BAB V KONTEKSTUALISASI HADIS-HADIS KORUPSI
A. Kontekstualisasi Hadis Korupsi
Sebagaimana pada bab yang lalu disebutkan bahwa korupsi ada, disinyalir adalah sejak adanya kekuasaan yang dimiliki manusia. Kekusasaan yang berupa
kemampuan untuk melakukan kecurangan, dimana Jeremy Pope mengungkapkan bahwa korupsi dapat terjadi bila ada peluang kemampuan dan keinginan yang
datang secara bersamaan
1
. Sehingga kemudian, walaupun istilah korupsi relative baru di pendengaran rakyat Indonesia, namun indakannya telah lama ada dalam
budaya manusia, tidak terkecuali Indonesia. Pandangan diatas pun berlaku bagi hadis-hadis korupsi yang disampaikan
oleh Nabi lewat periwayatannya oleh para ahli hadis. Di mana tindakan korupsi telah tergambar pada era Nabi dengan cukup bevariasi dengan berbagai istilah dan
tindakannya. Namun demikian ada beberapa diantaranya yang tidak lagi di alami umat Islam masa kini seperti adanya ghanimah dan jihad dalam bentuk perang
atau kontak fisik pada masa nabi karena tiadanya perang sebagaimana zaman nabi. Disini kemudian perlu adanya kontekstualisasi sebagai bentuk reinterpretasi
terhadap hadis-hadis tersebut agar tetap menjadi norma dalam kehidupan, selain memang terjadi adanya perubahan waktu, tempat dan budaya antara zaman Nabi
dan saat ini. Selain itu, tindakan korupsi yang menjadi extra ordinary crime bukan
hanya berarti sebuah kejahatan besar dan berbahaya dalam tindakannya, namun
1
Lihat ikhtisar dalam Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007 hal. XXV
79
juga mnejadi extra ordinary dalam penyebarannya karena telah menjadi bagian yang hamper selalu ada dalam tiap kedudukan dan kewenangan. Sehingga dalam
hal ini Jeremy Pope menganggap perlu adanya sebuah koalisi besar bagi semua negara bahwa dalam proses bernegara dan pembersihan korupsi dimana peran
masyarakat sipil sangatlah penting. Pemerintah saja, sendiri, tidak akan mampu melaksanakan tugas ini – disamping seringkali yang menjadi subjek dari korupsi
adalah pemerintah sendiri- , pemerintah perlu dan harus mencar dukungan dan perantara aktif dan independen dari masyarakat sipil.
2
Disini kemudian, hadis sebagai sumber kedua dalam kehidupan umat Islam setelah al-quran diyakini mampu memberikan tuntunan dan solusi terhadap
permasalah korupsi. Nabi sendiri, sebagaimana dalam banyak riwayat yang disebut dalam bab sebelumnya tergambar jelas perjuangannya dalam pembersihan
kehidupan masyarakat kala itu agar terbebas dari korupsi. Jika terjadi tindakan tersebut, maka beliau bertindak tegas kepada pelakunya bahkan tidak segan untuk
tidak menshalati jenazahnya, mengecam pelakunya dengan laknat, dan tentu menetapkan bahwa pelakunya tidak akan masuk surga. Bahkan dalam sebuah
riwayat nabi tidak segan menyatakan bahwa andaikata Fatimah anak beliau mencuri, maka nabi sendirilah yang akan memotong tangannya.
3
Ketegasan beliau tidak lantas hilang begitu saja setelah meninggalnya nabi Muhammad, akan tetapi ummatnyalah yang harus menjaga tradisi itu agar tetap
2
Ikhtisar Jeremy Pope, Strategi Pemberantasan Korupsi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2007 hal XXIII
3
Hadis ini diriwayatkan oleh Aisyah istri Nabi sebagai berikut; , lihat al-Bukhari, Sahih, bab Hadis al-Ghar, Riyadh: Bait al-Afkar al-Dauliyah, 1998 hadis no.
3216 hal 294
berjalan sebagai bentuk tanggung jawab keberagamaan untuk menerapkan nilai- nilai agama tersebut pada setiap zamannya. Berbagai jenis tindakan korupsi
hingga saat ini memang sangat bervariasi, sehingga kadang definisi korupsi sendiri menjadi rumit dipahami. Inilah yang menjadi tantangan tersendiri untuk
kemudian berbagai hadis korupsi pun menjadi varian yang sebenarnya memiliki nilai dan spirit yang sama dalam konteks saat ini. Hal ini pun dirasakan oleh
Alatas
4
dengan komentarnya seperti berikut:
“ Seperti halnya semua gejala sosial yang rumit, korupsi tidak dapat dirumuskan dalam satu kalimat saja. Yang mungin ialah membuat gambaran yang
masuk akal mengenai gejala tersebut agar kita dapat memisahkannya dari gejala lain yang bukan korupsi”
Sehingga, pembahasan tentang beberapa istilah korupsi menjadi penting agar dapat menunjukan gejala-gejalanya. Yang kemudian dalam wacana
kontekstualisasi hadis, memberikan sebuah legitimasi dalam bentuk spirit terhadap legal spesific yang sama tentang pelarangan tindak pidana korupsi yang
terjadi saat ini, sebagaimana berikut:
B. Corrupt Campaign Practice