menjembatani teori fungsional dan teori konflik, hal itu terlihat dari fokus perhatiannya terhadap fungsi integratif konflik dalam sistem sosial. Coser sepakat
pada fungsi konflik sosial dalam sistem sosial, lebih khususnya dalam hubungannya pada kelembagaan yang kaku, perkembangan teknis, dan
produktivitas, dan kemudian konsern pada hubungan antara konflik dan perubahan sosial.
2.2 Hubungan Kerja
Hubungan kerja pada dasarnya adalah proses terbinanya komunikasi, konsultasi musyawarah serta berunding dan ditopang oleh kemampuan dan
komitmen yang tinggi dari semua elemen yang ada di dalam perusahaan. Undang- undang ketenagakerjaan telah mengatur prinsip-prinsip dasar yang perlu
dikembangkan dalam bidang hubungan kerja. Arahnya adalah untuk menciptakan sistem dan kelembagaan yang ideal, sehingga tercipta kondisi kerja yang
produktif, harmonis, dinamis, dan berkeadilan. Hubungan industrial juga mencakup hal yang dikaitkan dengan interaksi manusia di tempat kerja. Dalam hal
ini bisa terjadi berbagai gejolak dan permasalahan. Dampaknya adalah akan mengganggu suasana kerja Sutedi,2009:23.
Pengusaha, pekerja atau buruh dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja. Kegiatan-kegiatan positif dapat
menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja, antara lain pengaturan waktu kerja, penghematan, pembenahan metode kerja dan memberikan pembinaan
kepada pekerja atau buruh. Pemutusan hubungan kerja merupakan tindakan
Universitas Sumatera Utara
terakhir, apabila segala upaya pencegahan telah gagal, baru pemutusan hubungan kerja boleh di lakukan. Pemutusan hubungan kerja ini merupakan keadaan yang
dapt membawa pengaruh serta akibat ekonomis dan psikologis bagi yang mengalaminya ataupun keluarganya. Namun dalam kenyataannya keadaan ini
sulit untuk dicegah sepenuhnya, sehingga diperlukan pihak lain untuk mengaturnya agar tidak ada yang dirugikan. Oleh karena itu perlu dijaga
keseimbangan antara kepentingan buruh di satu pihak dan kepentingan pengusahan di pihak lainnya Sunindhia:1988
Keberadaan buruh kontrak di berbagai perusahaan saat ini mengundang perhatian serius terhadap penghasilan dan kesejahteraannya. Hal ini dikarenakan
apabila terjadi hubungan kerja oleh perusahaan, maka buruh kontrak tidak mendapat hak-hak normatif sebagaimana layaknya tenaga kerja atau buruh biasa,
walaupun masa kerja sudah bertahun-tahun. Masa kerja buruh kontrak tidak merupakan faktor penentu, karena setiap tahun kontrak kerjasama dapat
diperbaharui, sehingga masa pengabdian dimulai lagi dari awal saat terjadi kesepakatan kontrak kerja antara perusahaan dengan buruh.
Menurut Lewis Coser, kekerasan yang terjadi merupakan bentuk konflik yang memiliki makna positif bagi struktur sosial dan kelompok sosial. Salah
satunya adalah fungsi pendefinisian kelompok. Dengan adanya konflik, maka akan memperjelas identitas dan batas dengan kelompok sosial lainnya. Kalau kita
percaya dengan perspektif Coser, maka sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kekerasan dan konflik yang berlangsung saat ini, karena
semuanya merupakan proses alami dalam rangka keseimbangan struktur sosial.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah tenaga kerja yang cukup banyak membuat buruh mengembangkan rasionalitas safety first dalam artian buruh tidak berani untuk memprotes dan
meminta kenaikan gaji atau standar UMR dari pihak perusahaan, hal ini dapat dilihat dalam sistem perburuhan outsoursing dan kontrak dimana posisi buruh
harus tunduk dan pasrah dengan kondisi yang dialami. Ketika buruh mengadakan protes akan berakibat padapemberhantian secara langsung oleh manajemen
perusahaan outsourcing atau kontrak. Digantikan oleh tenaga-tenaga kerja lainnya sebagai tentara-tentara cadangan. Ada beberapa alasan buruh mengembangkan
rasionalitas safety first. Buruh bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok, sehingga mereka sangat menjaga untuk meminimalkan resiko serta mendahulukan
selamat, beberapa faktor tersebut yaitu : 1.
Kuatnya cengkeraman kapitalisme Buruh berada dalam posisi dikuasai oleh pihak kapitalis, sehingga kondisi ini membuat buruh stagnan tidak berani untuk
melakukan aksi apapun dalam menuntut haknya, karena kuatnya cengkraman tangan kapitalisme tersebut. Disinilah muncul alienasi dan nilai surplus dalam
istilah Marx. Salah satu kondisi buruh di Indonesia yaitu buruh kehilangan kesempatan untuk menyalurkan dan mengontrol sendiri hasilnya kerjanya. Dalam
bahasa Marx, buruh teralienasi dari aktivitas produktif, dalam pengertian bahwa buruh tidak bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka, melainkan mereka
bekerja untuk kapitalis . Cengkeraman yang kuat inilah yang mengharuskan buruh mengembangkan
rasionalitas safety first atau bisa disebut juga sebagai tindakan untuk
Universitas Sumatera Utara
mendahulukan selamat dan meminimalkan resiko dan menerima apa adanya yang diharuskan oleh perusahaan atau industri.
2. Buruh yang tersedia cukup banyak
Banyaknya ketersedian buruh di Indonesia sebagai tentara cadangan, mengakibatkan harga buruh murah. Kondisi ini mengakibatkan kesejahteraan
buruh dalam batas mininum yaitu hanya untuk bertahan dalam batas subsistensi. Kondisi inilah yang membuat buruh pasrah pada kemauan kapitalis, karena
dengan bekerja mereka sudah sangat diuntungkan karena dapat memenuhi kebutuhan minimum tersebut. Hal inilah yang akan berakibat pada stagnannya
gerakan buruh, karena kesadaran kelas tidak akan muncul ketika buruh patuh dan tunduk pada kepentingan pokoknya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian