea 3. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
Republika juga meminta kepada pemerintah agar bersikap tegas dengan
segera menerbitkan surat keputusan bersama SKB. Namun, menanggapi penerbitan SKB tersebut, juru bicara kepresidenan, Andi Mallarangeng
menjelaskan bahwa penerbitan SKB masih dalam proses dan merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan karena menyangkut masalah sensitif.
“Juru bicara Presiden, Andi Mallarangeng, menjelaskan, SKB Ahmadiyah masih dalam proses. “Ini menyangkut masalah sensitif”.”
110
Republika menjelaskan pada bagian akhir tulisan pada edisi ini, kutipan
pernyataan juru bicara Depdagri, Saut Situmorang yang menegaskan bahwa Mendagri telah mengirimkan surat teguran ke FPI dan AKKBB. FPI ditegur
karena penyerangannya mengganggu ketertiban umum, sedangkan AKKBB ditegur karena apel akbar yang dilakukannya memicu penyerangan. Tidak hanya
itu, Republika dalam tulisannya seolah menolak penetapan tersangka kepada pimpinan FPI, Habib Rizieq Shihab oleh polisi. Hal tersebut dapat dilihat
melalui kutipan pernyataan pengacara FPI, Mahendradatta yang menyatakan bahwa status tersangka itu belum sah dikarenakan berita acara pemeriksaaan
BAP belum selesai. Republika juga mengklarifikasi tudingan yang disampaikan oleh berbagai pihak yang menyatakan bahwa Munarman, Panglima
Komando Laskar Islam, pergi melarikan diri. Seperti yang terlihat melalui penulisan kutipan pernyataan Munarman, bahwa :
“Saya belum datang ke Polda agar hukum berjalan lebih adil dan seimbang.”
111
110
Ibid, alinea 10. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
111
Ibid, alinea 15. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
Tabel 17 Republika : Jumat, 6 Juni 2008
“14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi” Problem Identification
Define Problem
Persoalan Ahmadiyah
Causal Interpretation Diagnoses Cause
Pemerintah lamban mengambil keputusan tentang Ahmadiyah
Moral Evaluation Make Moral Judgement
Pro-kontra Ahmadiyah adalah rekayasa politik pemerintah
Treatment Recommendation
Suggest Remedis
Pemerintah bersikap adil dan tidak diskriminatif
Republika pada edisi Jumat, 6 Juni 2008, menjadikan insiden Monas
sebagai bahasan utama dengan mengangkat judul “14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi”. Pada pemberitaannya Republika memuat pernyataan 14
Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda OKP yang tergabung dalam Forum Pemuda Mahasiswa Islam FPMI. Dalam pemberitaan ini, Republika lagi-lagi
mengidentifikasikan permasalahan Ahmadiyah sebagai pemicu terjadinya insiden Monas. Dalam pemberitaannya, Republika memposisikan pemerintah
sebagai aktor yang harus bertanggung jawab atas terjadinya insiden tersebut. Pemerintah dinilai lamban dalam menanggapi persoalan Ahmadiyah, terutama
dalam penerbitan surat keputusan bersama SKB tentang Ahmadiyah. Banyak pihak yang menilai jika pemerintah bertindak tegas terhadap permasalahan
Ahmadiyah dan segera menerbitkan SKB, insiden Monas tidak akan mungkin terjadi.
“FPMI menganggap
ketidaktegasan pemerintah
terhadap Ahmadiyah merupakan pemicu bentrokan. “Kalau pemerintah cepat
mengambil keputusan soal Ahmadiyah, insiden tak akan terjadi,” imbuh Syahrul.”
112
Republika juga mempertanyakan tanggung jawab pemerintah terhadap
permasalahan Ahmadiyah. Seperti yang dikutip dari wawancara dengan KH Didin Hafidhuddin, sebagai berikut :
“Kelambanan pemerintah membubarkan Ahmadiyah justru menjadi pangkal masalah. “Pemerintah berkali-kali janji soal
Ahmadiyah. Pemimpin
yang memberi
pernyataan dan
tak mewujudkannya, bagaimana bisa dipercaya?”.”
