Online Public Access Catalogue OPAC Metadata

28

2.4.2 Pengatalogan

Kegiatan pengatalogan merupakan rangkaian pekerjaan untuk mempersiapkan bahan perpustakaan agar mudah diperoleh dan diketahui informasi yang terdapat di dalamnya berdasarkan judul, pengarang, subjek, penerbit, tahun terbit, dan nomor DDC Dewey Decimal Classification. Menurut Siregar 2008 pengatalogan cataloguing adalah: Semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan cantuman records bibliografis untuk pembuatan katalog yang digunakan sebagai sarana untuk mengakses koleksi perpustakaan. Sub-sistem pengatalogan biasanya memelihara satu buah file untuk seluruh jenis bahan pustaka. Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pengatalogan merupakan rangkaian pekerjaan untuk membuat katalog perpustakaan agar dapat mudah untuk ditemukembalikan. Katalog adalah keterangan singkat atau wakil dari suatu dokumen. Katalog perpustakaan elektronik adalah jantung dari sebuah sistem perpustakaan yang terautomasi. Sub sistem lain seperti OPAC dan sirkulasi berinteraksi dengannya dalam menyediakan layanan automasi. Sebuah sistem katalog yang dirancang dengan baik merupakan faktor kunci keberhasilan penerapan sistem automasi perpustakaan.

2.4.3 Online Public Access Catalogue OPAC

Menurut Siregar 2008 katalog talian atau OPAC adalah: penyediaan fasilitas akses koleksi perpustakaan melalui terminal komputer untuk digunakan oleh pengguna perpustakaan. Pengguna menelusur koleksi perpustakaan melalui suatu antarmuka interface. Hingga saat ini antarmuka OPAC kebanyakan berbasis huruf dan menggunakan perintah singkat biasanya satu huruf untuk mengakses cantuman katalog. Dalam sistem terintegrasi integrated library system, pengguna OPAC dapat pula memeriksa status bahan pustaka, dan melakukan reservasi untuk 29 memberitahu petugas sirkulasi sewaktu bahan yang dipesan dikembalikan. Dewasa ini, melalui antarmuka OPAC, pengguna juga dapat mengakses informasi lain termasuk database bibliografis tentang artikel dan dokumen teks penuh. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan secara sederhana bahwa OPAC dapat membantu pengguna untuk menemukan koleksi yang diinginkan dengan cepat dan tepat melalui suatu antarmuka interface, dan juga dapat melihat status bahan pustaka sedang dipinjam atau tersedia.

2.4.4 Metadata

Kerjasama antar perpustakaan secara elektronik telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan didasari adanya kebutuhan untuk menggunakan sumber daya bersama. Penggabungan data katalog koleksi adalah suatu hal yang sudah biasa terjadi dalam perpustakaan, kerjasama dapat dilakukan jika masing-masing perpustakaan itu memiliki kesamaan dalam format penulisan data katalog. Persoalan yang sering dihadapi dalam kerja sama tukar-menukar atau penggabungan data adalah banyaknya data yang ditulis dengan tidak memperhatikan standar yang ada. Perpustakaan sudah lama menciptakan metadata dalam bentuk pengkatalogan koleksi. Menurut Arif 2003 metadata adalah “sebagai bentuk pengindentifikasian, penjelasan suatu data, atau diartikan sebagai struktur dari sebuah data”. Sedangkan ALA berbunyi sebagai berikut: “Metadata are structured, encoded data that describe characteristics of information bearing entitites to aid in the identification, discovery, assessment and management of the described entities .” 30 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metadata adalah data terstruktur untuk datainformasi. Data dikodekan yang menggambarkan karakteristik informasi untuk membantu dalam identifikasi, penemuan, penilaian dan pengelolaan informasi. Metadata yang biasa digunakan di perpustakaan yaitu: 1. MARC INDOMARC Machine Readable Cataloging MARC merupakan salah satu hasil dan juga sekaligus salah satu syarat penulisan catalog koleksi perpustakaan. Standar metadata catalog perpustakaan ini dikembangkan pertama kali oleh Library of Congress LC, format LC MARC ternyata sangat besar manfaatnya bagi penyebaran data katalogisasi bahan pustaka ke berbagai perpustakaan di Amerika Serikat. Keberhasilan ini membuat Negara lain turut mengembangkan format MARC sejenis bagi kepentingan nasionalnya masing-masing. Format INDOMARC merupakan implementasi dari International Standard Organization ISO Format 2719 untuk Indonesia, sebuah format untuk tukar menukar informasi bibliografi melalui format digital atau media yang terbacakan mesin machine readable lainnya. Informasi bibliografi biasanya mencakup pengarang, judul, subjek, catatan, data penerbitan dan deskripsi fisik. Indomarc menguraikan format cantuman bibliografi yang sangat lengkap terdiri dari 700 elemen pengetahuan, seperti monograf BK, manuskrip AM, dan terbitan berseri SE termasuk; buku pamflet, lembar tercetak, atlas, skripsi, tesis, dan disertasi baik diterbitkan ataupun tidak, dan jurnal buku langka. 2. Dublin Core Dublin Core merupakan salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery . Gagasan membuat standar baru agaknya dipengaruhi oleh rasa kurang puas dengan standar MARC yang dianggap terlalu banyak unsurnya dan beberapa istilah yang hanya dimengerti oleh pustakawan serta kurang bias digunakan untuk sumber informasi dalam world wide web. Element Dublin Core dan MARC intinya bias saling dikonversi. Metadata Dublin Core memiliki beberapa kekhususan sebagai berikut: a. Memiliki deskripsi yang sangat sederhana b. Semantic atau arti kata yang mudah dikenali secara umum c. Expandable memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut 31 Dublin Core terdiri dari 15 unsur yaitu : 1. Title : judul dari sumber informasi 2. Creator : pencipta sumber informasi 3. Subject : pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor klasifikasi 4. Description : keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian 5. Publisher : orang atau badan yang mempublikasikan sumber informasi 6. Contributor : orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi 7. Date : tanggal penciptaan sumber informasi 8. Type : jenis sumber informasi, nover, laporan, peta dan sebagainya 9. Format : bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber informasi 10. Identifier : nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasian sumber informasi. Contoh URL, alamat situs 11. Source : rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi 12. Language : bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi 13. Relation : hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya. 14. Coverage : cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu 15. Rights : pemilik hak cipta sumber informasi Arif, 2003 Untuk mencakup unsur-unsur katalog, MARC menggunakan tenggara berupa nomor yang terdiri dari dua jenis, yaitu dapat diulang dan tidak dapat di ulang penulisannya. Berikut adalah perbandingan antara tengara MARC dengan unsur Dublin Core. 32 Tabel-2. Perbandingan Metadata MARC dan DC Tengara MARC Unsur DC Keterangan 100, 110, 111, 710, 711, 720 Contributor Pada MARC disebut sebagai penanggung jawab perorangan, korporasi, konferensi. 651, 662, 751, 752 Coverage Nama geografis, nama tempat hirarki dimasukan dalam cakupan pada unsur DC. Creator Ketika terjadi pengubahan dari MARC ke DC, unsur Creator tidak digunakan. 00807-10, 260cg Date 500-599, kecuali 506, 530, 540, 546 Description Kecuali catatan pembatasan akses, keterangan fisik, catatan bahasa 340, 856q Format Media fisik dan lokasi digital 020a, 022a, 024a, 856u Identifier Catatan identifier berupa ISBN, URLURI dan identifier lain. 00835-37, 041abdefghj, 546 Language 260ab Publisher Tempat dan nama penerbit. 530, 760-787ot Relation Hubungan dengan bentuk lain. 506, 540 Rights 534t, 786ot Source 050, 060, 080, 082, 600, 610, 611, 630, 650, 653 Subject 45, 246 Title Setiap tengara diulang pada dc:title. Beberapa aplikasi mungkin akan memasukan 210, 222, 240, 242, 243, dan 247 kedalam dc:title. Leader06, Leader07, 655 Type Prasetya, 2010 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metadata yang biasa digunakan di perpustakaan adalah MARC dan Dublin Core. Perbedaannya adalah Dublin Core memiliki 15 unsur yang jauh lebih sedikit dari tengara MARC yang terdiri dari 700 elemen pengetahuan dan istilah-istilah pada Format MARC hanya 33 dapat dipahami oleh profesional informasi, sedangkan istilah-istilah pada Dublin Core lebih mudah dipahami walaupun bagi orang awam. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam tujuan penciptaan MARC ataupun DC. Perangkat lunak aplikasi Senayan Library Management System SLiMS 5.0 Meranti yang digunakan oleh Perpustakaan STMIK TIME memiliki fitur MARC Import. Nugraha 2010 dalam Buku Dokumentasi SLiMS menjelaskan bahwa “saat ini SLiMS 5.0 Meranti memiliki fitur MARC Import yang digunakan untuk mengimport data MARC baik itu berekstensi .mrc ataupun .xml.” Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat lunak aplikasi Senayan Library Management System SLiMS 5.0 Meranti sebagai salah satu contoh sistem perpustakaan automasi masih menggunakan skema metadata Format MARC sedangkan skema Dublin Core digunakan untuk sistem perpustakaan digital. 34 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum