“Berpakaian preman, menggenggam pistol, berusaha mencegah aksi brutal FPI,” katanya di Galeri Nasional sesaat setelah kejadian.”
83
Koran Tempo menggambarkan bagaimana riuhnya keadaan saat perayaan
Hari Lahir Pancasila ke-63, 1 Juni 2008. Pada hari itu ada beberapa massa yang melakukan  aksi,  antara  lain  PDIP  yang  menggelar  acara  jalan  sehat,  Hizbut
Tahrir  Indonesia,  FPN  dan  buruh  yang  berunjuk  rasa  menolak  kenaikan  harga bahan  bakar  minyak di  depan  Istana  Merdeka,  seberang  Monas.  Selain  itu  ada
massa  AKKBB  yang  hendak  melakukan  aksi  damai  dan  massa  FPI.  Riuhnya massa  tersebut  hanya  dijaga  oleh  satu  kompi  personel,  di  mana  satu  kompi
personel  terdiri  dari  tiga  pleton,  satu  pleton  terdiri  dari  12  orang.  Jumlah keseluruhan  satu  kompi  personel  adalah  36  orang  dan  mereka  harus  menjaga
ribuan  orang  yang  melakukan  aksi  pada  hari  tersebut.  Menanggapi  tuduhan tersebut,  polisi  membantah  adanya  penjagaan  yang  lemah  dan  membiarkan
penyerangan terjadi. “Namun,  polisi  membantah  adanya  penjagaan  yang  lemah
membiarkan penyerangan terjadi. “Mana ada, sih, polisi yang membiarkan itu  terjadi?”  ujar  Komisaris  Besar  Budi  Winarso,  Kepala  Biro  Operasi
Kepolisian  Daerah  Metro  Jakarta,  kemarin.  Menurut  dia,  petugas  yang berjaga waktu itu dari Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat.”
84
2. Frame Republika
Analisis  berita  insiden  Monas  di  harian  Republika  dilakukan  untuk menjawab pertanyaan riset peneliti, yaitu mengetahui penekanan dan seleksi isu
yang  dilakukan  oleh tim  redaksi  Republika pada pemberitaan  terkait  penyebab terjadinya  insiden  Monas.  Di  bawah  ini  adalah  uraian  dari  frame  Republika
dalam bahasan utama mengenai penyebab terjadinya insiden Monas :
83
Ibid, alinea 3. “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”.
84
Ibid, alinea 7. “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”.
Tabel 13 Republika : Senin, 2 Juni 2008
“Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban” Problem Identification
Define Problem
Persoalan Ahmadiyah
Causal Interpretation Diagnoses Cause
Ketidaktegasan pemerintah
menyelesaikan persoalan Ahmadiyah
Moral Evaluation Make Moral Judgement
Pemerintah  terlalu  berhati-hati  menangani masalah  Ahmadiyah,  sehingga  berimplikasi
terhadap  terjadinya  bentrokan  yang  melibatkan FPI dan AKKBB
Treatment Recommendation
Suggest Remedis
Segera  menerbitkan  Surat  Keputusan  Bersama SKB
Republika pada  edisi  Senin,  2  Juni  2008,  menjadikan  peristiwa  yang
melibatkan antara FPI dan AKKBB di Lapangan Silang Monas sebagai bahasan utama  dan  mengetengahkan  judul  “Bentrokan  Akibat  Pemerintah  Lamban”.
Republika dalam  hal  ini  mengidentifikasikan  bahwa  persoalan  Ahmadiyah
menjadi  pemicu  utama  penyebab  terjadinya  insiden  Monas.  Persoalan Ahmadiyah  merupakan  persoalan  yang  sudah  lama  terjadi  namun,  pemerintah
dalam menangani kasus ini dinilai lamban dan tidak memiliki ketegasan. Republika
mengkonstruksikan  bahwa  penyebab  utama  terjadinya  insiden Monas  akibat  sikap  ketidaktegasan  dan  ketidaktepatan  pemerintah  dalam
menyelesaikan persoalan Ahmadiyah. Hal tersebut dapat terlihat dari judul yang diambil.  Di  mana  secara  langsung  Republika  memberikan  pernyataan  bahwa
pemerintahlah  yang seharusnya bertanggung jawab terhadap peristiwa tersebut. Tidak  hanya  terlihat  dari  judulnya  saja,  selanjutnya  kita  dapat  melihat  pada
bagian  lead,  yaitu  berupa  lead  pernyataan  sikap  Republika  terhadap  peristiwa tersebut.
