6. Pemilikan Tanah Berlebih Pemilik tanah paling luas tercatat di Kelurahan Napitupulu Bagasan adalah
5.181 M
2
terdiri dari 15 bidang pemilikan dengan jenis penggunaan rumah dengan pekarangan 2392 M
2
, rumah tanpa pekarangan 2 bidang tanah 113 M
2
, tanah kosong 1 bidang tanah 271 M
2
. Di Kelurahan Napitupulu Bagasan tidak ditemukan adanya indikasi pemilikan tanah yang berlebih.
5. Kelurahan Pardede Onan a. Wilayah batas administrasi Kelurahan Pardede Onan
- Sebelah Utara berbatas dengan Danau Toba dan Kabupaten Samosir - Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Sianipar Sihailhail.
- Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Sangkar Nihuta - Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Napitupulu Bagasan, Balige III.
Kelurahan Pardede Onan 0,72 Ha, terdiri dari 4 dusun, yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III, Dusun IV. Jarak Kelurahan Pardede Onan ke Pusat Pemerintahan
Kecamatan Balige 0 Km, jarak ke Pusat Pemerintahan Toba Samosir 0,3 Km.
b. Kependudukan
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Pardede Onan
Jumlah penduduk Kelurahan Pardede Onan 3.448 jiwa, yang terdiri dari 550 rumah tangga rata-rata 6,27 jiwa per rumah tangga. Adapun jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 1.669 jiwa dan penduduk perempuan 1.779 jiwa. Jumlah penduduk yang memiliki tanah tercatat 550 jiwa dengan penggunaan
Universitas Sumatera Utara
tanahnya sebagaian besar untuk rumah tanpa pekarangan. Kepadatan penduduk rata-rata di Kelurahan Pardede Onan adalah 4.788,9 jiwa Km
2
. 2.
Sumber Penghasilan Utama. Sumber penghasilan utama penduduk Kelurahan Pardede Onan adalah dari
pegawai swasta berdagang. Hal ini juga terlihat dari mayoritas mata pencaharian penduduknya sebagian besar pegawai swasta pedagang, yaitu
351 rumah tangga 63,82 . Sumber penghasilan utama dengan berdagang didukung oleh karena Kelurahan
Lumban Dolok Haumabange dekat pusat kota dan pasar tradisional.
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian.
Penduduk Kelurahan Pardede Onan sebagian besar 351 mempunyai mata pencaharian pegawai swasta berdagang. Penduduk dengan mata pencaharian
seperti Petani 80 rumah tangga, PNS TNI POLRI 97 rumah tangga, Pensiunan PNS Polri 1 rumah tangga, yang lainnya 1 rumah tangga dan tidak berprofesi
bukan perorangan 20 rumah tangga. 4.
Kondisi Kemiskinan. Kondisi kemiskinan di Kelurahan Pardede Onan sebanyak 103 rumah tangga
18,73 keluarga miskin. c. Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T
1. Kondisi
Administrasi Pertanahan Pardede Onan
Berdasarkan hasil Inventarisasi dan Registrasi P4T dapat ditentukan bahwa administrasi pertanahan di Kelurahan Pardede Onan belum menggambarkan
Universitas Sumatera Utara
adanya tertib administrasi pertanahan yang baik sesuai ketentuan yang berlaku,sebagaimana terlihat dalam Tabel 13.
Tabel 13. Kondisi Administrasi Pertanahan Kelurahan Pardede Onan.
Tanah Terdaftar Tanah Yang Belum Terdaftar
No Jenis
Hak Jlh
Bid. Luas
M
2
Dok. Kepemilikan Jlh
Bid. Luas
M
2
1 SHM
191 64.469
Surat Tanda Bukti Hak Milik 50
10.978 2 SHP
4 17.735 Surat
Keterangan Waris
284 92.248 3
HGB 6 23.672
Pengakuan dari Masyarakat 4
2.111 4
Unknown 11 5.752
Total 201 105.876
Total 349 111.089
Sumber data : Diolah dari Data Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2009.
Ket : - HGB : Hak Guna Bangunan
Berdasarkan Tabel 13. Banyak bidang tanah yang di Inventarisasi dan Registrasi P4T adalah 550 bidang 217.576 M
2
. Kondisi administrasi pertanahan di Kelurahan Balige 1 berdasarkan dokumen kepemilikannya adalah dokumen kepemilikan atas
tanah serta peralihannya berupa Surat Tanda Bukti Hak Milik 50 bidang tanah 19.978 M
2
, Surat Keterangan Waris sebanyak 284 bidang tanah 92.248M
2
. Disamping itu masih terdapat tanah-tanah mempunyai bukti kepemilikan haknya
dengan adanya pengakuan dari masyarakat diakui masyarakat yaitu sebanyak 4
Universitas Sumatera Utara
bidang tanah 2.111 M
2
, Tidak diketahui dokumen kepemilikannya 11 bidang 5.752 M
2
sedangkan bidang tanah yang terdaftar hanya 201 bidang tanah 105.876 M
2
yang terdiri dari SHM sebanyak 191 bidang tanah 64.469 M
2
, SHGB 6 bidang 23.672 M
2
dan Sertifikat Hak Pakai 4 bidang tanah 17.735 M
2
. Maka luas tanah yang terdaftar di Kelurahan Pardede Onan 14,71 dari luas tanah di Kelurahan
Pardede Onan. Penguasaan tanah dengan cara sewa sebanyak 299 bidang tanah. 2. Struktur Kepemilikan Tanah
Berdasarkan hasil pendataan yang telah dilaksanakan terdapat 550 bidang tanah di Kelurahan Pardede Onan seluas 217.576 0,221 Ha, dengan jumlah
kepemilikan 387 orang sejumlah 550 bidang tanah, terdiri dari pemilikan perseorangan sebanyak 511 bidang tanah, kepemilikan komunal kepemilikan
secara bersama oleh masyarakat 35 bidang tanah, kepemilikan instansi pemerintah 6 bidang tanah, dan kepemilikan Badan Hukum Pemerintah 7
