Garis Perintah. Pelaksanaan Inventarisasi Dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan Dan Pemanfaatan Tanah (P4T)Di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir

Gambar.2 Organisasi Pelaksana Kegiatan Inventarisasi P4T Keterangan : 1. ---------Garis Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan.

2. Garis Perintah.

Satuan Tugas Pemetaan, Pengukuran Bidang dan Kabid Kabid PPP Dilingkungan Kanwil Satuan Tugas Data Sekunder Tingkat Desa Kel Dan Instansi Terkait Satuan Tugas Survei Data P4T Kakantah Koordinator P4T Provinsi Penanggung Jawab Ketua Tim Inventarisasi Kab Kota Koordinator Inv.P4T Desa Kel Koordinator Inv. P4T Desa Kelurahan Universitas Sumatera Utara Susunan Tim Pelaksana Kegiatan Inventarisasi P4T Kegiatan manajemen P4T di tingkat provinsi menjadi tanggung jawab Kepala bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan PPP yang dibantu oleh seorang koordinator P4T provinsi yang akan menentukan Planning Perencanaan lokasi, Organizing Pengorganisasian, Actuating Pelaksanaan dan Controlling Pengawasan terhadap pelaksanaan P4T. Dalam pelaksanaan berkoordinasi dengan kantor pertanahan kabupaten kota. Pelaksanaan kegiatan Inventarisasi data P4T di tingkat Kabupaten Kota secara struktural dipimpin oleh Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan Kasie PPP dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Pertanahan. Dalam melaksanakan tugas, Kasie PPP dibantu oleh Koordinator Tim Inventarisasi tergantung jumlah desa yaitu sub seksi Landreform dan Konsolidasi Tanah atau pegawai senior yang dinilai mampu di Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan di Kabupaten Kota. Apabila jumlah desa yang menjadi target cukup banyak, maka tenaga pelaksana dapat ditentukan dari seksi lain yang ada di kantor pertanahan. Secara teknis, koordinator kegiatan Inventarisasi P4T bertanggung jawab kepada Kasie PPP dan secara administrasi proyek bertanggung jawab kepada Penanggung jawab kegiatan di Kantor Pertanahan Kabupaten Kota. Kegiatan Inventarisasi P4T di Kabupaten Kota dipimpin oleh seorang Ketua. Jika dalam satu Kabupaten Kota hanya ada satu desa atau kelurahan yang didata, maka Ketua Tim Inventarisasi P4T Kabupaten Kota adalah ketua tim merangkap Koordinator Inventarisasi P4T desa kelurahan yang didata. Universitas Sumatera Utara Inventarisasi P4T satu desa kelurahan dipimpin oleh seorang Koordinator satuan Tugas Satgas yang dibantu oleh 2 dua satuan tugas satgas secara langsung yaitu satgas pengumpulan data sekunder tingkat desa kelurahan instansi terkait dan satgas survei data P4T bidang. Jumlah anggota dari setiap satgas disesuaikan dengan kebutuhan. Secara tidak langsung dibantu oleh Tim satgas yang bertugas melaksanakan penyuluhan, Pemetaan Dasar serta Pengukuran Bidang Tanah. Secara umum, tugas-tugas dari masing-masing personil dalam organisasi pelaksana Inventarisasi P4T adalah sebagai berikut : 1. Kepala Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan PPP a. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan Inventarisasi P4T yang dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari kegiatan yang ada pada bidang yang lainnya di Wilayah BPN Provinsi maupun Kantor Pertanahan Kabupaten Kota. Secara khusus bekerja sama dengan Kabid Survei, Pengukuran dan Pemetaan dalam sinkronisasi lokasi kegiatan P4T dengan kegiatan Pemetaan Dasar, Pembuatan Tugu Orde 3 dan Pengukuran Bidang Tanah serta Kabid Pengendalian Pertanahan dan kabid Pengendalian dan Pemberdayaan Masyarakat dalam hal penyuluhan. b. Melaksanaan pembinaan teknis Inventarisasi P4T kepada seluruh pelaksana. c. Memeriksa kualitas hasil Inventarisasi P4T. d. Mengkompilasi laporan dan membuat laporan bulanan dan triwulan dan laporan akhir bulanan. e. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh koordinator kegiatan P4T Provinsi. Universitas Sumatera Utara 2. Penanggung jawab Kegiatan a. Mengkoordinasikan semua Tim Inventarisasi P4T Kabupaten Kota. b. Menyelesaikan tugas-tugas administrasi proyek. c. Memperlancar pelaksanaan Inventarisasi P4T dari segi administrasi kegiatan. 3. Kegiatan Inventarisai P4T Kabupaten Kota a. Mengkordinasikan pelaksanaan Inventarisasi di seluruh Kabupaten Kota dengan pihak kecamatan dan desa kelurahan. b. Mengkordinasikan semua satgas desa kelurahan. c. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan dengan para Kasie di lingkungan Kabid survei, Pengukuran dan Pemetaan Kantor Wilayah BPN Provinsi dalam hal Pemetaan Dasar Pembuatan Peta Dasar, Tugu Orde 3 89 dan Pengukuran Bidang Tanah Pemetaan Tematik. d. Membuat laporan bulanan dan triwulan. 4. Koordinator Tim Inventarisasi P4T Desa Kelurahan a. Melaksanakan koordinasi dengan satgas Teknis Pemetaan Dasar dan Pengukuran Bidang Tanah dalam hal pembuatan peta kerja melalui pengukuran dan pemetaan dalam sistem proyeksi TM 3 . 90 b. Melaksanakan koordinasi dalam hal pelaksanaan pemetaan seluruh bidang di desa kelurahan yang didata. 89 Patok yang dibuat oleh BPN yang jaraknya setiap 2 Km, Orde 2 Patok yang dibuat oleh BPN yang jaraknya setiap 10 Km, Orde 1 Patok yang dibuat oleh BPN, setiap propinsi ada 1 patok untuk Orde 1 90 Proyeksi pembuatan peta yang mempunyai koordinat yang ditentukan oleh BPN. Universitas Sumatera Utara c. Mengkoordinasi pelaksanaan survei seluruh bidang di desa kelurahan yang didata dengan menggunakan peta yang dihasilkan oleh satgas teknis. d. Mengkoordinasikan pengolahan, penggambaran dan pelaporan hasil kegiatan Inventarisasi P4T. 5. Satgas Data Sekunder dan Survei Bidang P4T a. Melaksanakan pengumpulan data sekunder 91 tingkat desa kelurahan dan survei P4T bidang tanah. b. Menyiapkan Daftar Isian. Selain terkendala masalah biaya, dalam pelaksanaan kegiatan Inventarisasi dan Registrasi P4T di lapangan adalah kekurangan Tim Pelaksana khususnya dari pihak pengukuran atas bidang-bidang tanah. Program tersebut ditargetkan akan selesai pada bulan April akan tetapi baru tercapai Mei 2009. Sebagai pelaksana kegiatan dipimpin oleh oleh Kasie PPP dibantu oleh Tim Pelaksana P4T. Mengingat pegawai atau pelaksana di Kantor Pertanahan Toba Samosir masih relatif sedikit, maka ketua Tim Pelaksana Inventarisasi P4T di Kabupaten Toba Samosir adalah Kasie Pengaturan dan Penataan Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir itu sendiri yang bertanggung jawab Kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir, dan sebagai pelaksana di lapangan adalah pegawai seksi PPP yang dibantu oleh pegawai dari seksi Pengukuran dan Perpetaan. Seharusnya dalam setiap desa kelurahan kegiatan Inventarisasi P4T dipimpin oleh seorang Koordinator 91 Data statistik, data yang kita dapat dari pekerjaan pekerjaan orang lain. Contoh : data dari BPS. Universitas Sumatera Utara Satuan Tugas dari Kantor Pertanahan itu sendiri, kecuali di Kabupaten dimaksud Inventarisasi P4T dilakukan hanya terhadap satu desa kelurahan, oleh karena tenaga pelaksana yang kurang maka Koordinator Satuan Tugas dimaksud untuk Toba Samosirnya seharusnya lima 5 orang untuk kelima kelurahan yang dilakukan program Inventarisasi P4T tersebut semuanya dirangkap oleh Kasie PPP Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir. Kendala lain dari pelaksana kegiatan Inventarisasi P4T tersebut adalah dalam hal Sumber Daya Manusia SDM dari Tim Pelaksana di lapangan, bukan berarti semuanya mempunyai potensi di bidang pengukuran dan keahlian dibidang program Inventarisasi P4T. 92 Masih banyak keluhan masyarakat pada pelaksanaan program Inventarisasi P4T. Akibat pelaksanaan tidak tegas, kabur gelap, dan berbelit-belit. Perlakuan dari pelaksana program Inventarisasi P4T yang tidak memberikan pelayanan publik yang baik, menjadi faktor tidak terwujudnya kepastian hukum bagi masyarakat. Apa yang dikerjakan Negara dalam arti program Inventarisasi P4T dianggap tidak benar secara hukum, sebab kurang mengerti apa isi dan manfaat program tersebut. 93 masyarakat yang terhadap bidang tanahnya ikut dalam program Inventarisasi P4T. 92 Hasil wawancara dengan Bapak Halomoan Nainggolan selaku Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan Kasie P PP Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir, Balige, 4 Juni 2009. 93 Hasil wawancara dengan beberapa masyarakat yang terhadap bidang tanahnya ditetapkan ikut program Inventarisasi dan Registrasi P4T, Balige, 20 Juni 2009. Universitas Sumatera Utara

BAB IV UPAYA ATAU KEBIJAKAN MENGATASI KENDALA PELAKSANAAN

INVENTARISASI DAN REGISTRASI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH P4T DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR A. Upaya Mengatasi Kendala Hukum atau Yuridis Dalam Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T. Sejumlah peraturan perundang-undangan pertanahan memerlukan revitalisasi, perbaikan revisi, dan pengaturan dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang lebih rinci operasional. Khususnya peraturan perundang-undangan yang menyangkut Inventarisasi P4T, termasuk pensosialisasian peraturan terkait dalam pelaksanaannya. Sebelum Inventarisasi dan Registrasi P4T dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan sosialisasi tentang Inventarisasi Registrasi P4T, akan tetapi terkendala di lapangan, oleh karena masyarakat pada saat sosialisasi pertama tidak hadir sebagaimana yang diharapkan dan demi kelancaran Inventarisasi P4T maka dilakukan sosialisasi kepada masyarakat peserta P4T secara kontiniu, komprehensif dan transparan oleh Kepala Desa dan atau Lurah beserta Pejabat Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir agar pemahaman mereka tentang Inventarisasi P4T berupa: a. Manfaat dan kegunaan Inventarisasi P4T b. Biaya yang diperlukan untuk Inventarisasi P4T ditanggung oleh negara. c. Waktu yang diperlukan d. Manfaat dan kegunaan Inventarisasi P4T dalam pensertifikatan. Universitas Sumatera Utara Tanpa mengabaikan data spasial lainnya, idealnya peta data bidang tanah harus mulai menjadi fokus pengembangan kebijakan geospasial di Indonesia . Menyadari potensi petadata bidang tanah yang demikian besar namun dalam kondisi yang belum optimal, seyogyanya pemerintah segera memberikan perhatian yang lebih besar kepada pembangunan sistem informasi pertanahan yang komprehensif, integrated, dan dibangun dalam kerangka multipurpose cadastre. Fragmentasi fungsi petadata bidang tanah hanya untuk keperluan sertifikat dan pajak tanah perlu dihilangkan dan diganti dengan mindset peta bidang tanah untuk kesejahteraan rakyat. Terkait dengan hal tersebut, ada beberapa kebijakan yang perlu segera diambil agar petadata bidang tanah di Indonesia mencapai tingkat yang dapat dimanfaatkan secara optimal, antara lain: 94 Memasukan pentingnya peta bidang tanah dalam kebijakan pertanahan nasional; 1. Mendorong terciptanya sistem informasi pertanahan nasional yang komprehensif, integrated, dan dibangun dalam kerangka multipurpose cadastre; 2. Mengingat bahwa selama ini jumlah peta bidang tanah BPN berbanding lurus dengan jumlah sertifikat tanah yang diterbitkan, maka langkah-langkah yang 94 http:bpmsandi.com, diakses tanggal 6 Juli 2009. Universitas Sumatera Utara diperlukan untuk menciptakan akselerasi peningkatan cakupan peta bidang tanah adalah: a. Membangun suatu sistem manajemen pertanahan yang dapat menjamin keamanan kepemilikan tanah. Apabila masyarakat merasa bahwa sistem pendaftaran tanah dapat menjamin keamanan hak atas tanahnya, secara otomatis masyarakat akan berbondong-bondong melakukan sertifikasi bidang tanahnya; b. Memberikan rangsangan-rangsangan agar pemilik tanah mau mensertifikatkan tanahnya. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan menciptakan prosedur pendaftaran tanah yang murah, sederhana, dan transparan; memberikan kemudahan-kemudahan transaksi terhadap tanah yang sudah bersertifikat; dan lain-lain; c. Memprioritaskan proses pendaftaran tanah secara sistematis; d. Menciptakan kebijakan terobosan sehingga pemetaan bidang tanah tidak harus dilakukan sebagai satu rangkaian pekerjaan pendaftaran tanah. Dengan kata lain, BPN dapat mengerjakan pengadaan bidang tanah tanpa harus menghasilkan output berupa sertifkat hak atas tanah; e. Menyusun prosedur pendaftaran tanah alternatif yang lebih cepat, murah, dan praktis dibandingkan metode yang sudah ada saat ini, misalnya: sertifikasi tanah dapat dilakukan tanpa harus mensyaratkan pemetaan bidang tanah yang dikerjakan oleh pegawai BPN sendiri. Apabila pemohon hak sudah mempunyai peta bidang tanah yang reliable misal site plandenah dari Universitas Sumatera Utara pengembang perumahan, maka BPN dapat memproses sertifikasinya. Apabila diperlukan, tingkat dan kekuatan hak tanah yang diperoleh dari prosedur ini dapat diatur dengan kebijakan tersendiri; f. Pengembangan dan optimalisasi surveyor berlisensi sehingga surveyor- surveyor ini dapat menjual jasanya kepada pemohon hak langsung dan tidak hanya kepada BPN. Dengan kata lain, masyarakat yang akan mengajukan permohonan hak dapat menggunakan jasa surveyor berlisensi ini untuk mengukur tanahnya yang hasilnya dapat digunakan sebagai salah satu syarat permohonan hak; g. Mengembangkan peta digital bagi peta data bidang tanah dalam proses pendaftaran tanah, termasuk di dalamnya segera mendigitalkan peta-peta bidang tanah yang sudah ada; h. Bekerja sama dengan DJP untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas peta data bidang tanah. Walaupun secara kualitas teknis peta PBB tidak memenuhi spesifikasi BPN, peta PBB dapat digunakan sebagai data awal untuk mengetahui berapa bidang tanah yang ada di suatu wilayah, siapa yang menguasai bidang tersebut, dan sebagainya; i. Bekerja sama dengan DJP mengembangkan sistem yang dapat mempercepat proses sertifikasi tanah. Sejak pelunasan BPHTB dijadikan prasyarat dalam permohonan sertifikasi hak atas tanah, validasi pembayaran BPHTB yang memerlukan KPP kadang-kadang dianggap sebagai penghambat Universitas Sumatera Utara terwujudnya sertifikasi yang cepat. Dalam hal ini, BPN dan DJP dapat menciptakan suatu prosedur yang cepat dan sederhana. 3. Sebelum PBB benar-benar dikelola oleh Pemda, DJP hendaknya: a. Terus meningkatkan cakupan petadata bidang tanah digital dan terus meningkatkan akurasi peta digital yang telah ada; b. Mendukung program-program pemberian rangsangan agar pemilik tanah mau mensertifikatkan tanahnya, misalnya dengan memberikan insentif pajak tanah bagi tanah yang sudah bersertifikat saat ini terhadap tanah yang bersertifikat justru mungkin dikenakan pajak yang lebih tinggi mengingat secara teori tanah yang bersertifikat mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding dengan tanah non sertifikat. Jika diperlukan tarif pajak non sertifikat dapat dinaikkan; c. Bekerja sama dengan BPN dalam penyusunan kebijakan-kebijakan pertanahan;

4. Mengingat sumber daya BPN dan DJP yang seolah-olah terkuras dalam