Alat Pengumpul Data Lokasi Penelitian Analisis Data

Penataan Pertanahan Kasie PPP Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir. 2. 5 lima orang Lurah yaitu Bapak Kadir Munthe sebagai Lurah Kelurahan Balige I, Bapak Janter M Siagian sebagai Lurah Kelurahan Balige III, Bapak Togar Pardede sebagai Lurah dari Kelurahan Lumban Dolok Haumabange, Bapak Hulman Napitupulu sebagai Lurah Kelurahan Napitupulu Bagasan dan Bapak Maruasil Pardede sebagai Lurah Kelurahan Pardede Onan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara Non probability dengan menggunakan teknik Purposive sampling yaitu menentukan jumlah sample yang dipilih sebanyak 15 lima belas responden dengan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi yang dibutuhkan dalam menjawab permasalahan yang diteliti yaitu anggota masyarakat yang bidang tanahnya terdaftar dalam Inventarisasi dan Registrasi P4T di Kantor Pertanahan Toba Samosir. Sampel yang dipilih telah dianggap telah mewakili seluruh populasi.

6. Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, dipergunakan alat pengumpulan data sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari dokumen resmi berupa peraturan perundang-undangan dan dokumen resmi lain yang berlaku dan menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian. Universitas Sumatera Utara b. Wawancara Wawancara dilakukan pada beberapa nara sumber yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu Bapak Harlen Sihotang selaku Kepala Kantor Pertanahann Kabupaten Toba Samosir dan Bapak Halomoan Nainggolan sebagai Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan Kasie PPP Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir, Bapak Kadir Munthe, Bapak Janter M Siagian, Bapak Togar Pardede, Bapak Hulman Napitupulu Bapak Maruasil Pardede. c. Kuisioner Kuisioner yang dipergunakan adalah kuisioner yang bersifat kombinasi antara terbuka dan tertutup yang dilakukan terhadap 15 lima belas responden.

7. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir.

8. Analisis Data

Dari hasil pengumpulan data yang diperoleh melalui data primer dan data sekunder sesuai yang diharapkan, untuk menghasilkan data yang akurat, dilakukan pemeriksaan dan pengelompokan agar menghasilkan data yang sederhana yang bertujuan agar mudah dimengerti. Universitas Sumatera Utara Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan maupun data yang diperoleh di lapangan, selanjutnya akan dianalisa dengan pendekatan kualitatif, 46 sehingga akan diperoleh data yang bersifat deskriptif. Analisa kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya. Kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang diperoleh dengan studi kepustakaan, sehingga akan diperoleh jawaban permasalahan. Dalam menganalisis data yang diperoleh akan digunakan cara berpikir yang bersifat induktif yaitu data hasil penelitian dari hal yang sifatnya khusus kepada yang sifatnya umum. Dengan metode induktif diharapkan akan diperoleh jawaban permasalahan. Cara berpikir deduktif akan digunakan untuk menggambarkan ketentuan-ketentuan Inventarisasi dan Registrasi P4T yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang akan dijadikan sebagai acuan pelaksanaan di lapangan. 46 Pendekatan Kualitatif sebenarnya merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data bersifat deskriptif yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata, dipelajari secara utuh. Soerjono Soekanto, Op. Cit, halaman 32. Universitas Sumatera Utara

BAB II PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI

PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH P4T.

