Hubungan Kerja Antara PT Supraco Indonesia dan PT CPI

menejen, baru saya bilang kepada mereka. Apakah memang benar apa yang mereka katakan atau yang mereka adukan kepada saya. Dan tentu saja jika benar saya pasti akan meminta penjelasan dari mereka. Ya, selama saya tidak sibuk, mereka dapat sebelumnya menelfon atau sms ke saya apakah saya bisa bertemu mereka atau tidak. Saya sih welcome aja”. Budi Arief, Team Leader contract owner PT CPI, 2011 Begitu juga yang dikatakan oleh salah satu pegawai kontrak yang kebetulan letak ruanganya berada satu kantor dengan contract owner : “Pak Budi orangnya baik. Dia mau berbicara dengan kami, walaupun kami hanya pegawai kontrak. Dan juga kami diberi ruangan untuk kami bekerja. Ya, walaupun ruangannya sempit tapi nggak masalah”. Wawancara dengan Munar, Data Menejemen, 2011

4.7. Hubungan Kerja Antara PT Supraco Indonesia dan PT CPI

Hubungan kerja antara buruh dengan pengusaha terjadi apabila kedua belah pihak sepakat untuk mengikatkan diri satu sama lain yang tertuang dalam perjanjian kerja. Hubungan kerja dalam peraturan perundang-undangan telah jelas diatur sedemikian rupa sehingga dalam membuat perjanjian kerja, kedua belah pihak harus mengacu pada peraturan yang berlaku. Demikian juga halnya dengan waktu kerja dan waktu istirahat, sehingga buruh dan pengusaha mengetahui hak dan kewajibannya. Perjanjian Kerja dibuat atas dasar Pasal 52 UU 132003: 1. Kesepakatan antara kedua belah pihak. 2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum. Universitas Sumatera Utara 3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan. 4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada dasarnya Perjanjian Kerja harus dibuat berdasarkan kesepakatan antara buruh dengan pengusaha dalam kedudukannya yang setara, dalam keadaan bebas dari segala bentuk tekanan untuk membuat perjanjian kerja tersebut, memuat hak dan kewajiban yang seimbang antara buruh dengan pengusaha. Perjanjian Kerja yang dibuat tidak berdasarkan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 52 tersebut diatas dengan sendirinya batal demi hukum atau dapat dibatalkan. Perjanjian Kerja tidak dapat ditarik kembalidibatalkan danatau diubah kecuali atas persetujuan buruh dengan pengusaha. Berikut ini, hasil wawancara dengan pihak contract owner tentang hubungan kerja yang dijalin oleh pihak PT CPI dengan PT Supraco Indonesia : “Ini kali kedua Supraco bisa bekerjasama dengan kami kembali. Sejauh ini, PT Supraco mempunyai kinerja yang bagus dalam bekerja. Saya biasa menyebut pegawai Supraco sebagai mitra kerja. Saya nggak bisa menyebut mereka sebagai buruh kontrak. Karena pada dasarnya saya dan mereka juga sama-sama sebagai pegawai. Cuman ya yang membedakan hanya saya pegawai tetap, sedangkan mereka statusnya kontrak. Saya kandang-kadang juga mengecek mengenai pekerjaan mereka di lapangan. Dan saya tidak lupa juga menanyakan apakah ada kendala selama mereka bekerja. Saya juga sebisa mungkin menjaga hubungan kerja yang baik dengan para mitra kerja saya. Hubungan ini saya jalin gunanya agar perusahaan mana saja yang bermitra kerja dengan kami, merasa nyaman mereka bekerja. Dan juga tidak lupa pula, mereka harus memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus mitra kerja penuhi”. Wawancara dengan Budi Arief, 2011 Universitas Sumatera Utara Tidak jauh berbeda juga dengan apa yang dikatakan pihak Supraco sendiri. Sesuai dengan hasil wawancara dengan Project Advisor di PT Supraco Indonesia berikut ini : “Hubungan kerja antara Supraco dengan CPI yaitu hubungan bussines partner. Dimana Chevron sebagai user sedangkan Supraco sendiri sebagai pelaksanapenerima pekerjaan. Kami ada serangkaian pekerjaan yang sudah menunggu kami selama satu minggu ke depan. Bahkan ada jadwal work order yang telah selesai dipersiapkan”. Wawancara dengan Marsinal Djamaan,2010 4.8.Permasalahan yang Terjadi Antara Pegawai Kontrak dengan Perusahaan PT CPI dan PT Supraco Indonesia Hukum yang berlaku dan penyelesaian perselisihan : 1. Hukum yang berlaku Kontrak ini tunduk kepada dan ditafsirkan berdasarkan ketentuan hukum RI, tanpa memandang pilihan hukum peselisihannya. Konvensi PBB tentang kontrak- kontrak penjualan barang-barang, 1980 dikenal sebagai “Vienna Sales Convention” tidak berlaku pada kontrak ini. 2. Penyelesaian perselisihan-perselisihan Para pihak secara eksklusif dan final, harus menyelesaikan perselisihan maupun diantara mereka yang menggunakan negosiasi langsung, mediasi dan arbitrase, sebagaimana diatur di dalam pasal 17, kecuali diizinkan dalam pasal 13 ayat 6. Universitas Sumatera Utara 3. Negosiasi langsung Jika timbul perselisihan, satu pihak dapat memulai proses penyelesaian dengan memberi pemberitahuan yang menjelaskan secara tertulis dan rinci masalah-masalah dalam perselisihan dan nilai tuntutan ke pihak lain. Suatu pertemuan antara para pihak, yang dihadiri oleh individu yang mempunyai wewenang memutuskan, harus berlangsung dalam waktu tiga puluh hari sejak pemberitahuan dikirimkan, dalam rangka menyelesaikan perselisihan melalui negosiasi langsung. 4. Mediasi Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan dengan negosiasi-negosiasi langsung dalam waktu 30 hari sejak proses penyelesaian di mulai, maka salah satu pihak dapat memulai mediasi dengan memberikan pemberitahuan kepada pihak lain. Tempat mediasi harus di Jakarta, Indonesia. 5. Arbitrase 6. Penegakan Para pihak melepas tanpa dapat dicabut kembali setiap hak mereka untuk banding, pemeriksanaan kembali penyerahan dalam bentuk apapun ke pengadilan manapunperadilan lain yang berwenang, sejauh pelepasan demikian itu dibuat secara sah. 7. Kerahasiaan Setiap perselisihan dan segala negosiasi, mediasi dan acara arbitrase antara para pihak sehubungan dengan setiap perselisihan harus dirahasiakan dan tidak akan diungkapkan kepada pihak ketiga manapun. Universitas Sumatera Utara Seperti akhir-akhir ini, baru saja Supraco mengadakan kerja kontrak yang baru, telah ada beberapa masalah. Seperti yang dikatakan oleh Manurung yang berprofesi sebagai supir. Berikut wawancaranya : “Baru ini saya gaji saya segini. Waktu di tempat kerja yang lama, saya dihitung dua belas jam kerja. Sekarang, banyak kali duit saya yang kurang. Belum lagi banyak kawan- kawan yang gajinya salah dikasi. Bahkan ada yang sampai dua kali terima gaji. Kalo kayak gitu ceritanya enaklah. Sukur-sukur nggak ketahuan perusahan”. Wawancara dengan Manurung, 2011 Tidak hanya Manurung saja yang merasa dirugikan. Banyak lagi karyawan kontrak yang merasa haknya tidak diberikan. Bahkan karyawan-karyawan ini sempat melakukan mogok kerja agar hak-hak mereka segera terpenuhi. Seperti wawancara di bawah ini : “Kalau tuntutan kita tidak terpenuhi, besok kami mau mogok kerja aja. Kami mau tau penjelsan pihak menejemen mengenai gaji kami yang diberikan. Kalau perlupun, kami mogok seharian. Biar sekalian pihak Chevron datang dan tau apa yang sedang terjadi saya yakin kalau sampai Chevron datang, masalah akan selesai”. Wawncara dengan Sari Dwifanora, 2011 Pihak contract owner yang mendengar berita tentang pemogokan ini, besoknya langsung memanggil perwakilan pihak dari Supraco untuk datang dan membicarakan apa yang sedang terjadi. Berikut wawancara peneliti setelah pertemuan antara pihak contract owner dan pihak menejemen dari Supraco : “Saya tahu masalah demo kemarin. Makanya saya memanggil pak Jait ke kantor. Saya rasa itu hanyalah masalah komunikasi saja. Karena peraturan masalah gaji yang banyak salah ditanggapi oleh pegawai kontrak. Tetapi tadi saya sudah mendapat penjelasan dari pihak menejemen Universitas Sumatera Utara kalau masalah gaji ini akan diselesaikan dalam waktu dua minggu. Dan juga saya mengharapkan kepada mereka agar tidak lagi sampai kejadian terulang lagi. Karena yang rugi juga mereka. Mereka sudah buang waktu jam pekerjaan mereka”.Wawancara dengan Budi Arief, 2011 Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan