Karakteristik Siswa Akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan

C. Hasil Analisis Bivariat

Tabel 5.9 Hubungan Tingkat Stres Dengan Strategi Koping Hasil analisis bivariat pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 17 orang 48,6 yang mengalami tingkat stres rendah, 9 orang menggunakan strategi koping maladaptif 25,7 dan 8 orang 22,9 menggunakan strategi koping adaptif. Diantara 18 orang 51,4 yang mengalami tingkat stres tinggi, 12 orang 34,3 menggunakan strategi koping adaptif dan 6 orang 17,1 menggunakan strategi koping maladaptif. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value = 0,241, artinya p value 0,05. Dengan demikian tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan strategi koping atau Ho diterima. Tingkat Stres Strategi Koping Total p value X 2 Adaptif Maladaptif n N N 0,241 Rendah 8 47,1 9 52,9 17 100 Tinggi 12 66,7 6 33,3 18 100 Total 20 57,1 15 42,9 35 100

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Karakteristik Siswa Akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang

Selatan a. Jenis Kelamin Menurut Tennant 2013 perbedaan jenis kelamin remaja berpengaruh pada tingkat stres, perempuan cenderung lebih rentan terkena stres daripada laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Higgins 2009 mengemukakan bahwa terdapat perbedaan penggunaan strategi koping antara laki-laki dan perempuan. Oleh sebab itu gambaran mengenai jenis kelamin siswa akselerasi perlu dilihat. Hasil perhitungan statistik mengenai gambaran jenis kelamin dari 35 orang siswa adalah 18 siswa 51,4 yang berjenis kelamin laki-laki dan 17 siswa 48,6 yang berjenis kelamin perempuan. Mayoritas siswa kelas akselerasi berjenis kelamin laki-laki, yaitu 18 siswa 51,4 dari 35 siswa yang menjadi responden. b. Usia Karakteristik responden berdasarkan usia dari 35 orang siswa yaitu 1 orang yang berusia 13 tahun 2,9 dan 14 tahun 2,9. Sebanyak 16 orang 45,7 berusia 15 tahun dan mayoritas siswa akselerasi berusia 16 tahun, yakni sebanyak 17 orang siswa 48,6. Distribusi frekuensi usia siswa akselerasi berkisar antara 13-16 tahun, artinya mereka berada pada masa remaja awal early adolescence dan mayoritas berada pada masa remaja pertengahan middle adolescence Wong, 2009. Masa remaja awal ditemukan sebagai periode sangat stres dibandingkan masa remaja pertengahan dan masa remaja akhir Krenke, 2009. Temuan penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa strategi koping yang digunakan bervariasi tergantung pada usia Gemmbeck, 2007 dalam Krenke 2009.

e. Gambaran Tingkat Stres Siswa-Siswi Akselerasi SMAN 2 Kota

Tangerang Selatan Distribusi frekuensi tingkat stres siswa-siswi akselerasi mayoritas tinggi 51,4 dibandingkan persentase tingkat stres rendah 48,6. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Prihatina dkk 2012 yang mengemukakan bahwa tingkat stres kelas akselerasi mayoritas berada pada kategori tinggi. Namun perbedaan antara tingkat stres tinggi dan rendah pada penelitian ini tidak terlalu signifikan. Hal ini mungkin terjadi karena perbedaan jumlah antara laki-laki dan perempuan juga tidak terlalu jauh, maka perbedaan tingkat stres pun tidak signifikan. Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Tennant 2013 bahwa perempuan cenderung terkena stres dibandingkan laki-laki, karena jumlah perempuan hanya berbeda satu orang dengan laki-laki, maka perbedaan tingkat stres tidak terlalu jauh pula.

f. Gambaran Strategi Koping yang Digunakan Siswa-Siswi Akselerasi

SMAN 2 Kota Tangerang Selatan Gambaran strategi koping yang digunakan siswa-siswi akselerasi mayoritas menggunakan strategi koping adaptif 57,1. Hal ini sesuai dengan penelitian Frydenberg 2000 dalam Krenke 2009 yang menemukan bahwa anak-anak berbakat cenderung lebih menggunakan strategi koping yang adaptif. Siswa akselerasi merupakan anak yang berbakat Somantri, 2007, oleh karena itu sebagian besar dari mereka lebih cenderung menggunakan strategi koping adaptif. Menurut penelitian Rifayanti 2006 menyebutkan bahwa jenis strategi koping yang digunakan siswa akselerasi sesuai dengan jenis stres yang dialami, dalam penelitiannya strategi koping adaptif digunakan ketika stresor yang dialami adalah masalah belajar. Kemungkinan lain siswa-siswi akselerasi memiliki rasa percaya diri tinggi sehingga mereka melihat suatu masalah sebagai sebuah tantangan yang bisa diselesaikan, kalimat ini didukung oleh penelitian hubungan antara optimisme dengan koping yang digunakan, hasilnya terdapat hubungan positif tinggi dan signifikan antara optimisme dan strategi koping yang digunakan. Artinya, semakin tinggi optimisme yang dimilki seseorang maka koping yang digunakan semakin baik atau adaptif Ningrum, 2011. Siswa-siswi akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan sudah dibekali penguasaan IPTEK yang oleh karenanya dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka. Hal ini terlihat dari visi misi yang dicapai, sehingga walaupun dihadapkan dengan stresor akademik, para siswa dapat mengatasi stresor tersebut dengan baik.

g. Gambaran Jenis Kelamin dengan Tingkat Stres pada Siswa-Siswi

Akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa siswa dengan jenis kelamin laki-laki lebih cenderung mengalami tingkat stres tinggi dibandingkan siswa perempuan, yaitu sebesar 55,6. Hasil tersebut tidak sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Tennant 2013 bahwa perempuan lebih mudah terkena stres dibandingkan laki-laki. Tetapi, temuan penelitian oleh Benenson 1990 dalam Krenke 2009 menyebutkan bahwa remaja perempuan cenderung mengalami stres tingkat tinggi ketika dihadapkan pada permasalahan hubungan interpersonal mereka dengan teman sebaya. Hasil penelitian ini menjadi berbeda dengan teori karena jenis stresor pada penelitian ini adalah akademik. Kemungkinan lainnya bahwa jenis kelamin perempuan dalam penelitian ini mengalami stres lebih rendah daripada laki-laki karena perempuan memilki kecerdasan emosional lebih baik. Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang baik cenderung bersikap tegas, memandang positif setiap peremasalahan dan dapat mengelola stres dengan baik Respati dkk, 2007.