A. Dasar Hukum Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan,

Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah P4T. Landasan hukum dari pelaksanaan kegiatan Inventarisasi dan Registrasi P4T adalah berbagai peraturan yang berkaitan dengan upaya penataan P4T. Masalah pertanahan merupakan salah satu sektor pembangunan yang memerlukan penanganan yang sangat serius dan ekstra hati-hati dari pemerintah. Diperlukannya ekstra kehati- hatian ini karena tanah merupakan kebutuhan sangat vital bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang menggantungkan hidup pada tanah. Sebab posisi pemerintah dalam menangani permasalahan pertanahan dihadapkan pada masalah yang serba sulit. Pada sisi sebagai pemerintah, mempunyai kewajiban untuk melindungi, mengatur ketertiban dan kesejahteraan masyarakat dan pada sisi lain, tuntutan akselarasi pembangunan ekonomi yang harus dipacu yang pada akhirnya membutuhkan sebagai tempat pijakan segala aktivitas ekonomi tersebut. 47 Sejak bergulirnya Era Reformasi Tahun 1998 yang ditandai dengan tumbangnya rezim Orde Baru, segala pekerjaan rumah di segala bidang pembangunan termasuk bidang pertanahan perlu dilakukan penataan kembali. Terkait dengan adanya tuntutan reformasi di segala bidang pembangunan tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR Tahun 2001 mengeluarkan suatu Ketetapan Nomor 47 Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, halaman 84. Universitas Sumatera Utara IX MPR 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. Pasal 2, Pasal 4 dan Pasal 5 ayat 1 Tap. MPR tersebut bertujuan untuk mewujudkan konsepsi, kebijakan dan sistem pertanahan nasional yang utuh dan terpadu, sehingga pengelolaan pertanahan benar-benar dapat menjadi sumber bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dalam kerangka Negara Republik Indonesia. 48 Menindaklanjuti amanat Tap MPR No. IX MPR 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam tersebut, Presiden selaku pemegang mandataris MPR dan pelaksana utama bidang pembangunan termasuk di dalamnnya pembangunan bidang agraria, Tahun 2003 mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan. Pasal 1 Keppres No. 34 Tahun 2003 menentukan dalam rangka mewujudkan konsepsi kebijakan dan sistem pertanahan nasional yang utuh dan terpadu, serta pelaksanaan Tap MPR No. IX MPR 2001, BPN melakukan langkah-langkah percepatan : a. Penyusunan Rancangan Undang-undang Penyempurnaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria dan Rancangan Undang- undang tentang Hak Atas Tanah serta peraturan perundang-undangan lainnya di bidang pertanahan. b. Pembangunan sistem informasi dan manajemen pertanahan yang meliputi : a. Penyusunan basis data tanah-tanah aset negara pemerintah daerah di seluruh Indonesia. b. Penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam pelayanan pendaftaran tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan tanah, yang dihubungkan dengan e-government, e-commerce dan e-payment. c. Pemetaan kadastral dalam rangka inventarisasi dan registrasi penguasaan pemilikan penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan menggunakan 48 Ibid. Universitas Sumatera Utara teknologi citra satelit dan teknologi informasi untuk menunjang kebijakan pelaksanaan landreform dan pemberian hak atas tanah. d. Pembangunan dan pengembangan pengelolaan penggunaan dan pemanfaatan tanah melalui sistem informasi geografi dengan mengutamakan zona sawah berigasi dalam rangka memelihara ketahanan pangan nasional, pemetaan kadasteral dalam rangka inventarisasi dan registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan menggunakan teknologi citra satelit dan teknologi informasi untuk mununjang kebijakan pelaksanaan landreform dan pemberian hak atas tanah. BPN sebagai instusi atau lembaga pemerintah non departemen secara hukum bertanggung jawab dalam mengatur dan menata pertanahan di seluruh Indonesia. Pasal 2 ayat 2 Keppres No 34 Tahun 2003 memberikan kewenangan kepada BPN untuk : a. Pemberian izin lokasi 49 , b. Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk pembangunan 50 , 49 Ada 3 unsur dalam Pemberian Izin Lokasi, yaitu 1 Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku sebagai izin pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman modal. 