“JAKARTA  –  Bentrokan  antara  massa  Aliansi  Kebangsaan  untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan AKKBB dengan Front Pembela
Islam  FPI  dinilai  merupakan  buntut  dari  lambannya  pemerintah menangani masalah Ahmadiyah.”
85
Lead tersebut diperkuat dengan beberapa pernyataan dari narasumber yang
kemudian oleh pihak Republika dijadikan kutipan untuk lebih memperkuat judul yang  mereka ambil. Salah satu narasumber  yang  diwawancarai oleh Republika
adalah  Hamdan,  Wakil  Ketua  Umum  Partai  Bulan  Bintang  PBB,  ia menyatakan  bahwa  pihaknya  sudah  mengingatkan  pemerintah  bahwa  sikap
pemerintah  yang  tidak  tegas  dan  tidak  tepat  dalam  menyelesaikan  persoalan Ahmadiyah,  akan  menimbulkan  bentrokan  yang  dikhawatirkan  tidak  hanya
terjadi di Jakarta saja tetapi bisa meluas ke daerah-daerah lain di luar Jakarta. “Hamdan  menyatakan  bahwa  pihaknya  sudah  mewanti-wanti
pemerintah bahwa
ketidaktegasan dan
ketidaktepatan dalam
menyelesaikan  masalah  Ahmadiyah  bisa  mengakibatkan  bentrokan. Hamdan mengaku khawatir bentrokan yang terjadi kemarin tak hanya akan
terjadi di Jakarta, tapi juga akan menjalar ke daerah-daerah lain. “Ini bisa makin panas”, katanya.”
86
Hal  senada  juga  diungkapkan  oleh  Kuasa  Hukum  Forum  Umat  Islam  FUI, Munarman. Ia menilai bahwa bentrokan terjadi karena langkah tegas pemerintah
soal Ahmadiyah tak  kunjung diterapkan. Langkah pemerintah  yang  super hati- hati dinilainya membuat situasi masyarakat tak menentu.
Republika menilai  bahwa  pemerintah  yang  harusnya  bertanggung  jawab
terhadap  insiden  tersebut.  Republika  juga  mengkonstruksikan  melalui  kutipan pernyataan  Munarman  adanya  pihak-pihak  yang  secara  sengaja  memprovokasi
85
“Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”, Republika, 2 Juni 2008, h. 1, alinea 1. Lebih jelas lihat di lampiran.
86
Ibid, alinea 2. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.
pihak  lain dalam  insiden Monas dan  juga  adanya keterlibatan umat agama  lain yang  turut  campur  dalam  menanggapi  persoalan  Ahmadiyah,  pernyataan
tersebut yaitu : “Potensi  bentrok  semakin  terbaca,  kata  Munarman,  karena  yang
berdemonstrasi  mendukung  Ahmadiyah  seperti  yang  kemarin  terjadi  di Monumen Nasional Monas – bukan hanya aktivis, tapi juga umat agama
lain.  Mereka,  kata  Munarman,  bahkan  menuding  FUI  sebagai umat  yang kafir. “Disitu marahnya umat,” kata Munarman.”
87
Pada  alinea  ke  enam,  Republika  menggambarkan  secara  selintas bagaimana  peristiwa  tersebut  terjadi.  Dengan  mengambil  kutipan  dari  salah
seorang  anggota  AKKBB  yang  menyatakan  bahwa  polisi  bergerak  lamban dalam  peristiwa  tersebut.  Namun,  pada  alinea  ke  tujuh,  Republika  memuat
keterangan  dari  Kepala  Polres  Jakarta  Pusat,  Komisaris  Besar  Heru  Winarko yang  membantah  tuduhan  salah  seorang  massa  AKKBB  tersebut.  Ia
memaparkan  bahwa  massa  AKKBB  telah  menyalahi  aturan.  Pada  awalnya mereka  hanya  berdemonstrasi  di  Bundaran  Hotel  Indonesia,  namun  mereka
malah bergerak menuju Monas. “Bentrokan  di  Monas  kemarin  terjadi  setelah  makan  mi  massal
bubar.  Tak  diketahui  pasti  apa  pemicu  bentrokan  itu.  Salah  seorang pendemo  dari  AKKBB,  Yudhi,  mengatakan  sebanyak  12  orang  massa
AKKBB  lainnya  berlari  tunggang-langgang.  “Polisi  geraknya  lamban,” Yudhi menyesalkan.”
88
“Tapi,  Kepala  Polres  Jakarta  Pusat,  Komisaris  Besar  Heru Winarko, menyesalkan massa AKKBB. Pasalnya, mereka mulanya  hanya
berencana  berdemonstrasi  di  Bundaran  Hotel  Indonesia.  “Ternyata, mereka menuju Monas juga,” sesalnya.”
89
87
Ibid, alinea 5. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.
88
Ibid, alinea 6. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.
89
Ibid, alinea 7. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.
Menanggapi  peristiwa  yang  terjadi  di  Monas  tersebut,  Republika memberikan  solusi  kepada  pemerintah  untuk  segera  menerbitkan  Surat
Keputusan  Bersama  SKB  Menteri  Dalam  Negeri,  Menteri  Agama  dan  Jaksa Agung.  Hal  tersebut  dapat  terlihat  pada  alinea  ke  tiga,  yaitu  berupa  kutipan
pernyataan Hamdan. “Jika  pemerintah  sudah  menerbitkan  Surat  Keputusan  Bersama
SKB  Menteri  Dalam  Negeri,  Menteri  Agama  dan  Jaksa  Agung  tentang penghentian  kegiatan  Ahmadiyah,  Hamdan  menilai  bentrokan  tak  akan
terjadi.  Situasi  menggantung  dinilainya  bisa  dimanfaatkan  untuk memprovokasi  masyarakat.  Jadi,  “sekarang,  saatnya  ambil  keputusan,”
tandas Hamdan.”
90
Tabel 14 Republika : Selasa, 3 Juni 2008
“Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi” Problem Identification
Define Problem
Tuntutan penyelesaian Ahmadiyah
Causal Interpretation Diagnoses Cause
Penodaan terhadap
agama Islam
oleh Ahmadiyah
Moral Evaluation Make Moral Judgement
Ahmadiyah  tidak  mengakui  nabi  Muhammad sebagai  nabi  terakhir,  merupakan  penodaan
agama Islam
Treatment Recommendation
Suggest Remedis
Surat  keputusan  bersama  SKB  mendesak untuk diterbitkan
Republika pada  edisi  Selasa,  3  Juni  2008  kembali  menjadikan  insiden
Monas  sebagai  bahasan  utama  dengan  mengetengahkan  judul  “Masyarakat Diimbau  tak  Lakukan  Provokasi”.  Republika  mengidentifikasikan  insiden
Monas  yang  melibatkan  antara  FPI  dan  AKKBB  sebagai  bentuk  dari  tuntutan
90
Ibid, alinea 3. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.
masyarakat  kepada  pemerintah  dalam  penyelesaian  Ahmadiyah.  Republika menilai  Ahmadiyah  telah  melakukan  tindakan  penodaan  dan  penistaan  agama
yang  memancing  terjadinya  bentrok  antara  kedua  ormas  tersebut.  Masalah Ahmadiyah  merupakan  hal  yang  sangat  rumit,  karena  tidak  mengakui
Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Republika menjelaskan melalui kutipan pernyataan  Jimly  Asshiddiqie,  Ketua  Mahkamah  Konstitusi  dan  M.  Sholeh
Amin,  Ketua  Lembaga  Penyuluhan  Bantuan  Hukum  PBNU,  bahwa  keyakinan Ahmadiyah  adanya  nabi  terakhir  setelah  nabi  Muhammad  SAW  merupakan
bagian  dari  penodaan  dan  penistaan  agama,  apalagi  Ahmadiyah  mengklaim dirinya sebagai  Islam.
“Dia  mencontohkan  masalah  Ahmadiyah  yang  disebutnya  rumit karena  tak  mengakui  Muhammad  SAW  sebagai  nabi  terakhir,  tapi  tetap
mengklaim sebagai Islam.”
91
“...Menurutnya,  keyakinan  Ahmadiyah  bahwa  ada  nabi  setelah Muhammad SAW merupakan penodaan Islam.”
92
Republika kembali  menjelaskan  melalui  pernyataan  yang  disampaikan
oleh  Jimly  Asshiddiqie,  bahwa  konflik  agama  yang  terjadi  saat  ini  akibat  dari mengekspresi kebebasan yang menggebu-gebu pada setiap individu.
“Salah  satu  penyebab  yang  melatar  belakangi  konflik  antarumat beragama karena terlalu menggebu-gebu mengekspresikan kebebasan...”
93
Perubahan sistem pemerintahan yang pada awalnya bersifat otoriter berdasarkan kekuasaan  mantan  Presiden  Soeharto,  akhirnya  tumbang  pada  tahun  1998.
Dalam  era  sepuluh  tahun  terakhir  sistem  pemerintahan  demokrasi  pun  kian berkembang  di  Indonesia.  Sistem  demokrasi  tersebut  tidak  serta  merta
91
“Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”, Republika, 3 Juni 2008, h. 1, alinea 7. Lebih jelas lihat di lampiran.
92
Ibid, alinea 8, baris 6. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.
93
Ibid, alinea 4. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.
memberikan  kedamaian  bagi  masyarakat  pada  umumnya,  kebebasan  saat  ini lebih cenderung kelewat batas dan bersifat provokatif. Sehingga butuh kearifan
dalam mengungkapkan kebebasan berekspresi. Seperti apa yang Republika kutip dari pernyataan  Jimly Asshiddiqie :
“Perubahan  demokrasi  sepuluh  tahun  terakhir  membutuhkan kearifan  dalam  mengungkapkan  kebebasan  berekspresi.  “Jadi,  kalau
mengekspresikan kebebasan  yang provokatif, itu juga mengundang reaksi yang tidak perlu, katanya”.”
94
Republika juga  menyampaikan  adanya  kekhawatiran  isu  pembubaran
Ahmadiyah  menjadi  pembubaran  FPI.  Republika  menilai  adanya  pihak-pihak yang  sengaja  berusaha  untuk  mengadu  domba  antar  umat  Islam.  Namun,  isu
pembubaran  FPI  dipertegas  dengan  pernyataan  dari  Jimly  Asshiddiqie,  bahwa penyelesaian  konflik  dan  tuntutan  pembubaran  FPI  harus  diselesaikan  melalui
jalur  hukum.  Jimly  menyatakan  bahwa  yang  memiliki  kewenangan  untuk membubarkan  organisasi  massa  seperti  FPI  adalah  Pengadilan,  bukan
Mahkamah Konstitusi MK,  seperti pernyataan yang dikutip oleh Republika : “...Kalau  yang  dibubarkan  itu  parpol,  di  MK.  Kalau  ormas,  di
pengadilan biasa.”
95
Jimly juga mengkhawatirkan akan adanya adu domba pada umat beragama jika  pembahasan  mengenai  penyebab  insiden  Monas  terus  berkembang.  Ia
menilai  bahwa  persoalan  internal  umat  beragama  hendaknya  diselesaikan dengan  cara  dialog.  Di  lain  pihak,  Ketua  DPP  Partai  Persatuan  Pembangunan
mengingatkan  agar  upaya  penodaan  terhadap  agama  Islam  harus  di  lawan  dan jangan sampai isu penodaan tersebut bergeser menjadi isu kekerasan oleh FPI.
“Upaya  penodaan  agama  Islam  harus  di  lawan.  Jangan  bergeser karena isu kekerasan oleh FPI, kata pimpinan majelis pakar DPP PPP.”
96
94
Ibid, alinea 3. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.
95
Ibid, alinea 5, baris 7. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.
Isu pergeseran persoalan penistaan agama juga di sampaikan oleh Politikus Partai  Golkar,  Agun  Gunandjar,  yang  berpendapat  bahwa  penghormatan
terhadap  keragaman  beragama  berbeda  dengan  persoalan  penistaan  agama.  Ia juga  mengingatkan  agar  masalah  tersebut  jangan  dikaburkan  menjadi  isu
kebhinekaan. Republika
memberikan solusi, yaitu dengan meminta ormas AKKBB agar mawas  diri  dan  menghentikan  provokasi.  Di  lain  pihak,  Republika  juga
mendesak pemerintah untuk segera menerbitkan surat keputusan bersama SKB Ahmadiyah. Republika dalam hal ini menghormati  kebebasan bagi setiap umat
untuk  hidup  dalam  agama  dan  kepercayaan  masing-masing,  tetapi  tidak diartikan  bahwa  kebebasan  tersebut  dengan  melakukan  tindakan  penistaan
terhadap agama lain.
Tabel 15 Republika : Rabu, 4 Juni 2008
“Akar Masalahnya Ahmadiyah” Problem Identification
Define Problem
Persoalan Ahmadiyah
Causal Interpretation Diagnoses Cause
Ketidaktegasan pemerintah
terhadap Ahmadiyah
Moral Evaluation Make Moral Judgement
Masalah  Ahmadiyah  bukan  soal  kebebasan beragama  dan  berkeyakinan,  tapi  penodaan
agama Islam
Treatment Recommendation
Suggest Remedis
Bersikap tenang dan meredam emosi
96
Ibid, alinea 9. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.
Republik a pada edisi Rabu, 4 Juni 2008 masih menjadikan insiden Monas
sebagai  bahasan  utama  dengan  mengangkat  judul  “Akar  Masalahnya Ahmadiyah”.  Pada  edisi  ini,  secara  tegas  Republika  mendefiniskan  masalah
terhadap  persoalan  Ahmadiyah.  Republika  menilai  persoalan  Ahmadiyah  yang tak  kunjung  diselesaikan  dan  pada  akhirnya  memicu  konflik  antarumat
beragama.  Pernyataan  Ketua  DPR  Agung  Laksono,  seperti  yang  dikutip  oleh Republika
menyatakan  bahwa  kerusuhan  yang  terjadi  di  Monas  harus diselesaikan secara hukum dan aparat diminta untuk bersikap adil. Di lain pihak
ia juga menyatakan bahwa penyebab utama terjadinya kerusuhan tersebut adalah permasalahan Ahmadiyah yang harus diselesaikan secepatnya.
“Para  pelaku  kerusuhan  Monas  harus  dihukum,  tapi  masyarakat jangan  melupakan  akar  masalah,  yakni  Ahmadiyah  yang  hingga  kini
belum  dibubarkan.  “Ini  penyebab  utamanya  menyangkut  Ahmadiyah. Harus  segera  diselesaikan  Ahmadiyahnya,  sementara  pelaku  kriminal
diproses secara hukum,” kata Agung, Selasa 36.”
97
Republika melalui  kutipan  pernyataan  salah  satu  narasumbernya  menilai
bahwa  penyebab  tidak  terselesaikan  masalah  Ahmadiyah,  dikarenakan  sikap ketidaktegasan  pemerintah  dalam  menangani  permasalahan  tersebut  terutama
tak kunjung keluarnya surat keputusan bersama SKB Ahmadiyah. “Akar  masalah  insiden  Monas,  diakui  Ketua  FPDIP,  Tjahjo
Kumolo,  adalah  ketidaktegasan  pemerintah  menyikapi  keberadaan Ahmadiyah.  Pembiaran  Ahmadiyah  memicu  keresahan  karena  surat
keputusan bersama SKB soal Ahmadiyah terus diulur-ulur.”
98
“Sayangnya,  komitmen  itu  tak  pernah  muncul.  Harusnya pemerintah tegas dan tidak ragu-ragu, katanya.”
99
97
“Akar Masalahnya Ahmadiyah”, Republika, 4 Juni 2008, h. 1, alinea 2. Lebih jelas lihat di lampiran.
98
Ibid, alinea 4. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.
99
Ibid, alinea 5. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.
“Hasyim  menyesalkan  sikap  pemerintah  yang  tak  tegas  terhadap Ahmadiyah.  “Pemerintah  lebih  banyak  berwacana  daripada  melakukan
tindakan preventif dan represif”.”
100
Republika kembali  menegaskan  bahwa  persoalan  Ahmadiyah  bukan  masalah
kebebasan  beragama  dan  berkeyakinan,  melainkan  penodaan  terhadap  agama tertentu, dalam hal ini Islam.
“Sebenarnya masalah Ahmadiyah bukan soal kebebasan beragama dan berkeyakinan, tapi penodaan agama tertentu, dalam hal ini Islam.”
101
Republika menghendaki  agar  semua  pihak bersikap  tenang  dan  meredam
emosi.  Tidak  terpancing  oleh  isu-isu  seperti  tuntutan  dari  gerakan  GP  Ansor untuk membubarkan FPI secara paksa yang dapat membuat memanasnya situasi.
“Menyikapi memanasnya situasi, pemimpin pondok pesantren Al- Mizan, Jatiwangi, Majalengka, Maman Imanulhaq Faqieh, meminta semua
pihak  meredam  emosi.  Menurut  Maman  yang  menjadi  salah  satu  korban kasus  Monas,  pesantren  mengajarkan  damai  dan  menghargai  rasionalitas
serta perbedaan.”
102
“Kami  akan  meredam  massa  di  bawah,  kata  Maman.  Kekerasan, tegasnya harus dihentikan kepada siapa pun dan atas nama siapa saja.”
103
100
Ibid, alinea 8. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.
101
Ibid, alinea 7. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.
102
Ibid, alinea 13. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.
103
Ibid, alinea 14. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.
Tabel 16 Republika : Kamis, 5 Juni 2008
“Umat Islam Diminta Bersatu” Problem Identification
Define Problem
Ajang adu domba sesama penganut Islam
Causal Interpretation Diagnoses Cause
Persoalan Ahmadiyah
Moral Evaluation Make Moral Judgement
GP Ansor  FPI sama-sama penganut Islam
Treatment Recommendation
Suggest Remedis
Umat  diminta  bersatu  dan  desakan  penerbitan Surat Keputusan Bersama SKB
Republika pada edisi Kamis, 5 Juni 2008 masih menjadikan insiden Monas
sebagai  bahasan  utama,  yaitu  dengan  mengangkat  judul  “Umat  Islam  Diminta Bersatu”.  Republika  sebagaimana  yang  tertulis  pada  bagian  lead  menjelaskan
bahwa situasi saat ini dinilai menjadi ajang adu domba sesama penganut Islam. “JAKARTA  –  Umat  Islam  diminta  waspada  terkait  situasi
pascakerusuhan  di  Monas,  Ahad  16  lalu.  Situasi  saat  ini  dinilai  sudah begeser menjadi ajang adu domba sesama penganut Islam.”
