Pemilikan Tanah Secara Absentee

Pemanfaatan tanah di Kelurahan Balige I hampir seluruhnya dimanfaatkan sesuai dengan penggunaannya, terdapat 18 bidang tanah yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan penggunaannya yaitu berupa tanah kosong seluas 9.947 M 2 .

5. Pemilikan Tanah Secara Absentee

Berdasarkan data alamat tempat tinggal pemilik tanah di Kelurahan Balige I terdapat beberapa pemilikan tanah absentee, yaitu pemilik tanah yang bertempat tinggal di luar atau tidak berbatasan langsung dengan kecamatan Balige kecamatan tempat letak tanah, yaitu tercatat sebanyak 80 bidang kepemilikan. Tempat tinggal para pemilik tanah tersebut tersebar di beberapa kecamatan kota seperti Tarutung, Pematang Siantar, Medan, Jakarta. Luas pemilikan tanah absentee tercatat seluas 55.334 M 2 , dengan jenis penggunaan tanah sawah sebanyak 27 bidang tanah seluas 73.934 M 2 , pertanian tanah kering 1 bidang tanah seluas 129 M 2 , pertanian campuran 2 bidang tanah seluas 640 M 2 , rumah dan pekarang 24 bidang tanah seluas 10.803 M 2 , rumah tanpa pekarangan 16 bidang tanah seluas 4000 M 2 , pasar toko, gudang, terminal 4 bidang tanah seluas 452 M 2 , kantor pemerintah 1 bidang tanah seluas 160 M 2 , fasilitas pendidikan 1 bidang tanah seluas 195 M 2 , tanah kosong 4 bidang tanah seluas 1.021 M 2 . 6. Pemilikan Tanah Berlebih Jumlah penduduk terus bertambah, sementara lahan yang tersedia bersifat tetap. Untuk mengatasi hal tersebut dibuat batasan maksimum kepemilikan tanah. Salah satu payung hukum pembatasan itu adalah Undang-undang No. 56Prp1960 Universitas Sumatera Utara tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian. Kebijakan pembatasan ini diambil pada penghujung Tahun 1960 dimasa kepemimpinan Soekarno. Menurut UUPA, pemilikan dan penguasaan tanah melampaui batas tidak diperkenankan. Pasal 17 UUPA memerintahkan agar pembatasan tersebut diatur. Maka, lahirlah Perpu No. 56 Tahun 1960 yang kemudian disahkan menjadi undang- undang. Berdasarkan ketentuan tersebut, seseorang atau satu keluarga hanya diperbolehkan menguasai tanah pertanian maksimum 20 hektare, tanpa melihat apakah merupakan sawah atau tanah kering. Kalaupun boleh lebih dari jumlah itu, hanya dapat dibenarkan tambahan 5 Ha atas dasar keadaan daerah yang sangat khusus. Pemilik tanah paling luas tercatat di Kelurahan Balige I adalah 22.411 M 2 terdiri dari 26 bidang pemilikan dengan jenis penggunaan tanah berupa sawah 11 bidang 14.508 M2, tanah kering 1 bidang tanah 631M 2 , rumah dengan pekarangan 5 bidang tanah 1.637 M 2 , rumah tanpa pekarangan 8 bidang tanah 1.287 M 2 , tanah kosong 1 bidang tanah 4.348 M 2 . Berdasarkan UU No.56 PRP Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian dan Daftar Lampiran Perpu No.56 Tahun 1960, Lembaran Negara Tahun 1960 N0. 172 sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat 3 UU N0 56 Tahun 1960 bahwa kepadatan penduduk tiap kilo meter persegi 51- 250 adalah daerah kurang padat, sehingga dapat ditetapkan bahwa Kabupaten Toba Samosir termasuk daerah kurang padat karena kepadatan penduduknya 84,76 Km 2 . Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 UU No. 56 PRP, batas pemilikan tanah untuk daerah kurang padat ditetapkan Universitas Sumatera Utara seluas 10 Ha untuk tanah sawah dan 12 Ha untuk tanah kering, sehingga tidak ditemukan adanya indikasi pemilikan tanah yang berlebih di Kelurahan Balige I.

2. Kelurahan Balige III a. Wilayah batas administrasi Kelurahan Balige III