2 Perusahaan adalah perseorangan atau badan hukum yang telah memperoleh izin untuk melakukan penanaman modal di Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku. 3 Penanaman Modal adalah usaha menanamkan modal yang menggunakan maupun tidak menggunakan fasilitas penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri. lihat Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasioanal no.110-2111, tanggal 28 Agustus 2003 yang ditujukan kepada seluruh Bupati Walikota di Indonesia. 50 Ada empat unsur dalam penyelenggaraan pengadaan tanah untuk pembangunan, : yaitu 1 Kepentingan umum adalah kepentinngan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, berfungsi melayani dan memenuhi kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. 2 Pengadaan tanah adalah kegiatan untuk memperoleh tanah baik dengan cara memberikan ganti kerugian maupun tanpa memberikan ganti kerugian penyerahan secara sukarela. Instansi Pemerintah adalah Lembaga Tinggi Negara, Kementerian Negara, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Pemerintah Daerah. 4 Pembangunan untuk kepentingan umum adalah keg iatan pembangunan yang dilakukan dan dimiliki oleh Pemerintah dan tidak digunakan untuk mencari keuntungan, antara lain dlam bidang : a jalan umum, saluran pembanguna air, b Waduk, bendungan, dan bangunan perairan lainnya termasuk saluran irigasi c rumah sakit umum dan pusat-pusat kesehatan masyarakat ; d pelabuhan atau bandara atau terminal ; f pendidikan atau sekolah ; g pasar umum atau pasar inpres ; h fasilitas pemakaman umum ; i fasilitas keselamatan umum seperti antara lain tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar dan lain-lain bencana ; j Pos dan telekomunikasi ; k sarana olah raga ; l stasiun Universitas Sumatera Utara c. Penyelesaian sengketa tanah garapan 51 , d. Penyelesaian ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan 52 , e. Penetapan Subjek dan objek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee 53 , f. Penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat 54 , g. Pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong 55 , penyiaran radio, televise serta sarana pendukungnya ; m kantor pemerintah ; n fasilitas Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum selain tersebut di atas, ditetapkan dengan Keputusan Presiden, Ibid. 51 Penyelesaian sengketa garapan ada 2 unsur, yaitu 1 tana32\h garapan adalah sebidang tanah yang sudah atau belum dilekati dengan sesuatu hak yang dikerjakan atau dimanfaatkan oleh pihak lain, baik dengan persetujuan atau tanpa persetujuan yang berhak dengan atau tanpa jangka waktu tertentu. 2 Sengketa tanah garapan adalah pertikaian ataupun perbedaan kepentingan dari dua pihak atau lebih atas tanah garapan. 52 Penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk kegiatan pembangunan adalah ganti kerugian yaitu atas penggantian nilai tanah berikut bangunan, tanaman dan atau benda- benda lain yang terkait dengan tanah akibat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, dalam bentuk uang, tanda pengganti, pemukiman kembali, gabungan dari dua atau lebih bentuk gabungan ganti kerugian tersebut atau bentuk lain. 53 Penetapan subjek dan objek redistribusi tanah serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee terdapat 6 unsur yakni 1 Tanah kelebihan maksimum adalah tanah pertanian yang melebihi keentuan batas maksimum sebagaimana yang ditentukan Pasal 1 Undang- undang Nomor 56 Prp Tahun 1960. 20 tanah absentee adlah tanah pertanian diaman pemiliknya berada di luar kecamatan letak tanahnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 PP No. 224 Tahun 1961. 3 Penetapan objek redistribusi tanah adalah penetapan tanah kelebihan tanah maksimum dan tanah absentee menjadi tanah objek Landreform sebagimana dimaksud dalam Pasal 1 PP No 224 Tahun 1961. 4 Penetapan subjek redistribusi tanah adalah penetapan orang yang mempunyai tanah pertanian yang terkena ketentuan kelebihan maksimum dan absentee . 5 Penetapan penerima redistibusi tanah adalah penetapan petani penerima tanah objek Landreform yang berasal dari tanah kelebihan maksimum dan absentee dan memenuhi syarat kertentu attentuan pasal 8 PP No. 224 tahun 1961. 6 Panitia pertimbangan Landreform adalah panitia yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan mengenai hal-hal yang berrkaitan dengan pelaksanaan Landreform. 54 Penetapan dan penyelesaian hak ulayat terdapat 3 unsur a hak ulayat dan yang serupa itu dari masyarakat hukum adat yaitu kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan para warganya untuk mengambil manfaat dari sumber alam termasuk tanah, dalam wilayah tersebut bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya yang timbul secra lahiriah dan batiniah dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan. b Tanah ulayat adalah bidang tanah yang di atasnya terdapat hak ulayat dari suatu masyarakat hukum adat tertentu. c Masyarakat hukum adata adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal atau atas dasar keturunan. Universitas Sumatera Utara h. Pemberian izin membuka tanah 56 , i. Perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten kota 57 . BPN sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas pengaturan masalah pertanahan tersebut, mengeluarkan Keputusan Nomor 2 Tahun 2003 tentang Norma dan Standar Mekanisme ketatalaksanaan Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kota. Kebijaksanaan di Bidang Pertanahan Nasional, kebijakan ini menganut dualisme kewenangan, yakni kewenangan pemerintah pusat dan kewenangan pemerintah daerah. Hak dan kewenangan dari 2 dua struktur dari pelaksanaan masalah pertanahan tersebut , yaitu pertama hak dan kewenangan BPN merumuskan 9 sembilan kebijakan untuk mengatur dan menyusun norma-norma dan atau standardisasi mekanisme ketatalaksanaan, kualitas produk dan kuallifikasi sumber daya manusia, kedua, hak dan kewenangan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota melaksanakan 9 sembilan kewenangan yang akan dilimpahkan dan dilaksanakan 1 Pemberian izin 55 Pemanfaatan dan penyelesaian tanah kosong yang mempunyai arti, yakni tanah kosong adalah - tanah yang dikuasai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai. - tanah hak pengelolan, atau - tanah yang diperoleh dasar penguasaannya, tetapi belum diperoleh hak atas tanahnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau sebagainya yang belum dipergunakan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian haknya atau rencana tata ruang wilayah yang berlaku. 56 Pemberian izin membuka tanah adalah izin yang diberikan kepada seseorang untuk mengambil manfaat dan mempergunakan tanah yang langsung dikuasai oleh Negara. 57 Perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten kota terdapat 3 unsur, yaitu 1 Perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten kota adalah pelaksanaan dan penetapan letak tempat rencanakegiatan pembanguna yang jelas anggarannya oleh pemerintah, swasta maupun perorangan yang akan membeutuhkan tanah di wilayah kabupaten kota tersebut berdasarkan data informasi pola penatagunaan tanah yang sesuai dengan fungsi kawasan yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah 2 Pola penatagunaan tanah adalah informasi mengenai keadaan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan atnah P4T sesuai dengan fungsi kawasan yang disiapkan Kantor Pertanahan Kabupaten kota. 3 Asas adalah terbuka untuk umum, mendahulukan kepentingan umum dan kemampuan tanah serta daya dukung lingkungan. Universitas Sumatera Utara lokasi, 2 Penyelengaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, 3 Penyelesaian sengketa tanah garapan, Penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan, 5 Penetapan objek redistribusi tanah serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee, 6 Penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat, 7 Pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong, 8 Pemberian izin membuka tanah, 9 Perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten kota. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional, Pasal 16 menentukan : Deputi Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pengaturan dan penataan pertanahan. Pasal 17 PP No. 10 Tahun 2006 menentukan : Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Deputi Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan menyelenggarakan fungsi : a. perumusan kebijakan teknis di bidang pengaturan dan penataan pertanahan; b. penyiapan peruntukan, persediaan, pemeliharaan, dan penggunaan tanah; c. pelaksanaan pengaturan dan penetapan penguasaan dan pemilikan tanah serta pemanfaatan dan penggunaan tanah; d. pelaksanaan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu lainnya. Pengelolaan sumber daya agraria sumber daya alam yang adil, berkelanjutan dan ramah lingkungan harus dilakukan dengan cara terkoordinasi, terpadu dan menampung dinamika, aspirasi dan peran serta masyarakat, serta menyelesaikan konflik. Maka untuk tercapainya hal tersebut di atas ditetapkanlah Tap MPR IX Universitas Sumatera Utara MPR 2001, ”yang merupakan landasan peraturan perundang-undangan mengenai pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam”. 58 Apa yang dimaksudkan oleh Tap MPR IX MPR 2001 sejalan dengan apa yang menjadi tujuan dan semangat yang melandasi pembentukan UUPA pada Tahun 1960 dalam rangka pelaksanaan kegiatan agrarian reform yang mencakup reformasi di bidang pertanahan. UUPA sebagai induk Landreform yang bertujuan melakukan penertiban dan pengaturan atau penataan penguasaan tanah pertanian yang melebihi batas maksimum, pemilikan tanah secara absentee, tanah-tanah bekas swapraja, eks tanah partikulir dan penguasaan tanah yang luasnya lebih dari 10 bauw, tanah-tanah perkebunan, tanah-tanah negara yang digarap rakyat. 59 Pasal 7 dan Pasal 17 UUPA sebagai landasan hukum dari penetapan batas maksimum penguasaan tanah pertanian. Pasal 7 UUPA menentukan bahwa : Untuk tidak merugikan kepentingan umum, maka pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan. Pasal 17 UUPA menentukan : 1 Dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 7 maka untuk mencapai tujuan yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 diatur luas maksimum dan atau minimum tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak tersebut dalam Pasal 16 oleh suatu keluarga atau badan hukum. 2 Penetapan maksimum termaksud dalam ayat 1 ini dilakukan dengan peraturan perundangan dalam waktu yang singkat. 3 Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termaksud dalam ayat 2 pasal ini diambil oleh Pemerintah dengan ganti kerugian. Untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut ketentuan dalam Peraturan Pemerintah. 58 Boedi Harsono, Op. Cit, halaman 27. 59 Chadidjah Dalimunthe, Op.Cit, halaman 45. Universitas Sumatera Utara 4 Tercapainya batas minimum termaksud dalam ayat 2 pasal ini yang akan ditetapkan dengan peraturan perundangan, dilaksanakan secara berangsur- angsur. Kedua pasal tersebut saling berhubungan erat, Pasal 7 UUPA melarang menguasai tanah yang melampaui batas larangan latifundia atau larangan hacienda, maka Pasal 17 UUPA menegaskan akan diaturnya dengan suatu peraturan perundang-undangan tentang berapa batas maksimum yang diperbolehkan ceiling. 60 Ketentuan Landreform yang diatur dengan UU No.56 Prp Tahun 1960, tentang batas maksimum dan minimum penguasaan tanah yang khusus ditujukan kepada tanah pertanian, sedangkan untuk tanah bangunan tidak disebut atau hak-hak atas tanah yang dapat dikenakan Landreform apabila melewati batas maksimum, atau absentee, yakni hak atas tanah pertanian. 61 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia BPN RI melalui Deputi Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 menetapkan bahwa tugas kedeputian tersebut adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pengaturan dan penataan pertanahan. Berdasarkan peraturan tersebut salah satu fungsinya adalah melaksanakan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah P4T dan evaluasi tanah-tanah obyek Landreform. Hal tersebut sesuai dengan Tap MPR-RI No. IX Tahun 2001, khususnya Pasal 5 ayat 1.b dan c, Arah kebijakan pembaruan agraria dimaksud adalah : 60 AP Parllindungan, Op.Cit, halaman 66. 61 John Salindeho, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, halaman 232. Universitas Sumatera Utara b. Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah Landreform yang berkeadilan dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat. c. Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui Inventarisasi dan Registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan Landreform. Kebijakan Landreform yang ada pada saat ini adalah kegiatan redistribusi tanah dan Reforma Agraria. Instrumen tersebut pada intinya ditujukan untuk menata penguasaan dan pemilikan tanah menuju ke kondisi yang lebih adil serta penggunaan dan pemanfaatan tanah yang lebih optimal dan lestari. 62 Secara garis besar, rangkaian kegiatan redistribusi tanah dan Reforma Agraria mencakup kegiatan penemuan obyek dan subyek tanah Landreform secara tepat, pembagian tanah kepada penerima yang memenuhi ketentuan yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, pemberian ganti kerugian bagi subyek hak atas tanah yang terkena ketentuan Landreform serta penyelesaian permasalahan yang timbul serta pemberian hak atas tanah obyek Landreform Reforma Agraria. 63 Pelaksanaan kegiatan Landreform secara luas sulit untuk dilaksanakan karena tidak tertibnya administrasi pertanahan saat ini. Kebijakan Pertanahan khususnya 62 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Data Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah P4T Tahun Anggaran 2008, Jakarta, 2008, halaman 1. 63 Ibid. Universitas Sumatera Utara penataan dan penguasaan tanah sulit untuk diimplementasikan karena data bidang tanah seluruh Indonesia belum tersedia. Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Pertanahan di bidang Landreform tersebut diperlukan kegiatan strategis yang sesuai amanat Tap MPR No. IX 2001 yaitu : Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah P4T. Tanpa ada informasi bidang demi bidang dalam satu batas administrasi pemerintahan tertentu desa kelurahan atau kecamatan sangat sulit untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, khususnya menemukan tanah-tanah obyek Landreform. Data P4T yang dikumpulkan secara sistematis dan disajikan secara spasial sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kebijakan di bidang Landreform. Tujuan Landreform adalah untuk mengadakan pembagian yang adil dan merata atas sumber penghidupan rakyat yang berupa tanah, agar tercapai pembagian hasil yang adil. Untuk mengantasipasi hal itu pemerintah mengambil tanah-tanah bekas objek Landreform yang nantikan akan dibagikan kepada rakyat terutama yang tidak punya tanah landless farmer dan yang sedikit sekali mempunyai tanah petani gurem near landless farmer sebagaimana yang diatur dalam PP No. 224 tahun 1961. B. Tahap-tahap Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah P4T Tahun 2008 kegiatan Inventarisasi P4T tersebar di 33 tiga puluh tiga Provinsi, 397 kabupatenkota dan di 2000 desa. Target tersebut merupakan yang Universitas Sumatera Utara terbesar sejak pelaksanaan kegiatan ini pada tahun sebelumnya. Kegiatan Inventarisasi P4T untuk Tahun 2008 merupakan Tugas Pokok Fungsi Tupoksi Kantor wilayah BPN Provinsi Bid PPP tidak dapat terlepas dari rangkaian kegiatan yang ada di Kantor Wilayah BPN Provinsi Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan Bid.SPP maupun di Kantor Pertanahan Kabupaten Kota. Sehingga prinsip sinkronisasi dan komprehensip dalam pelaksanaannya adalah hal yang mutlak. Kondisi ini karena prinsip kegiatan P4T adalah kegiatan No Maps No Works. Kegiatan P4T tidak terlepas dari peta yang dihasilkan oleh bidang lain di Lingkungan Kantor Pertanahan maupun Kantor Wilayah BPN Provinsi, seperti gambar berikut : Gambar 1. Sinkronisasi Kegiatan Inventarisasi P4T __________Di Kantor Pertanahan dan Kantor Wilayah BPN Propinsi____ Kegiatan P4T di Kantor Pertanahan Kantah 1. Pengumpulan Data Sekunder dan Data P4T 2. Entry Data 3. Analisa Data Kegiatan Pemetaan Dasar Kegiatan Pengukuran Bidang, Pemetaan, Tematik Kantor Wilayah Kegiatan Inventarisasi P4T Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Monitoring Supervisi Kantah Kanwil Kanwil Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan kegiatan Inventarisasi data P4T di tingkat Kabupaten Kota secara struktural dipimpin oleh Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan Kasie PPP, yang bertanggung-jawab kepada Kepala Kantor Pertanahan. Inventarisasi P4T merupakan kegiatan ”pra pelayanan” yang hasilnya berupa data informasi yang dapat dipergunakan untuk perumusan kebijakan dan perencanaan penataan penguasaan penataan tanah Landreform. Inventarisasi data P4T dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan