BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kebebasan politik yang tersedia di masa reformasi, telah membuka kesempatan bagi kebangkitan gerakan social di Indonesia. Era reformasi menyediakan struktur
kesempatan politik yang lebih terbuka. Termasuk didalamnya sebuah ruang politik yang lebih ramah bagi gerakan buruh. Menyusul reformasi 1998, ada begitu banyak organisasi
buruh yang tumbuh. Tidak ada lagi pembatasan yang bersifat politik. Siapa saja bisa membentuk organisasi buruh. Ruang kebebasan bagi buruh untuk memperjuangkan
kepentingannya terbuka lebar Rekson Silaban, 2009: 1-2.
II.1. Sejarah Pergerakan Buruh di Indonesia
Gerakan buruh di Indonesia berawal dari gerakan buruh sektor perkebunan dan transportasi pada era kolonialisme Belanda. Bahkan kehadiran organisasi-organisasi
buruh atau kaum pekerja mendahului partai politik dan organisasi massa yang lain. Kehadiran serikat buruh pertama kali dapat dilacak pada tahun 1905, ketika para pegawai
Kereta Api Negara mendirikan SS Bond Staatsspoorwegen. Serikat buruh ini kemudian berkembang kuat ketika para pekerja kereta api baik Negara maupun swasta sepakat
membentuk VSTP Vereeniging van Spoor-en Tramveg Personeel in Nedelansch-Indie pada 14 November 1908. Dibawah kepemimpinan Semaoen serikat pekerja ini
berkembang militan. Pada masa kolonialisme Belanda, otoritas Hindia Belanda memperlakukan gerakan buruh sebagai gerakan politik yang berbahaya. Gerakan buruh
diberangus dan banyak aktivisnya dikejar-kejar. Dari sisi gerakan buruh sendiri, watak
politik menjadi tak terelakkan karena satu-satunya pemecahan terhadap masalah kemiskinan, kesengsaraan, dan penindasan kelas pekerja saat itu adalah tumbangnya
rezim kolonial Belanda. Cikal bakal munculnya organisasi pekerja lahir dari kongres IV Serikat Islam SI
di Surabaya. Dari kongres itu lahir sebuah federasi pkerja buruh yang bernama PPKB Persatuan Pergerakan Kaum Buruh. Alimin, Samaoen dan Soejopratnoto menjadi
pengurus federasi ini. Dalam program umumnya, PPKB menetapkan Negara sebagai pelaksana perintah rakyat dan berfungsi untuk mempersatukan kaum buruh untuk
mengubah nasibnya. Gerakan oranisasi ini sarat dengan muatan politis, namun tetap dilakuka untuk mendukung aksi-aksi ekonomi pekerja buruh. Pada kongres V dan VI
diadakanlah suatu pertemuan untuk memutuskan pembersihan organisasi dari orang- orang yang tidak sealiran. Pada tahun 1920 Samaoen dan Alimin mendirikan PKI, yaitu
anggota SI yang terkena pembersihan. Perpecahan PPKB melahirkan Revoluntionaire Vakcentrale RV yang diketuai oleh Samaoen, pengurus VSTP Serikat Pekerja Kereta
Api Semarang. Organisasi inilah yang kemudian menjadi awal gerakan buruh progresif di Indonesia.
Pada tahun 1921, pemerintah colonial mengalami kelesuan ekonomi yang ditandai dengan rasionalisasi perusahaan. Pada masa ini aksi-aksi pemogokan banyak terjadi.
Pemerintah Kolonial juga mengaktifkan kantor pengawasan bperburuhan yang berada dibawah Depatemen Kehakiman yang mana bagian ini secara terpusat mengawasi
pergerakan Serikat Pekerja buruh dan mengamati kebutuhan dikeluarkannya peraturan hukum baru menyangkut perburuhan. Dari golongan bangsa Indonesia, RV membangun
hubungan dengan Profintern organisasi buruh internasional saat itu dan menjadi
anggotanya pada tahun 1923. sejalan dengn itu rganisasi-organisasi buruh tetap bermunculan tapi tidak seprogresif sebelumnya. Organisasi-organisasi tersebut terus aktif
hingga Perang Dunia II terjadi pada saat Perang Dunia II emerintah membentuk panitia untuk mengurus soal-soal perburuhan yang terdiri dari wakil pemerintah, majikan dan
pekerja buruh. Panitia ini bertugas menyelesaikan perselisihan perburuhan langkah ini diambil karena pemerintah colonial perlu menjamin beroperasinya perusahaan-
perusahaan yang terlibat dalam perang tersebut. Pada masa awal kemerdekaan, gerakan buruh juga aktif dalam politik guna
memperkuat kemerdekaan Indonesia. Tak lama setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, sejumlah perwakilan buruh berkumpul di Jakarta guna merumuskan
platform bersama dalam cara bagaimana gerakan buruh bisa ikut memperkuat republik yang baru berdiri tersebut. Pertemuan itu kemudian berhasil membentuk Barisan Buruh
Indonesia BBI. BBI mengutamakan barisan buruh untuk memudahkan mobilisasi oleh Serikat Pekerja dan Partai Buruh. Dalam kongresnya pada bulan September 1945 yang
dihadiri oleh kaum buruh, tercetuslah Partai Buruh Indonesia PBI. Barisan Buruh Indonesia BBI juga sepakat untuk menuntaskan revolusi nasional. Untuk
mempertahankan tanah air dari serangan musuh BBI membentuk Laskar Buruh Bersenjata di pabrik-pabrik. Untuk kaum perempuan dibentuk Barisan Buruh Wanita
BBW. Pada tahun 1946, BBI dilebur menjadi Gabungan Serikat Buruh Indonesia
GABSI. Serikat Buruh tidak sepakat dengan struktur GABSI keluar dan membentuk Gabungan Serikat Buruh Vertikal GASBV. Di tahun yang sama kemudian dibentuklah
SOBSI Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia hasil leburan GABSI dan GASBV
oleh Alimin dan Harjono. Pada tahun 1950-an dan awal 1960-an, SOBSI yang didukung PKI adalah organisasi buruh yang paling aktif dan kuat diantara banyaknya organisasi
buruh yang memiliki kaitan dengan partai politik. SOBSI sangat berpengaruh, misalnya dalam nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di akhir 1950-an. Namun, keadaan
darurat militer dan kendali manejarial pada perusahaan-perusahaan tersebut menempatkan tentara pada posisi ang kemudian malah berhadapan langsung dengan
keompok-kelompok militant gerakan buruh yang biasanya dipimpin oleh kelompok komunis Hawkins, 1963.
Penghancuran PKI menyusul peristiwa 1965 telah mengakibatkan lenyapnya tradisi politik gerakan serikat buruh dan warisan ini terus meghambat buruh terorganisasi
di Indonesia. Sejak 1970-an hingga kejatuhan rezim Orde Baru pimpinan Soeharto, buruh dihambat oleh system korporatis yang sangat otoriter yang hanya memberikan ruang
kepada satu federasi serikat buruh yang sah dibentuk dan didukung pemerintah. Pada tahun 1973, didirikanlah Serikat Pekerja Seluruh Indonesia SPSI sebagai serikat pekerja
terbesar yang diakui oleh pemerintah dan hingga saat ini masih eksis dan berskala internasional. Dengan adanya SPSI ini diharapkan masalah perburuhan dapat
diselesaikan. SPSI merupakan satu-satunya Federasi Serikat Pekerja yang diakui oleh Departemen Tenaga Kerja dan setiap Serikat Pekerja yang dibentuk harus berafiliasi
dengan SPSI. Reformasi sebagai hasil dari krisis politik dan ekonomi pada tahun 1998 telah
membuka kesempatan-kesempatan baru bagi pengorganisasian buruh di Indonesia. Krisis ekonomi Indonesia yang berdampak pada meningkatnya angka pengangguran
dalam jumlah besar menjadi salah satu faktor penjelas atas kenyataan lemahnya posisi tawar organisasi buruh.
Dari beberapa kurun waktu tersebut, semakin bermunculan berbagai Serikat Pekerja yang diyakini dapat membantu para buruh dalam mengatasi masalahnya. Hingga
saat ini pergerakan buruh tetap terjadi sebagai bentuk perjuangan mereka terhadap pemenuhan hak-haknya.
II.2. Hubungan Industrial dan Kondisi Umum Buruh Di Indonesia