104
“Anggota  Forum  Peduli  Umat  dan  Bangsa  FPUB,  Ferry  Nur, berharap  umat  cerdas  agar  tidak  mudah  tersulut  provokasi  yang
merugikan...”
105
Republika kembali  menegaskan  bahwa  persoalan  utama  terjadinya
bentrokan  adalah  persoalan  Ahmadiyah  yang  belum  juga  terselesaikan. Beberapa pihak  merasa  kecewa  dengan  sikap  pemerintah  yang  tidak  tegas  dan
terkesan  adanya  perbedaan  perlakuan  Presiden  Susilo  Bambang  Yudhoyono dalam kasus Monas dan Ahmadiyah.
104
“Umat Islam Diminta Bersatu”, Republika, 5 Juni 2008, h. 1, alinea 1. Lebih jelas lihat di lampiran.
105
Ibid, alinea 2. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
“Koordinator  FPUB,  KH  Fikri  Bareno,  merasa  heran  perbedaan perlakuan  Presiden  Susilo  Bambang  Yudhoyono  dalam  kasus  Monas.
“Saya  bangga  setelah  insiden  Monas,  Presiden  berpidato  dengan  gagah, menyesalkan  kejadian  itu.  Tapi, mengapa  Presiden  tak  berpidato  segagah
dan setegas itu dalam hal pembubaran Ahmadiyah?”.”
106
Republika kembali  menuliskan  pernyataan  KH.  Hasyim  Muzadi  yang
menyatakan  bahwa  Ahmadiyah  merupakan  aliran  sesat  dan  menyimpang  dari ajaran Islam, seperti yang ia nyatakan pada edisi Rabu, 4 Juni 2008.
“Sebenarnya masalah Ahmadiyah bukan soal kebebasan beragama dan berkeyakinan, tapi penodaan agama tertentu, dalam hal ini Islam.”
Pada  edisi  Kamis,  5  Juni  2008  ini,  Republika  seakan  mempertegas  kembali penyataan
Hasyim Muzadi
dengan menyatakan
bahwa Ahmadiyah
menyimpang. “Hasyim  juga  tidak  menampik  bahwa  Ahmadiyah  merupakan
aliran sesat  yang menyimpang dari Islam. “Yang penting itu caranya. Dia Ahmadiyah  kan  masih  nongkrong  di  kaum  Muslimin.  Tentu  harus
dihadapi dengan dakwah. Karena keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan kekerasan,” katanya.”
107
Agar  pergesaran  isu  menjadi  ajang  adu  domba  tidak  semakin  memanas, Republika
,  melalui  pernyataan  beberapa  narasumbernya  meminta  agar  umat bersatu,  menjaga  ukhuwah  dan  merapatkan  barisan.  Umat  diminta  untuk  tidak
mudah terprovokasi yang pada akhirnya akan merugikan banyak pihak. “...siapa  yang  untung  dari  pertikaian  antara  Ansor  dan  Front
Pembela  Islam  FPI.  Ansor  penganut  Islam,  FPI  juga  Islam.  Mereka jangan mau di adu domba oleh pihak lain, kata Fery, Rabu 46.”
108
“Daripada  saling  serang,  Sekjen  Komite  Indonesia  untuk Solidaritas  Palestina  KISPA  ini  mengimbau  umat  bersatu  dan  menjaga
ukhuwah.“FPUB menyeru umat merapatkan barisan”.”
109
106
Ibid, alinea 4. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
107
Ibid, alinea 6. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
108
Ibid, alinea 2. baris 5. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
109
Ibid, alinea 3. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
Republika juga  meminta  kepada  pemerintah  agar  bersikap  tegas  dengan
segera  menerbitkan  surat  keputusan  bersama  SKB.  Namun,  menanggapi penerbitan  SKB  tersebut,  juru  bicara  kepresidenan,  Andi  Mallarangeng
menjelaskan bahwa penerbitan SKB masih dalam proses dan merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan karena menyangkut masalah sensitif.
“Juru  bicara  Presiden,  Andi  Mallarangeng,  menjelaskan,  SKB Ahmadiyah masih dalam proses. “Ini menyangkut masalah sensitif”.”
110
Republika menjelaskan  pada  bagian  akhir  tulisan  pada  edisi  ini,  kutipan
pernyataan  juru  bicara  Depdagri,  Saut  Situmorang  yang  menegaskan  bahwa Mendagri  telah  mengirimkan  surat  teguran  ke  FPI  dan  AKKBB.  FPI  ditegur
karena  penyerangannya  mengganggu  ketertiban  umum,  sedangkan  AKKBB ditegur karena apel akbar yang dilakukannya memicu penyerangan. Tidak hanya
itu,  Republika  dalam  tulisannya  seolah  menolak  penetapan  tersangka  kepada pimpinan  FPI,  Habib  Rizieq  Shihab  oleh  polisi.  Hal  tersebut  dapat  dilihat
melalui  kutipan  pernyataan  pengacara  FPI,  Mahendradatta  yang  menyatakan bahwa  status  tersangka  itu  belum  sah  dikarenakan  berita  acara  pemeriksaaan
BAP  belum  selesai.  Republika  juga  mengklarifikasi  tudingan  yang disampaikan oleh berbagai pihak yang menyatakan bahwa Munarman, Panglima
Komando  Laskar  Islam,  pergi  melarikan  diri.  Seperti  yang  terlihat  melalui penulisan kutipan pernyataan Munarman, bahwa :
“Saya belum  datang  ke  Polda  agar  hukum  berjalan  lebih adil  dan seimbang.”
111
110
Ibid, alinea 10. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
111
Ibid, alinea 15. “Umat Islam Diminta Bersatu”.
Tabel 17 Republika : Jumat, 6 Juni 2008
“14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi” Problem Identification
Define Problem
Persoalan Ahmadiyah
Causal Interpretation Diagnoses Cause
Pemerintah  lamban  mengambil  keputusan tentang Ahmadiyah
Moral Evaluation Make Moral Judgement
Pro-kontra  Ahmadiyah  adalah  rekayasa  politik pemerintah
Treatment Recommendation
Suggest Remedis
Pemerintah bersikap adil dan tidak diskriminatif
Republika pada  edisi  Jumat,  6  Juni  2008,  menjadikan  insiden  Monas
sebagai  bahasan  utama  dengan  mengangkat  judul  “14  OKP  :  Jangan  Ada Diskriminasi”.  Pada  pemberitaannya  Republika  memuat  pernyataan  14
Organisasi  Kemasyarakatan  dan  Pemuda  OKP  yang  tergabung  dalam  Forum Pemuda Mahasiswa  Islam  FPMI.  Dalam  pemberitaan  ini,  Republika  lagi-lagi
mengidentifikasikan  permasalahan  Ahmadiyah  sebagai  pemicu  terjadinya insiden  Monas.  Dalam  pemberitaannya,  Republika  memposisikan  pemerintah
sebagai  aktor  yang  harus  bertanggung  jawab  atas  terjadinya  insiden  tersebut. Pemerintah  dinilai  lamban  dalam  menanggapi  persoalan  Ahmadiyah,  terutama
dalam  penerbitan  surat  keputusan  bersama  SKB  tentang  Ahmadiyah.  Banyak pihak  yang  menilai  jika  pemerintah  bertindak  tegas  terhadap  permasalahan
Ahmadiyah  dan  segera  menerbitkan  SKB,  insiden  Monas  tidak  akan  mungkin terjadi.
“FPMI menganggap
ketidaktegasan pemerintah
terhadap Ahmadiyah  merupakan  pemicu  bentrokan.  “Kalau  pemerintah  cepat
mengambil  keputusan  soal  Ahmadiyah,  insiden  tak  akan  terjadi,”  imbuh Syahrul.”
112
Republika juga  mempertanyakan  tanggung  jawab  pemerintah  terhadap
permasalahan  Ahmadiyah.  Seperti  yang  dikutip  dari  wawancara  dengan  KH Didin Hafidhuddin, sebagai berikut :
“Kelambanan  pemerintah  membubarkan  Ahmadiyah  justru menjadi  pangkal  masalah.  “Pemerintah  berkali-kali  janji  soal
Ahmadiyah. Pemimpin
yang memberi
pernyataan dan
tak mewujudkannya, bagaimana bisa dipercaya?”.”
113
Kutipan  tersebut  menggambarkan  bahwa  pemerintahan  saat  ini  tidak  dapat dipercaya, karena berulang kali janji menyelesaikan persoalan ahmadiyah, tetapi
tidak pernah diwujudkan secara nyata. Republika
melalui pernyataan  Amien  Rais  menyatakan  bahwa  pro-kontra Ahmadiyah  sebagai  pemicu  insiden  Monas  merupakan  rekayasa  politik  yang
dilakukan oleh pemerintah untuk mengalihkan perhatian masyarakat. “Di  Yogyakarta,  mantan  ketua  MPR,  Amien  Rais,  meminta
masyarakat  menahan  diri.  Akar  kerusuhan  Monas,  yaitu  pro-kontra Ahmadiyah adalah rekayasa politik. “Rezim  yang gagal menyejahterakan
rakyat,  menambah  pengangguran  dan  kemiskinan, pasti akan  mencari  isu untuk mengalihkan perhatian rakyat”.”
114
Pemerintah  lagi-lagi  dituduh  oleh  Republika  sebagai  pihak  yang  bertanggung jawab  atas  terjadinya  insiden  Monas.  Terlepas  dari  beberapa  pernyataan  yang
Republika kutip, dalam pemberitaan ini Republika meminta kepada pemerintah
untuk mencermati akar permasalahan pemicu bentrokan dan pemerintah diminta untuk bersikap adil dan tidak diskriminatif dalam penyelesaian insiden Monas.
112
“14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi”, Republika, 6 Juni 2008, h. 1, alinea 4. Lebih jelas lihat di lampiran.
113
Ibid, alinea 8. “14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi”.
114
Ibid, alinea 10. “14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi”.
Tabel 18 Republika : Sabtu, 7 Juni 2008
“Ustadz Jeffry : SBY Harus Adil” Problem Identification
Define Problem
Penegakan  hukum  pembubaran  Ahmadiyah Indonesia
Causal Interpretation Diagnoses Cause
Lambatnya penerbitan SKB Ahmadiyah
Moral Evaluation Make Moral Judgement
Pasal 2 UU PNPS No 11965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan danatau Penodaan Agama
Treatment Recommendation
Suggest Remedis
a. Segera  menerbitkan  SKB  dan  bubarkan
Ahmadiyah b.
Umat Islam bersatu, pemerintah bersikap adil
Republika pada  edisi  Sabtu,  7  Juni  2008,  yang  mana  merupakan  edisi
terakhir harian ini menjadikan insiden Monas sebagai bahasan utama. Pada edisi ini  Republika  mengangkat  judul  “Ustadz  Jeffry  :  SBY  Harus  Adil”.  Republika
mengidentifikasikan  penegakan  hukum  pembubaran  Ahmadiyah  Indonesia. Karena  dalam  bahasan  utama  sebelumnya,  Republika menilai  pemerintah  telah
gagal  mencermati  akar  permasalahan  insiden  Monas  dan  bertindak  tegas terhadap  persoalan  Ahmadiyah.  Republika  secara  tegas  mengidentifikasikan
penegakan hukum terhadap pembubaran Ahmadiyah Indonesia. Penerbitan  SKB  Ahmadiyah  bagi  Republika  sangatlah  mendesak.
Menanggapi perkembangan penerbitan SKB tersebut, Jaksa Agung, Hendarman Supandji  mengungkapkan  bahwa  SKB  Ahmadiyah  tidak  dapat  membubarkan
Jemaat  Ahmadiyah  Indonesia  JAI.  Dikarenakan  tidak  adanya  instruksi pembubaran,  sesuai  Pasal  2  UU  PNPS  No.  11965  tentang  Pencegahan
Penyalahgunaan danatau Penodaan Agama.
Ustadz  Jeffry  Al  Buchori  dalam  menanggapi  insiden  Monas,  meminta umat Islam memperkuat persatuan dan jangan mau diadu domba. Kepada umat
non-Islam,  Uje  meminta  kepada  mereka  untuk  bersikap  bijaksana  dan memberikan  kesempatan  kepada  umat  Islam  sendiri  yang  menyelesaikan
permasalahan  tersebut.  Untuk  pemerintah  sendiri,  Uje  meminta  pemerintah bersikap adil.
“Dengan kejadian itu, umat Islam harus memperkuat persatuan dan jangan  mau  diadu  domba.  Kepada  masyarakat  non-Islam,  ustadz  Jeffry
juga  mengimbau  agar  bersikap  bijaksana.  “Biarkan  kami  menyelesaikan urusan agama kami,” tegasnya.”
115
Selain  meminta  agar  umat  Islam  tetap  bersatu,  Republika  juga  meminta penerbitan  segera  SKB  dan  membubarkan  Ahmadiyah  secepatnya.  Karena,
keberadaan  Ahmadiyah  dan  terlambatnya  penerbitan  SKB  merupakan  akar masalah terjadinya insiden Monas.
B. Temuan dan Analisis Perangkat Framing Robert N. Entman