113
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa pemerintahan saat ini tidak dapat dipercaya, karena berulang kali janji menyelesaikan persoalan ahmadiyah, tetapi
tidak pernah diwujudkan secara nyata. Republika
melalui pernyataan Amien Rais menyatakan bahwa pro-kontra Ahmadiyah sebagai pemicu insiden Monas merupakan rekayasa politik yang
dilakukan oleh pemerintah untuk mengalihkan perhatian masyarakat. “Di Yogyakarta, mantan ketua MPR, Amien Rais, meminta
masyarakat menahan diri. Akar kerusuhan Monas, yaitu pro-kontra Ahmadiyah adalah rekayasa politik. “Rezim yang gagal menyejahterakan
rakyat, menambah pengangguran dan kemiskinan, pasti akan mencari isu untuk mengalihkan perhatian rakyat”.”
114
Pemerintah lagi-lagi dituduh oleh Republika sebagai pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya insiden Monas. Terlepas dari beberapa pernyataan yang
Republika kutip, dalam pemberitaan ini Republika meminta kepada pemerintah
untuk mencermati akar permasalahan pemicu bentrokan dan pemerintah diminta untuk bersikap adil dan tidak diskriminatif dalam penyelesaian insiden Monas.
112
“14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi”, Republika, 6 Juni 2008, h. 1, alinea 4. Lebih jelas lihat di lampiran.
113
Ibid, alinea 8. “14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi”.
114
Ibid, alinea 10. “14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi”.
Tabel 18 Republika : Sabtu, 7 Juni 2008
“Ustadz Jeffry : SBY Harus Adil” Problem Identification
Define Problem
Penegakan hukum pembubaran Ahmadiyah Indonesia
Causal Interpretation Diagnoses Cause
Lambatnya penerbitan SKB Ahmadiyah
Moral Evaluation Make Moral Judgement
Pasal 2 UU PNPS No 11965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan danatau Penodaan Agama
Treatment Recommendation
Suggest Remedis
a. Segera menerbitkan SKB dan bubarkan
Ahmadiyah b.
Umat Islam bersatu, pemerintah bersikap adil
Republika pada edisi Sabtu, 7 Juni 2008, yang mana merupakan edisi
terakhir harian ini menjadikan insiden Monas sebagai bahasan utama. Pada edisi ini Republika mengangkat judul “Ustadz Jeffry : SBY Harus Adil”. Republika
mengidentifikasikan penegakan hukum pembubaran Ahmadiyah Indonesia. Karena dalam bahasan utama sebelumnya, Republika menilai pemerintah telah
gagal mencermati akar permasalahan insiden Monas dan bertindak tegas terhadap persoalan Ahmadiyah. Republika secara tegas mengidentifikasikan
penegakan hukum terhadap pembubaran Ahmadiyah Indonesia. Penerbitan SKB Ahmadiyah bagi Republika sangatlah mendesak.
Menanggapi perkembangan penerbitan SKB tersebut, Jaksa Agung, Hendarman Supandji mengungkapkan bahwa SKB Ahmadiyah tidak dapat membubarkan
Jemaat Ahmadiyah Indonesia JAI. Dikarenakan tidak adanya instruksi pembubaran, sesuai Pasal 2 UU PNPS No. 11965 tentang Pencegahan
Penyalahgunaan danatau Penodaan Agama.
Ustadz Jeffry Al Buchori dalam menanggapi insiden Monas, meminta umat Islam memperkuat persatuan dan jangan mau diadu domba. Kepada umat
non-Islam, Uje meminta kepada mereka untuk bersikap bijaksana dan memberikan kesempatan kepada umat Islam sendiri yang menyelesaikan
permasalahan tersebut. Untuk pemerintah sendiri, Uje meminta pemerintah bersikap adil.
“Dengan kejadian itu, umat Islam harus memperkuat persatuan dan jangan mau diadu domba. Kepada masyarakat non-Islam, ustadz Jeffry
juga mengimbau agar bersikap bijaksana. “Biarkan kami menyelesaikan urusan agama kami,” tegasnya.”
115
Selain meminta agar umat Islam tetap bersatu, Republika juga meminta penerbitan segera SKB dan membubarkan Ahmadiyah secepatnya. Karena,
keberadaan Ahmadiyah dan terlambatnya penerbitan SKB merupakan akar masalah terjadinya insiden Monas.
B. Temuan dan Analisis Perangkat Framing Robert N. Entman