dalam jumlah besar menjadi salah satu faktor penjelas atas kenyataan lemahnya posisi tawar organisasi buruh.
Dari beberapa kurun waktu tersebut, semakin bermunculan berbagai Serikat Pekerja yang diyakini dapat membantu para buruh dalam mengatasi masalahnya. Hingga
saat ini pergerakan buruh tetap terjadi sebagai bentuk perjuangan mereka terhadap pemenuhan hak-haknya.
II.2. Hubungan Industrial dan Kondisi Umum Buruh Di Indonesia
Pelaksanaan hubunga industrial pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari kondisi perekonomian, sebab intensitas suatu produksi tidak hanya karena ada pekerja
dan pengusaha, tetapi juga dipengaruhi oleh perekonomian masyarakat. Demikian juga syarat-syarat keja dipengaruhi oleh kondisi pasar kerja dan tingkat pengangguran serta
pertumbuhan ekonomi. Dalam melaksanakn hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi menetapkan kebijaka, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan dan
melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Dalam melaksanakan hubungan industrial, buruh dan serikat buruhnya
mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis,
mengembangkan keterampilan dan keahliannya dalam memajukan perusahaan serta memperjuangkan kesejahteraan anggota besar keluarganya.
Pengusaha dan organisasi pengusahanya mempunyai fungsi menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja dan memberikan
kesejahteraan buruh secara terbuka, demokratis dan berkeadilan. Adapun hubungan
indusrial yang diterapkan di Indonesia adalah Hubungan Industrial Pancasila yaitu hubungan industrial yang didasarkan pada kelima sila yang menjadi falsafah bangsa
Indonesia yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyaratanperwakilan dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Berikut penjabaran Hubungan Industrial berdasarkan Pancasila:
1. Hubungan industrial berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa menyatakan bahwa
pengusaha dan pekerja harus sama-sama menerima dan percaya bahwa perusahaan adalah berkat Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kesempatan
yang diberikan Tuhan bagi mereka, supaya mereka dapat melayani sesame manusia serta kesempatan untuk berbakti pada nusa dan bansa. Disamping itu
pengusaha dan pekerja harus sama-sama menghormati kebebasan beragama dan beribadah, serta sama-sama membangun dan menjaga kerukunan antar umat
beragama. Pengusaha dan pekerja tidak boleh bertindak diskriminatif atas perbedaan agama.
2. Hubungan industrial berdasarkan Kemanusiaan yang adil dan beradab
menganjurkan bahwa setiap pekerja tidak diperlakukan hanya sebagai factor produksi, akan tetapi terutama sebagai mahluk individu yang memiliki
kepribadian, perasaan, kehormatan dan harga diri. Pekerja buruh mempunyai keterbatasan fisik dan mental. Oleh sebab itu harus disusun system pembagian
kerja yang seimbang sesuai dengan keahlian dan kemampuan kerja masing- masing dengan mempertimbangkan keterbatsan manusia dan nilai-nilai
kemanusiaan. Pengusaha harus memberikan imbalan yang sesuai dengan nilai kontribusi kerja yang diberikan oleh buruh.
3. Hubungan industrial berdasarkan Persatuan Indonesia menunjukkan bahwa setiap
warga Negara berhak bekerja di seluruh pelosok Indonesia tanpa diskriminasi atas suku atau warna kulit, jenis kelamin, tempat lahir, agama, golongan atau aliran
politik. Pengusaha dan pekerjaburuh harus sama-sama membangun kebersamaan di perusahaan, meningkatkan rasa cinta tanah air dan masyarakat
serta menempatkan kepentingan Negara dan rakyat diatas kepentingan pribadi dan kelompok.
4. Hubungan Industrial berdasarkan Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyaratanperwakilan berarti bahwa pengusaha membuka kesempatan bagi pekerja secara demokratis memilih wakilnya untuk
berhubungan dengan pengusaha dan untuk memperjuangkan kepentingan mereka. Hak pekerja membentuk Serikat Pekerja merupakan salah satu wujud sila ke-
empat ini. Pengusaha perlu menyediakan waktu untuk mendengarkan saran dan keluhan pekerja buruh. Pengusaha dan pekerja buruh harus membuka diri
untuk berdialog dan mengutamakan permusyawaratan dalam membuat keputusan bagi kepentingan bersama, dan
5. Hubungan Industrial berdasarkan Keadilan Sosial mempunyai arti bahwa para
pekerja harus diperlakukan secara adil. Pengusaha dan pekerja harus sama-sama berusaha meningkatkan hasil perusahaan supaya dapat meningkatkan
kesejahteraan pengusaha, pekerjaburuh dan keluarganya. Setiap orang menerima imbalan sesuai dengan fungsi, kemampuan, dan kontribusinya terhadap
peningkatan produktifitas perusahaan. Baik dalam pemberian kesempatan dan penugasan maupun dalam pemberian upah atau penghargaan dan tindakan
disiplin, pengusaha harus bersifat adil terhadap semua pekerja. Sesuai dengan prinsip hubungan industrial Pancasila, aka pengusaha dan buruh
harus sama-sama mempunyai sikap social yang mencerminkan kesatuan dan kesepakatan nasional, kerjasama, sukarela, toleransi, rasa saling enghormati, keterbukaan, rasa saling
tolong menolong dan mawas diri sebagai mana diamanatkan oleh Undan-Undang Dasar UUD1945.
Perkembangan industri yang meningkat tajam pada kenyataanya tidak diikuti dengan perbaikan kondisi kehidupan dan kesejahteraan para buruh. Masalah kemiskinan
dan kesejahteraan buruh pada tahun-tahun terakhir ini menunjukkan posisinya sebagai masalah utama dalam hubungan industrial. Gejala kesenjangan social di dunia kerja yang
terjadi antara buruh maupun antara buruh dengan penguaha dapat memberikan peluang yang besar terhadap munculnya permasalahan industrial. Buruh sebagai factor utama
dalam jalannya suatu industri, sudah sepatutnya mendapatkan perhatian yang serius. Kondisi buruh yang rentan terhadap kemiskinan harus segera diatasi karena akan
mempengaruhi produksi dan produktifitas kerjanya. Kesejahteraan buruh adalah suatu tata kehidupan yang mencakup kualitas hidup
pekerja dan keluarganya didalam keutuhan satuan keluarga yang aman, selamat dan sejahtera baik secara jasmani maupun rohani kearah perkembangan pribadi untuk
mewujudkan Sumber Daya Manusia SDM yan unggul. Kesejahteraan bagi buruh tidak hanya berbentuk materil saja tetapi juga berbentuk moril. Pemenuhan kesejahteraan
buruh dipenuhi untuk menciptakan ketenangan dalam bekerja dan berusaha yang disebut dengan Industrial Peace Robinson, 2007.
Menurut Undan-Undang No 3 tahun 1992 selain pemenuhan akan fasilitas kesejahteraan, buruh juga berhak atas pemenuhan jaminan social. Jaminan social adalah
segala sesuatu bentuk perlindungan bagi pekerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh pekerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, jaminan hari tua dan meninggal dunia. Jaminan social bagi buruh antara
lain mencakup: 1. Tunjangan kecelakaan kerja
2. Tunjangan hari tua 3. Tunjangan kematian, dan
4. Tunjangan pemeliharaan kesehatan berupa Jamsostek
II.3. Upah dan Perselisihan Buruh