bidang, kepemilikan Badan Hukum Swasta 1 bidang tanah. Hal tersebut menggambarkan bahwa ada beberapa kepemilikan tanah yang memiliki lebih
dari satu bidang tanah. Adapun struktur kepemilikan tanah kelurahan Pardede Onan adalah sebagai berikut :
a Perseorangan 1. memiliki 1 bidang tanah : 295 orang, jumlah bidang = 295 bidang
2. memiliki 2 bidang tanah : 36 orang, jumlah bidang = 72 bidang 3. memiliki 3 bidang tanah : 14 orang, jumlah bidang = 42 bidang
4. memiliki 4 bidang tanah : 6 orang, jumlah bidang = 24 bidang
Universitas Sumatera Utara
5. memiliki 5 bidang tanah : 3 orang, jumlah bidang = 15 bidang 6. memiliki 6 bidang tanah : 2 orang, jumlah bidang = 12 bidang
7. memiliki 7 bidang tanah : 2 orang, jumlah bidang = 14 bidang 8. memiliki 14 bidang tanah : 1 orang, jumlah bidang = 14 bidang
9. memiliki 15 bidang tanah : 1 orang, jumlah bidang = 15 bidang
Total : 360 orang Total = 509
b Komunal
- Kepemilikan komunal 1 bidang tanah : 32 kelompok, jumlah bidang = 32 bidang
- Kepemilikan komunal 2 bidang tanah : 1 kelompok, jumlah bidang = 2 bidang
Total : 32 kelompok Total = 35 c Instansi Pemerintah
- Memiliki 1 bidang tanah : 6 instansi, jumlah bidang = 6 bidang d
Badan Hukum Pemerintah - Kepemilikan Badan Hukum Pemerintah 1 bidang tanah : 7 Badan, jumlah bidang
= 7 bidang e Badan Hukum Swasta
- Kepemilikan 1 bidang tanah : 1 Badan, jumlah bidang = 1 bidang f Kepemilikan Lainnya
- Kepemilikan 2 bidang tanah : 1 orang, jumlah bidang = 2 bidang
Universitas Sumatera Utara
Instansi pemerintah dimaksud adalah, Instansi Departemen Kesehatan yaitu Puskesmas 1 bidang tanah, Rutan 1 bidang tanah, Instansi KPKM Tobasa 1 bidang
tanah, Kantor Koramil 1 bidang tanah, Sekolah Dasar 1 bidang tanah. Badan Hukum Pemerintah 7 bidang tanah yang dimiliki oleh 7 Badan Hukum
Pemerintah yaitu Kantor Kelurahan 323 M
2
, Kantor Kejaksaan 889 M
2
, Kantor Pengadilan 1.077 M2, Rutan 1736 M
2
, SD Katholik San Fransco 1.897 M
2
, Kantor PLN 3917 M
2
, Tanah Pardede 11.598 tanah kosong. Badan Hukum Swasta 1 bidang tanah seluas 392 M
2
yaitu Toba Utara. Luas pemilikan tanah perorangan terkecil per satu bidang tanah di Kelurahan
Pardede Onan adalah 39 M
2
berupa pasar, toko, gudang, terminal dan luas pemilikan tanah perorangan terbesar adalah 5.037M
2
berupa pertanian tanah basah. Luas pemilikan tanah komunal terkecil adalah 64 M
2
berupa pertanian tanah basah, dan luas pemilikan tanah komunal terbesar adalah 4.413 M
2
berupa Fasilitas Kesehatan, Fasilitas Ibadah, Kuburan. Luas pemilikan tanah oleh Pemerintah yang terkecil
adalah 625 M
2
oleh Pemda dan luas pemilikan tanah oleh Pemerintah terbesar adalah 11.169 M
2
yaitu Kantor Polres Tobasa. Badan Hukum Swasta 1 bidang tanah 392 M
2
yaitu Toba Utara. Gambaran pemilikan tanah di Kelurahan Pardede Onan sebagaimana Tabel
Struktur Pemilikan tanah tersebut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14. Struktur Pemilikan Tanah Kelurahan Pardede Onan
PEMILIK TANAH No Kelompok Luas
Pemilikan Tanah Jumlah
Pemilik Tanah
Kumulatif Jumlah
Luas M
2
Kumulatif 1
0 – 250 230
59,43 65.531
30,28 2
251 – 500 83
21,44 28.938
13,37 3
501 – 1000 37
9,56 24.922
11,51 4
1001 – 2500 28
7,24 58.654
27,10 5
2500 9
2,33 38.395
17,74
Total 387
100,00 216.440
100,00
Sumber data : Diolah dari Data Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2009.
Berdasarkan Tabel 14. Struktur Kepemilikan Tanah di Kelurahan Pardede Onan yang dimiliki oleh perseorangan, kepemilikan komunal, kepemilikan
Organisasi Kemasyarakatan tidak termasuk tanah Instansi Pemerintah, terlihat bahwa jumlah pemilikan tanah tertinggi ada pada kelompok luas pemilikan tanah 0-
250 M
2
, yaitu sebanyak 230 pemilik 59,43 dengan luasnya 65.531 M
2
. Pada kelompok luas pemilikan tanah 251- 500 M
2
, yaitu sebanyak 83 pemilik 21,44 dengan luasnya 28.938 M
2
, kelompok luas pemilikan tanah 501- 1000 M
2
, yaitu 37 pemilik 9,56 dengan luas 24.922 M
2
, kelompok luas pemilikan tanah 1001- 2500 M
2
, yaitu 28 pemilik 7,24 dengan luas 58.654 M
2
, kelompok luas pemilikan tanah 2500 M
2
, yaitu 9 pemilik 2,33 dengan luas 38.395 M
2
.
Universitas Sumatera Utara
Struktur pemilikan tanah dengan pola seperti ini menunjukkan bahwa luas pemilikan tanah pada tiap-tiap penduduk di Kelurahan Pardede Onan tidak merata,
dimana sebagian besar penduduknya hanya memiliki tanah dengan luas kurang dari 250 M
2
, namun ada sebagian penduduk yang memiliki bidang tanah seluas 2500 M
2
, namun jika dilihat dari perbandingan luas tanah dengan penduduk, rata-rata penduduk hanya memiliki tanah seluas 208,82 M
2
. Untuk memperoleh informasi yang lebih detail, struktur pemilikan tanah
tersebut dapat dibagi menjadi pemilikan tanah menurut kategori tanah sawah dan tanah kering.
1 Struktur Pemilikan Tanah Pertanian Tanah Basah Tanah Sawah Pertanian tanah Basah di Kelurahan Pardede Onan terdiri dari 104 bidang
tanah 53.030 M
2
, dengan jumlah pemilik tercatat 87 orang. Struktur pemilikan tanah basah dapat dilihat pada Tabel 15. Struktur Pemilikan Tanah basah berikut :
Tabel 15. Struktur Pemilikan Tanah Basah Sawah Kelurahan Pardede Onan.
PEMILIK TANAH N
o Kelompok Luas
Pemilikan Tanah Jumlah
Pemilik Tanah Kumulatif
Jumlah Luas M
2
Kumulatif 1
0 – 250 15
40,54 2.733
11,90 2
251 – 500 11
29,73 3.840
16,72 3
501 – 1000 6
16,21 3.544
15,43 4
1001 – 2500 3
8,11 4.961
21,61 5
2500 2
5,41 7.886
34,34
Universitas Sumatera Utara
Total 37
100,00 22.964
100,00
Sumber data : Diolah dari Data Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2009.
Berdasarkan Struktur Tabel 15 pertanian tanah basah di atas, terlihat bahwa jumlah pemilikan tanah basah tertinggi di Kelurahan Pardede Onan ada pada
kelompok Luas Pemilik Tanah 0- 250 M
2
, yaitu sebanyak 15 pemilik 40,54 dengan luas tanah 2.733 M
2
. `
Berdasarkan Tabel 15. Struktur Kepemilikan Tanah pertanian tanah basah, pada kelompok luas pemilikan tanah kelompok luas pemilikan 251- 500 M
2
, yaitu sebanyak 11 pemilik 29,73 dengan luasnya 3.840 M
2
, kelompok luas pemilikan tanah 501- 1000 M
2
, yaitu 6 pemilik 16,21 dengan luas 3.544 M
2
, kelompok luas pemilikan tanah 1001-2500 M
2
, yaitu 3 pemilik 8,11 dengan luas 4.961 M
2
, kelompok luas pemilikan tanah 2500 M
2
, yaitu 2 pemilik 5,41 dengan luas 7.886M
2
. 2 Struktur Pemilikan Tanah Pertanian Tanah Kering.
Untuk Kelurahan Pardede Onan pemilikan tanah pertanian tanah kering tidak ada .
3 Struktur Pemilikan Tanah Pertanian Campuran. Untuk Kelurahan Pardede Onan pemilikan tanah pertanian campuran tidak
ada. 3. Penguasaan Tanah
Universitas Sumatera Utara
Bahwa dari seluruh bidang tanah yang telah diinventarisasi di Kelurahan Pardede Onan yaitu 550 bidang, terdapat 387 orang pemilik bidang tanah dan
penguasaannya oleh pemilik bidang tanah tersebut seluas 73.658 M
2
. 4. Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
Berdasarkan hasil pendataan tercatat 8 jenis penggunaan tanah di Kelurahan Pardede Onan sebagai berikut :
a. Jasa 4 bidang seluas 9.415 M
2
yaitu Fasilitas Pendidikan 2 bidang SD Negeri dan SD Katholik seluas 4780 M
2
, fasilitas Kesehatan 2 bidang Puskesmas, klinik seluas 6.187 M
2
, b.
Kantor Pemerintah Desa 7 bidang seluas 21.304 M
2
Rutan , Polres Tobasa, Kantor KPKM Balige, Koramil, Kantor Kelurahan, Kantor Pengadilan, Kantor
Kejaksaan. c.
Pertanian Tanah Basah 47 bidang seluas 25.735 M
2
. d.
Rumah dengan Pekarangan 30 bidang seluas 11.767 M
2
. e.
Rumah tanpa Pekarangan 417 bidang seluas 115.458 M
2
. f.
Pasar, toko, gudang, terminal 23 bidang seluas 4.268 M
2
. g.
Kuburan 6 bidang seluas 1.223 M
2
. h.
Tanah kosong 19 bidang seluas 21.209 M
2
. Berdasarkan perincian tersebut terlihat bahwa penggunaan tanah terbesar di
Kelurahan Pardede Onan adalah penggunaan tanah berupa rumah dan pekarangan, dan penggunaan tanah terkecil ada pada jenis penggunaan untuk Pasar, toko, gudang,
terminal.
Universitas Sumatera Utara
Pemanfaatan tanah di Kelurahan Pardede Onan hampir seluruhnya dimanfaatkan sesuai dengan penggunaannya, terdapat 19 bidang tanah yang tidak
dimanfaatkan sesuai dengan penggunaannya yaitu berupa tanah kosong seluas 21.209 M
2
. 5. Pemilikan Tanah Secara Absentee
Berdasarkan data alamat tempat tinggal pemilik tanah di Kelurahan Pardede Onan terdapat beberapa pemilikan tanah absentee, yaitu pemilik tanah yang
bertempat tinggal di luar atau tidak berbatasan langsung dengan kecamatan Balige kecamatan tempat letak tanah, yaitu tercatat sebanyak 19 bidang kepemilikan.
Tempat tinggal para pemilik tanah tersebut tersebar di beberapa kecamatan kota seperti Tarutung, Pematang Siantar, Medan, Jakarta. Luas pemilikan tanah absentee
tercatat seluas 5.446 M
2
, dengan jenis penggunaan tanah pertanian tanah basah sebanyak 3 bidang tanah seluas 447 M
2
, rumah dengan pekarang 1 bidang tanah seluas 1.232 M
2
, rumah tanpa pekarangan 12 bidang tanah seluas 3.473 M
2
, pasar toko, gudang, terminal 2 bidang tanah seluas 179 M
2
, tanah kosong 1 bidang tanah 115 M
2
. 6. Pemilikan Tanah Berlebih
Pemilik tanah paling luas tercatat di Kelurahan Pardede Onan adalah 7.602 M
2
terdiri dari 15 bidang pemilikan dengan jenis penggunaan tanah basah 23 bidang tanah 3.002 M
2
penggunaan tanah pertanian kering 1 bidang 85 M
2
, rumah tanpa pekarangan 7 bidang tanah 2.114M
2
, tanah kosong 5 bidang tanah 2.486 M
2
. Di
Universitas Sumatera Utara
Kelurahan Pardede Onan tidak ditemukan adanya indikasi pemilikan tanah yang berlebih.
D. Fungsi dan Manfaat Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah P4T.
Tanah sebagai sumber daya alam utama dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Semua rakyat memerlukan tanah untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing yang beraneka ragam. Tanah terdapat di seluruh wilayah negara dan dapat dipergunakan secara langsung dalam memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga
penguasaannya dapat diatur secara merata dan adil. Dengan demikian tanah berfungsi langsung dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
68
Untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, diperlukan komitmen politik yang sungguh-sungguh
untuk memberikan dasar dan arah bagi pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berkelanjutan dan ramah lingkungan. Sehubungan dengan itu
penyediaan, peruntukan, penguasaan, penggunaan dan pemeliharaannya perlu diatur, agar terjamin kepastian hukum dalam penguasaan dan pemanfaatannya serta
sekaligus terselenggara perlindungan hukum bagi rakyat banyak, terutama golongan petani, dengan tetap mempertahankan kelestarian kemampuannya dalam mendukung
kegiatan pembangunan yang berkelanjutan. Data P4T menjadi sangat penting sejalan dengan tekad bangsa Indonesia
untuk melaksanakan pembaruan agraria. Data P4T yang dikumpulkan secara
68
Boedi Harsono, Op. Cit, halaman 28.
Universitas Sumatera Utara
sistematis dan disajikan secara spasial sangat dibutuhkan, dalam pelaksanaan kebijakan di bidang Landreform. Tanpa adanya infomasi bidang demi bidang dalam
satu batas administrasi pemerintah tertentu desa kelurahan atau kecamatan sangat sulit untuk menemukan tanah-tanah objek Landreform.
Hasil akhir dari kegiatan pelaksanaan Inventarisasi dapat dikelompokkan menjadi 2 dua jenis yaitu :
69
1. Basis data P4T spasial dan tekstual yang mencakup data :
a. Penguasaan Tanah
b. Pemilikan Tanah
c. Penggunakan Tanah
d. Pemanfaatan Tanah
2. Hasil analisa berupa informasi P4T yang mencakup :
a. Tingkat ketimpangan penguasaan tanah
b. Tingkat ketimpangan pemilikan tanah
c. Kesesuaian penggunaan tanah dengan tata ruang
d. Tingkat pemanfaatan tanah
e. Potensi tanah-tanah obyek Landreform yang mencakup :
1. Tanah-tanah absentee
2. Tanah-tanah kelebihan maksimum
3. Tanah-tanah swapraja dan bekas swapraja yang telah beralih kepada
negara lainnya 4.
Tanah-tanah negara lainnya bekas tanah partikelir, HGU yang berakhir waktunya dibatalkan, tanah kehutanan yang diserahkan kepada negara
f. Potensi masalah Landreform
g. Daftar Tanah
Data dan informasi P4T dimanfaatkan sebagai sarana kerja utama dalam melaksanakan kebijakan pengaturan dan penataan pertanahan khususnya Landreform
yang mencakup : 1.
Redistribusi tanah 2.
Ganti rugi tanah obyek Landreform
69
Badan Pertanahan Republik Indonesia, Op. Cit, halaman 2.
Universitas Sumatera Utara
3. Penyelesaian masalah tanah obyek Landreform
4. Kegiatan sertifikasi lainnya, baik massal maupun sporadis.
Pengertian Landreform di Indonesia di bagi atas dua bagian, yaitu : 1.
Landreform dalam arti luas, yang dikenal dengan istilah Agrarian Reform Panca Program yang berisikan antara lain :
a. Pembaharuan Hukum Agraria.
b. Penghapusan hak-hak asing dan konsepsi-konsepsi kolonial atas tanah.
c. Mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur-angsur.
d. Perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-
hubungan hukum yang bersangkutan dengan penguasaan tanah. e.
Perencanaan, persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya serta penggunaannya secara berencana
sesuai dengan daya dan kesanggupan serta kemampuaannya. 2.
Landreform dalam arti sempit, menyangkut perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan yang bersangkutan dengan
pengusahaan tanah. Ketentuan ini akan digunakan dalam cara yang lebih terbatas yang mengarah pada program pemerintah menuju penataan kembali pemilikan
tanah. Pengertian Landreform menurut ketentuan UUPA adalah pengertian dalam
arti luas, dan rumusannya sesuai dengan pengertian Landreform yang dirumuskan oleh FAO Food and Agriculture Organization, yaitu suatu program tindakan yang
Universitas Sumatera Utara
saling berhubungan yang bertujuan untuk menghilangkan penghalang-penghalang di bidang ekonomi, sosial, yang timbul karena kekurangan-kekurangan yang terdapat
dalam struktur-struktur pertanahan.
70
Kebijakan Landreform pada saat sekarang dilaksanakan dengan melalui redistribusi tanah pertanian dan konsolidasi tanah baik perkotaan maupun pedesaan.
Redistribusi tanah pertanian dan konsolidasi tanah perkotaan dan konsolidasi tanah pedesaan pada intinya ditujukan untuk menata penguasaan tanah dan pemilikan tanah
menuju pada kondisi yang lebih adil serta penggunaan dan penggunaan tanah yang lebih optimal dan lestari.
Kegiatan redistribusi tanah pertanian mencakup kegiatan pendataan subjek dan objek tanah Landreform secara tepat, pembagian tanah pertanian kepada
penerimanya yang memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Konsolidasi tanah perkotaan maupun pedesaan mencakup penentuan
lokasi yang layak dikonsolidasikan, baik dari kelayakan kondisi bidang-bidang tanah, ketersediaan infra struktur perkotaan atau pertanian serta kesepakatan pemilik tanah,
penataan ulang bentuk-bentuk bidang serta fasilitas-fasilitas pendukung pemukiman atau pertanian, dan pemberian hak atas tanah kepada peserta konsolidasi sesuai
dengan hasil penataan.
71
70
Departemen Penerangan Republik Indonesia, sebagaimana dikutip oleh I Nyoman Budi Jaya, dalam Tinjauan Yuridis Tentang Redistribusi Tanah Pertanian dalam Rangka Pelaksanaan
Landreform, Liberty, Yogyakarta, 1989, halaman 10.
71
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Direktorat Konsolidasi Tanah Deputi Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan, Konsep Petunjuk Teknis Pelaksanaan Konsolidasi
Tanah, 2008, Jakarta, halaman 3.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan diadakannya program Landreform di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi 2 dua bagian yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus. Tujuan
Landreform secara umum adalah mempertinggi taraf hidup dan penghasilan petani penggarap sebagai landasan pembangunan ekonomi menuju masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila.
72
Dengan berlandaskan pada tujuan secara umum di atas maka Landreform di Indonesia diarahkan agar dapat mencapai 3 tiga aspek sekaligus sebagaimana yang
dinyatakan oleh Hustiati,
73
I Nyoman Budi Jaya
74
dan Chadidjah Dalimunthe
75
yaitu :
1. Tujuan Sosial Politis a. Memperbaiki keadaan sosial rakyat, dengan memperkuat hak milik serta
memberi isi dan fungsi sosial pada hak milik b. Memperbaiki produksi nasional khususnya sektor pertanian guna
mempertinggi penghasilan dan taraf hidup rakyat. 2. Tujuan Sosial Politis
a. Mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan tanah yang luas b. Mengadakan pembagian yang adil di atas sumber-sumber penghidupan rakyat
tani berupa tanah dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adil pula. 3. Tujuan Mental Psikologis
a. Meningkatkan kegairahan kerja bagi para petani penggarap dengan jalan memberikan kepastian hak mengenai pemilikan tanah.
b. Memperbaiki hubungan kerja antara pemilik tanah dan penggarapnya. Atas dasar hal tersebut maka sasaran yang akan dicapai adalah memberikan
pengayoman kepada para petani penggarap dalam usaha memberikan kepastian hukum dan kepastian hak dengan cara memberikan hak milik atas tanah yang telah
72
Boedi Harsono, Op.Cit, halaman 32.
73
Hustiati, Agraria Reform di Philipina dan Perbandingannya dengan Landreform di
Indonesia, CV Mandar Maju, Bandung, 1990, halaman 36.
74
I Nyoman Budi Jaya, Op. Cit, halaman 11.
75
Chadidjah Dalimunthe, Op. Cit, halaman 43-44.
Universitas Sumatera Utara
digarapnya. Sebagai pengakuan adanya hak milik perseorangan atas tanah, maka kepada pemilik yang tanah-tanahnya diambil oleh Pemerintah diberikan ganti
kerugian menurut ketentuan yang berlaku. Tujuan
Landreform sebagaimana tersebut di atas, apabila dikaitkan dengan tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, jelas sangat mendukung, kaitan itu nampak pula dari
ketentuan Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber pengaturan soal keagrariaan sumber UUPA, dimana dalam UUPA sendiri dimuat asas-asas dan
ketentuan-ketentuan pokok landreform. Tanah-tanah yang akan dijadikan objek Landreform tanah-tanah yang
dibagikan baik melalui distribusi maupun redistribusi tanah adalah tanah-tanah pertanian, diperluas cakupannya tidak hanya tanah kelebihan dari batas maksimum
dan absentee , tanah bekas swapraja, tetapi memerinci ’tanah negara lainnya” sebagaimana dimaksud Pasal huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 224 tahun 1961.
Dengan perluasan cakupan ini diharapkan akan diperoleh lebih banyak lagi tanah- tanah yang akan dijadikan objek Landreform , untuk selanjutnya dibagikan kepada
para penerima yang memenuhi persyaratan. Mengenai tanah absentee, banyak pihak yang mengatakan bahwa dewasa ini,
dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi ketentuan ini sudah tidak relevan lagi, apalagi batasnya cuma wilayah kecamatan. Dengan pertimbangan
prinsip keadilan dan tanah pertanian harus dikerjakan sendiri oleh pemiliknya Pasal
Universitas Sumatera Utara
10 UUPA, serta semakin meningkatnya absenteisme baru maka ketentuan absentee masih perlu dipertahankan.
Defenisi ”absentee” dirumuskan kembali khususnya mengenai ” bukti”
bahwa seseorang berdomisili di suatu tempat, tidak lagi semata-mata berdasarkan atas Kartu Tanda Penduduk KTP, yang dengan mudah dapat diperoleh untuk
menghindari ketentuan absentee, melainkan lamanya seseorang menghabiskan waktunya di suatu tempat.
Data P4T juga bermanfaat dalam percepatan penyusunan data penguasaan tanah dalam rangka menunjang percepatan pensertifikatan tanah sehingga punya
kepastian hukum kepemilikan yang jelas. Peluncuran program tersebut sebenarnya membantu meringankan masyarakat kurang mampu yang ingin mengurus sertifikat
tanah yang dimiliki. Dengan P4T pengurusan sertifikat tanah akan jauh lebih murah karena ongkos ukur dibiayai pusat. Kegiatan tersebut mempermudah masyarakat
dalam pengurusan hak atas tanahnya. Kantor pertanahan akan melakukan pengukuran dan mengidentifikasikan tanpa memungut biaya. Akan lebih bermanfaat lagi apabila
data P4T tersebut dibuat peta dasar skala besar dan peta bidang-bidang tanah maupun peta tematik
76
lainnya secara digital. Dalam hal ini Pemerintah memprioritaskan kegiatan Deputi Survei, Pengukuran dan Pemetaan. Peta dasar dan peta bidang-
bidang tanah yang dibuat oleh BPN dapat pula dimanfaatkan oleh instansi lain seperti Kantor Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Dinas Tata Kota, Perusahaan Gas, Air
76
Gambaran permukaan bumi pada bidang datar yang menyajikan tema tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Minum, PLN, Kependudukan dan Kantor Pos untuk menunjang kode pos. Penerbitan Peta digital tersebut sangat diperlukan dalam rangka mengembangkan sistem
geografis dan sistem informasi di bidang pertanahan untuk terciptanya Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional Simtanas yang berbasis bidang
tanah.
77
Data Inventarisasi dan Registrasi P4T juga bermanfaat bagi peningkatan Pendapatan Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah. Dari data tersebut akan
diperoleh nama-nama pemilik suatu objek PBB termasuk yang berkewajiban untuk melakukan pembayaran PBB. PBB salah satu sumber Pendapatan Daerah tetapi
bukan termasuk sumber Pendapatan Asli Daerah PAD. PBB merupakan pajak Pusat, sedangkan Daerah hanya menerima bagian dari pajak tersebut sebagai dana
perimbangan. Hal tersebut diatur Pasal 157 UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 12 ayat 1, 2, 3 dan ayat 6 UU No. 33 Tahun
2004 Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah. Pasal 157 UU No, 32 Tahun 2004 menentukan : Sumber pendapatan daerah terdiri
atas pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu a. hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-
lain PAD yang sah, b. Dana perimbangan, c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pasal 12 ayat 1, 2, 3, 6 UU No. 33 Tahun 2004 menentukan :
77
Hasil wawancara dengan Bapak Harlen Sihotang selaku Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir, Balige, 5 Juni 2009.
Universitas Sumatera Utara
1 Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB dan BPHTB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat 2 huruf a dan huruf b dibagi antara daerah provinsi, daerah kabupatenkota, dan Pemerintah.
2 Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB sebesar 90 sembilan puluh persen
untuk Daerah dengan rincian sebagai berikut: a.
16,2 enam belas dua persepuluh persen untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah provinsi;
b. 64,8 enam puluh empat delapan persepuluh persen untuk daerah
kabupatenkota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah kabupatenkota; dan
c. 9 sembilan persen untuk biaya pemungutan.
3 10 sepuluh persen bagian Pemerintah dari penerimaan PBB dibagikan kepada
seluruh daerah kabupaten dan kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan, dengan imbangan sebagai berikut:
a.
65 enam puluh lima persen dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten dan kota; dan
b. 35 tiga puluh lima persen dibagikan sebagai insentif kepada daerah
kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapaimelampaui rencana penerimaan sektor tertentu.
4 Penyaluran Dana Bagi Hasil PBB dan BPHTB sebagaimana dimaksud pada ayat
3 dan ayat 4 dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian penetapan objek pajak, dasar pengenaan pajak, tarif pajak dan teknis pemungutan diatur dan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Sedangkan
Pemerintah Daerah tidak terlibat secara langsung dalam hal tersebut. Keterlibatan Pemerintah Daerah hanya dalam membantu mengintensifkan pemungutan PBB
dengan melibatkan perangkat daerah.
Berdasarkan hasil kegiatan Inventarisasi dan Registasi P4T di Kelurahan Balige I, Kelurahan Balige III, Kelurahan Lumban Dolok Haumabange, Kelurahan
Napitupulu Bagasan, Kelurahan Pardede Onan, tata letak bidang tanah tidak teratur baik bentuk mapun letaknya. Hal tersebut untuk memberi peluang untuk pelaksanaan
konsolidasi dengan tujuan agar tata letak dan bentuk bidang tanah menjadi lebih
Universitas Sumatera Utara
teratur, lengkap dengan sarana dan fasilitas pendukungnya, dalam rangka pembangunan kelurahan-kelurahan tersebut, khususnya di bidang pertanahan yang
merupakan pelaksanaan Landreform, karena konsolidasi tanah merupakan salah satu instrumen pelaksanaan Landreform.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KENDALA DALAM PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN REGISTRASI
PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH P4T DI KANTOR PERTANAHAN
TOBA SAMOSIR A. Kendala Hukum atau Yuridis Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T.
Kebijakan politik hukum Agraria Hukum Tanah harus bertitik tolak untuk melaksanakan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang menegaskan bahwa tujuan
dikuasainya bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya oleh negara adalah guna mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sehingga diletakkan
dasar-dasar penyusunan hukum Agraria hukum tanah merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat.
Kebijakan pembangunan berlandaskan pada pendayagunaan potensi dalam negeri, yang berpihak kepada rakyat banyak.
78
Pengembangan hukum tanah nasional diarahkan untuk menghasilkan produk hukum yang mampu mengatur tugas umum pemerintahan dan penyelenggaraan
pembangunan nasional, didukung oleh aparatur yang bersih, berwibawa, penuh pengabdian, sadar dan taat hukum, mempunyai rasa keadilan sesuai dengan
kemanusiaan serta profesional, efesien dan efektif, dilengkapi sarana dan prasarana
78
Alvi Syahrin, Beberapa Masalah Hukum, PT Sofmedia, Medan, 2009, halaman 16-17.
Universitas Sumatera Utara
hukum yang memadai, serta mengembangkan masyarakat yang sadar dan taat hukum.
79
Hukum atau peraturan tentang Agrarian Reform terutama Tap MPR No. IX MPR 2001, belum menjadi produk hukum yang dipedomani. Belum ditemukan
adanya kebijakan pemerintah yang secara langsung berupaya untuk memperbaiki sistem agraria secara komprehensif.
80
Oleh karena itu secara material aturan mengenai program Inventarisasi dan Registrasi P4T seharusnya diharapkan dapat mempercepat tercapainya tujuan
program Inventarisasi P4T yaitu terdatanya seluruh bidang-bidang tanah di seluruhnya di Indonesia khususnya di kelima kelurahan tersebut dan pada akhirnya
mempercepat pendaftaran tanah di Negara ini. Banyak masyarakat kurang mengerti tentang aturan dari Inventarisasi dan
Registrasi P4T, bahkan manfaat, tujuan dari program tersebut. Masyarakat pada awalnya sudah apatis dengan program-program pemerintah, bahkan masyarakat
memprediksi akan dikenakan biaya untuk program ini, Pemerintah tidak mungkin mau rugi dalam hal untuk kepentingan rakyat.
81
Hal ini terjadi karena masyarakat pada saat sosialisasi yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir
banyak yang tidak hadir. Sebahagian masyarakat yang ikut sosialisasi, dan mengerti akan maksud dan tujuan dari program Inventarisasi P4T tersebut.
79
Tim BPHN, Penyusunan Konsep Pembangunan Bidang Hukum Repelita VII”, Makalah Utama, Lokakarya Pembangunan Bidang Hukum Repelita VII, 1997, Jakarta, halaman 2.
80
Hasil wawancara dengan Bapak Harlen Sihotang selaku Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir, Balige, Tanggal 5 Juni 2009.
81
Hasil wawancara dengan beberapa masyarakat, Kelurahan Balige I, Balige II, Lumban Dolok Haumabange, Pardede Onan, dan Napitupulu Bagasan, 13 Juni 2009.
Universitas Sumatera Utara
B. Kendala Budaya atau Masyarakat Dalam Pelaksanaan Inventarisasi P4T.
Hukum tidak dapat dipisahkan dari kultur, sejarah dan waktu dimana manusia sedang berada law is not separate from the culture, history and time in which it
exist. Setiap perkembangan sejarah dan sosial, harus diimbangi dengan perkembangan hukum, karena setiap perubahan sosial pada dasarnya akan
mempengaruhi perkembangan hukum social movement effect the development of law.
82
Pelaksanaan Inventarisasi dan Registrasi P4T tersebut terlebih dahulu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat di lima kelurahan yang bersangkutan dengan
bantuan Lurah dari kelima kelurahan tersebut. Sebelum sosialisasi dilaksanakan, kelima lurah dimaksud mengundang seluruh masyarakatnya. Setiap kelurahan
minimal harus hadir pada saat sosialisasi 40 empat puluh orang. Masyarakat diundang melalui bantuan Lurah yang bersangkutan. Kantor
Pertanahan kabupaten Toba Samosir melalui Tim Pelaksana Program Inventarisasi melakukan sosialisasi. Kemudian menjelaskan maksud, tujuan dan kegunaan dari
Program P4T ini kepada masyarakat. Pada saat sosialisasi dilaksanakan masyarakat yang diundang sebahagian besar tidak datang sehingga pada saat pelaksanaan
program dimaksud terkendala terutama di pengukuran dan pendataan.
82
M.Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum, Buku Kedua, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1997, halaman 54-55.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan akhir dari Program Inventarisasi dan Registrasi P4T adalah terdaftarnya seluruh bidang-bidang tanah, khususnya di daerah yang ditetapkan
sebagai lokasi Inventarisasi P4T. Khusus untuk Provinsi Sumatera Utara, kendati masih ada dijumpai tanah adat dan hak ulayat, seperti di Kabupaten Karo dikenal
tanah milik bersama dari suatu marga yang dinamakan tanah kesain, di Kabupaten Tapanuli Selatan dikenal dengan istilah torluk atau tanah sepanjang banua sadesa,di
Kabupaten Dairi disebut dengan dan di Kabupaten Tapanuli Utara dikenal dengan sebutan tanah marga tanah marga tanah partuanan atau parhutaan.
83
Dulunya, jika dikaji riwayat kepemilikan tanah yang didasarkan pada Hukum Adat, maka pendaftaran tanah tidak merupakan keharusan. Kegiatan semacam
pendaftaran tanah di masyarakat adat hanya untuk kepentingan pemungutan pajak, sehingga pendaftaran masih diabaikan dan dianggap tidak menjadi penting, tidak
dianggap sebagai kewajiban yang dapat memberikan manfaat bagi hak atas tanah masyarakat. Apalagi kepemilikannya semula adalah kepemilikan yang bersifat
kolektif maka bukti hak tidak menjadi sangat perlu. Sehingga pada kepentingan untuk kepastian hukum tidak terwujud dengan baik.
84
Akan tetapi sekarang ini hak komunal sudah mulai terindividualisasi sehingga dibutuhkan pendaftaran tanah untuk
terwujudnya kepastian hukum atas kepemilikan tanahnya.
83
Kanwil BPN Provinsi Sumatera Utara, Pelaksanaan, Permasalahan dan Pemecahan
Masalah Tanah Adat Komunal di Provinsi Sumatera Utara, Makalah, tanggal 30 Agustus 1996, halaman 15-20.
84
Hans Dieter Evers, Sosiologi Perkotaan, Urbanisasi dan Sengketa Tanah di Indonesia dan Malaysia, LP3ES, Jakarta, 1982, halaman 196-197.
Universitas Sumatera Utara
Budaya masyarakat yang menganggap bahwa kepemilikan secara hukum adat dan penguasaan secara fisik sudah cukup untuk membuktikan kepemilikannya, akan
tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan dalam lalu lintas ekonomi sangat diperlukan alat bukti yang sah atas kepemilikan, maka di berapa Kelurahan
terjadi sengketa kepemilikan atas bidang tanah. Bahkan sengketa sampai ke tingkat ke Pengadilan, dan pada saat Inventarisasi P4T dilakukan belum adanya putusan atas
kepemilikan bidang tanah dimaksud.
85
Pada saat sosialisasi masyarakat banyak yang tidak datang dengan alasan ke luar kota. Sebagian masyarakat menyatakan tidak hadir pada saat sosialisasi karena
ragu-ragu akan program Inventarisasi dan Registrasi P4T yang akan dilaksanakan karena informasi mengenai program tersebut tidak jelas. Demikian halnya pemilik-
pemilik tanah yang termasuk tanah absentee karena pemilik tanah yang bersangkutan pada umumnya berdomisili di Luar Kabupaten Toba Samosir seperti di Pematang
Siantar, Medan Jakarta, Bandung, Balik Papan, dan lain-lain. Masyarakat tidak hadir pada saat pengukuran dan pendataan bidang-bidang
tanah karena menurut masyarakat program ini kurang bermanfaat karena hanya sebatas pengukuran dan pendataan bahkan mencurigai makna dan manfaatnya yang
pada akhirnya merugikan masyarakat. Bahwa tujuan akhir dari program adalah untuk pendaftaran tanah dimana biaya pendaftaran tanah dibebankan pada masyarakat yang
85
Hasil wawancara dengan Bapak Halomoan Nainggolan sebagai Kasie PPP di Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir, Balige, tanggal 4 Juni 2009.
Universitas Sumatera Utara
punya bidang tanah yang akan didaftar. Hal tersebut menjadi kendala yang dihadapi oleh Tim Pelaksana Inventarisasi dan Registrasi P4T.
Masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat Kelurahan Balige I, Balige III, Lumban Dolok Haumabange, Pardede Onan dan Napitupulu Bagasan tidak
mengerti akan peraturan tentang absentee, sehingga kepemilikan tersebut tidak dialihkan sebagaimana yang diinginkan oleh peraturan perundang-undangan.
Kendala lain yang dihadapi Tim Pelaksana adalah pada saat Inventarisasi atau pengukuran belum dilakukan pembagian tanah warisan oleh para ahli waris juga
adanya konflik batas antara bidang tanah yang berdekatan tetangga. Hal tersebut memperlambat kerja dari Tim Pelaksana di lapangan pada saat pengukuran.
C. Kendala Pembiayaan Pelaksanaan Inventarisasi P4T.
Tahun anggaran 2008, kegiatan Inventarisasi P4T menjadi tupoksi Kantor Wilayah BPN Provinsi. Kegiatan ini dilaksanakan di 33 Provinsi. Anggaran yang
tersedia untuk kegiatan Inventarisasi data P4T Tahun Anggaran 2008 sesuai Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA Tahun 2008 adalah sebesar Rp. 37.500.000,-
Tiga puluh tujuh lima ratus ribu rupiah per desa kelurahan dengan target 500 sd 550 bidang.
Pelaksanaan Anggaran Inventarisasi P4T Tahun 2008 dapat dilakukan dengan 2 dua cara :
a. Apabila target di suatu Kantor Wilayah Provinsi cukup besar, maka sebagian
anggaran kegiatan ini dibuatkan SKPA Surat Kuasa Penggunaan Anggaran ke kantor pertanahan lokasi kegiatan, terutama anggaran kegiatan lapangan. Untuk
itu dapat berhubungan dengan bagian keuangan baik di lingkungan kantor
Universitas Sumatera Utara
Wilayah maupun dapat berkonsultasi langsung ke Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran Pusat.
b. Apabila target di suatu kantor wilayah Provinsi tidak terlalu besar, maka tidak
perlu dibuatkan SKPA ke kantor pertanahan lokasi kegiatan, tetapi biaya supervisi di kantor wilayah harus direvisi menjadi biaya monitoring pembinaan
pelaksanaan Inventarisasi P4T, karena pada prinsipnya tidak dapat mensupervisi kegiatan yang dilaksanakan sendiri.
Pedoman atau bahan rincian secara garis besar tolak ukur Inventarisasi P4T adalah sebagai berikut :
a. Bahan-bahan
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya-biaya untuk pembelian bahan- bahan yang diperlukan dalam melaksanakan inventarisasi P4T.
b. Pengumpulan Data Sekunder Yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya-biaya untuk mengumpulkan
data tingkat desa kelurahan serta instansi terkait lainnya. c.
Inventarisasi data P4T Yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya-biaya untuk mengumpulkan
data P4T seluruh bidang tanah yang terdapat dalam desa kelurahan yang diinventarisasi.
d. Lain-lain Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
1. Biaya penunjukan batas
2. Biaya untuk pensosialisasian kegiatan Inventarisasi P4T.
86
Berdasarkan Surat Keputusan Ka. BPN No. 410.868 tanggal 7 Mei 2008 ditetapkan lokasi kegiatan Inventarisasi dan Registrasi P4T untuk Kanwil BPN
Provinsi Sumatera Utara adalah di Kelurahan Balige I, Kelurahan Balige III, Kelurahan Hauma Bange, Kelurahan Napitupulu Bagasan, Kelurahan Perdede Onan
Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, kegiatan tersebut akan dilaksanakan satu bulan setelah keluarnya Surat Keputusan dimaksud. Sebelum Kegiatan
Inventarisasi dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pensosialisasian kegiatan inventarisasi P4T kepada masyarakat.
86
Badan Pertanahan Nasional, halaman 15-17.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena biaya yang dibutuhkan belum dicairkan oleh Kantor Kanwil BPN Sumatera Utara maka pensosialisasian dan kegiatan dimaksud belum dapat
direalisasikan sesuai dengan yang direncanakan yaitu awal bulan Juni 2008, sehingga kegiatan ini terkendala sampai bulan Juli. Biaya yang diperlukan dilapangan melebihi
dari yang diprediksi atau yang direncanakan. Kekurangan biaya juga menyebabkan sarana, prasarana dan infrastruktur belum memenuhi kebutuhan
Untuk mempercepat pelaksanaan Inventarisasi P4T sangat dibutuhkan alat ukur dan perekam data lapangan, sarana dan alat pengolah data serta sarana mobilitas,
merupakan unsur lain yang menentukan kinerja BPN RI. Berdasarkan kondisi yang ada, sebagian besar sarana penunjang kerja khususnya alat ukur dan perekam data
lapangan, perlu diganti dengan peralatan baru. Akan tetapi karena biaya belum terpenuhi maka alat ukur dan perekam data lapangan belum canggih, sehingga
kegiatan ini selesai tidak seperti yang direncanakan. Mengingat hanya dokumen pertanahan yang berbahan dasar kertas paper
base, dalam berbagai jenis dan ukuran masih merupakan alat bukti yang diakui oleh pengadilan. Tempat penyimpanan dokumen merupakan salah satu kebutuhan
pokok bagi pelaksanaan tugas pertanahan. Sampai saat ini baru sekitar 10 Kantor Pertanahan yang telah memiliki tempat penyimpanan dokumen gedung arsip
pertanahan yang layak.
87
Termasuk Kantor Pertanahan Toba Samosir belum memiliki tempat penyimpanan dokumen gudang arsip karena Toba Samosir merupakan
87
http:www. radarinvestigasi.blogspot.com, diakses tanggal : 6 Juli 2009.
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 1998, sehingga masih dalam tahap pembangunan.
Program kegiatan ini direncanakan dilaksanakan di 5 lima kelurahan, yang pelaksanaannya dimulai pada Juni 2008 dan akan selesai pada Januari 2009 akan
tetapi kegiatan tersebut rampung sampai April 2009 pada kelima kelurahan dimaksud.
88
D. Kendala Pelaksana dari Pelaksanaaan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah P4T.
Kegiatan Inventarisasi P4T merupakan bagian dari fortopolio BPN RI yang dalam pelaksanaannya di lapangan bersifat partisipatif dan dapat merupakan kegiatan
pemberdayaan masyarakat dengan batasan tertentu. Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur kunci dalam pelaksanaan tugas-tugas pertanahan. Sesuai tugas pokok
dan fungsi BPN RI khususnya dalam rangka pelaksanaan administrasi pertanahan, salah satu kelompok kompetensi yang mempengaruhi kinerja adalah petugas
lapangan khususnya juru ukur. Demi kelancaran tugas, disusun organisasi pelaksana seperti gambar 2 berikut :
88
Hasil wawancara dengan Bapak Halomoan Nainggolan selaku Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan Kasie P PP Kantor Pertanahan Kabupaten Toba Samosir, Balige, 4 Juni
2009.
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2 Organisasi Pelaksana Kegiatan Inventarisasi P4T
Keterangan : 1.
---------Garis Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan.
2. Garis Perintah.