Gambaran Karakteristik Siswa Akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang

h. Gambaran Usia dengan Tingkat Stres pada Siswa-Siswi Akselerasi

SMAN 2 Kota Tangerang Selatan Remaja awal 11-14 tahun dikatakan sebagai periode yang paling penuh stres dibandingkan dengan masa remaja pertengahan dan akhir Krenke, 2009. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini yang menyatakan rata-rata usia remaja menengah 15-17 tahun cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi. Walaupun demikian, dilaporkan pada penelitian lain bahwa tingkat stres yang relatif tinggi akan terus dialami pada masa remaja sampai usia 16 tahun, baru setelah melewati usia 16 tahun, stres mulai berkurang sedikit demi sedikit Li dkk, 2006.

i. Gambaran Jenis Kelamin dengan Strategi Koping yang Digunakan

Siswa-Siswi Akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan Banyak teori yang mengatakan bahwa perempuan cenderung menggunakan strategi koping maladaptif dalam menghadapi stresor dan laki-laki sebaliknya, lebih menggunakan strategi koping yang adaptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa perempuan cenderung menggunakan strategi koping yang adaptif, sebesar 82,4 . Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Li dkk 2006 bahwa perempuan lebih menggunakan strategi koping yang adaptif. Penelitian Krenke 2009 juga mendukung hasil penelitian ini bahwa remaja laki-laki cenderung menggunakan strategi koping maladaptif jika dihadapkan pada stresor akademik atau di sekolah.

j. Gambaran Usia dengan Strategi Koping yang Digunakan Siswa-Siswi

Akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa masa remaja awal lebih menggunakan koping maladaptif dibandingkan masa remaja pertengahan. Sesuai dengan penelitian Gembeck Locke dalam Krenke 2009, bahwa jika dihadapkan dengan stresor akademik, tahap perkembangan remaja pertengahan cenderung menggunakan strategi koping yang adaptif.

B. Analisis Bivariat 1. Hubungan antara Tingkat Stres dengan Strategi Koping yang

Digunakan Siswa-Siswi Akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat stres tinggi dengan strategi koping adaptif lebih banyak, yakni 66,7 . Uji statistik menunjukkan nilai p 0,05 p = 0,241 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan strategi koping. Artinya tingkat stres yang dialami tidak memiliki hubungan dengan jenis strategi koping yang dipakai. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Prihatina dkk 2012 bahwa memang tidak terdapat hubungan antarvariabel tersebut. Tidak adanya hubungan antara kedua variabel tersebut dikarenakan ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi penggunaan jenis strategi koping antara lain karakteristik personal, sumber daya yang tersedia, dan pola koping yang dipakai sebelumnya Christensen Kenney, 2009. Berbeda dengan hasil penelitian Martha 2012 yang meneliti hubungan antara tingkat stres dengan strategi koping pada mahasiswa kepaniteraan klinik kedokteran bahwa ada hubungan antara stres yang dirasakan dengan strategi koping yang digunakan. Kemungkinan perbedaan hasil ini dikarenakan jumlah sampel penelitian ini kurang besar, jadi kurang menggambarkan hasil yang sesungguhnya dari penelitian dan karakteristik sampel juga berbeda dari segi usia.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian, antara lain pada saat pengisian kuesioner ini dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sehingga siswa- siswi mengisi kuesioner dengan terburu-buru dan peneliti tidak mengawasi langsung pengisian kuesioner di salah satu kelas akselerasi.

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut : 1. Gambaran karakteristik siswa-siswi kelas akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan yang menjadi responden dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin adalah persentase laki-laki lebih banyak yaitu 51,4 dibandingkan persentase jumlah perempuan 48,6. 2. Gambaran karakteristik siswa-siswi akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan yang menjadi responden dalam penelitian ini berdasarkan usia yaitu siswa yang berusia 13 dan 14 tahun persentasenya paling kecil, yakni masing masing 2,9 dan untuk persentase terbesar adalah siswa yang berusia 16 tahun sebesar 48,6. 3. Gambaran distribusi frekuensi tingkat stres pada siswa-siswi akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan, yaitu siswa yang tingkat stresnya berada pada kategori tinggi lebih banyak, yakni 51,4 dibandingkan dengan persentase kategori rendah 48,6. 4. Gambaran distribusi frekuensi strategi koping siswa-siswi akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan untuk strategi koping adaptif lebih banyak sebesar 57,1 dibandingkan strategi maladaptif yaitu 42,9. 5. Gambaran jenis kelamin dengan tingkat stres menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat stres tinggi. 6. Siswa yang berusia pada masa remaja pertengahan sebagian besar mengalami tingkat stres tinggi yaitu 18 siswa dari 35 siswa yang ada. 7. Terdapat perbedaan proporsi antara siswa berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam penggunaan strategi koping, dimana laki-laki memiliki persentase terbesar 66,7 dibandingkan perempuan dalam penggunaan strategi koping maladaptif dan perempuan sebesar 82,4 dalam penggunaan strategi koping adaptif. 8. Usia 15 dan 16 tahun remaja pertengahan menggunaka strategi koping yang lebih adaptif dibandingkan dengan usia 13 dan 14 tahun remaja akhir 9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel tingkat stres dengan strategi koping yang digunakan siswa-siswi akselerasi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p 0.05 p = 0,241.

B. Saran

1. Bagi Sekolah Sekolah perlu mengadakan program untuk mengkaji stres siswa- siswi akselerasi dan mengarahkan mereka agar menggunakan strategi koping yang tepat dalam menghadapi situasi stres khususnya dalam proses belajar. 2. Bagi siswa Siswa perlu mempertahankan koping yang sudah tepat dan mengubah koping yang belum tepat ke koping yang tepat. 3. Bagi institusi keperawatan Perawat perlu meningkatkan peran sebagai counselor dan turut serta dalam bimbingan konseling yang ada di sekolah untuk mengkaji stres dan koping yang digunakan siswa-siswi akselerasi serta mengarahkan mereka jika koping yang digunakan belum tepat. 4. Bagi penelitian selanjutnya Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak jumlah responden, memakai kuesioner baku yang terstruktur dan menggunakan jenis penelitian kualitatif agar hasil penelitian lebih akurat dan mendalam.