pendekatan baru yang lebih relevan dan lebih mampu menjelaskan kebijakan dividen dalam dunia bisnis, yaitu signalling theory. Pengumuman dividen
diyakini mempunyai informasi dan membawa sinyal tentang laba bersih saat ini dan potensi perusahaan di masa mendatang. Model signaling dibangun sebagai
upaya memaksimumkan nilai perusahaan lewat pembayaran dividen dengan asumsi ada asymmetric information antara manajer dan pemegang saham. Model
ini muncul berdasarkan pada ide bahwa manajer perusahaan yang prospek keuangannya benar-benar bagus tidak dapat menyampaikan informasi yang
handal kepada uninformed investors dengan ‘tanpa biaya’, karena penyampaian informasi tanpa biaya dari perusahaan bagus akan dapat ditiru oleh perusahaan
yang prospeknya tidak bagus. Penggagas awal teori sinyal dan asymmetric information yaitu Ackerlof, Spence dan Stiglitz Arifin, 2005:13.
3. Laba per saham Earnings Per Share
Laba per saham earnings per share merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. Earnings per share menggambarkan
profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Data earnings per share biasanya digunakan oleh pemegang saham dan investor yang
potensial untuk mengevaluasi profitabilitas dari suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai earnings per share tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan
kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Earnings per share merupakan salah satu indikator yang dapat
menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya earnings per share
Universitas Sumatera Utara
ditentukan oleh laba. Dalam Kieso 1998 :153 dikatakan bahwa earnings per share hanya dilaporkan untuk saham biasa.
Berdasarkan penelitian terdahulu diperoleh hasil bahwa earnings per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham Taranika, 2009, yang berarti
bahwa para investor akan menilai suatu saham dari tingkat profitabilitas setiap sahamnya. Perusahaan akan menilai lebih perusahaan yang memiliki earnings per
share yang tinggi.
4. Nilai Perusahaan Firm Value
Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalisasi nilai perusahaannya. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan atau pemegang saham, sebab dengan nilai yang tinggi berarti menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Nilai perusahaan dapat
tercermin melalui harga saham. Semakin tinggi harga saham berarti kemakmuran pemegang saham akan meningkat. Harga pasar saham juga menunjukkan nilai
perusahaan. Pada dasarnya harga saham dihitung dari nilai sekarang dividen yang akan diterima, jadi semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi tingkat
pengembalian kepada investor dan itu berarti semakin tinggi juga nilai perusahaan terkait dengan tujuan dari perusahaan itu sendiri, yaitu untuk memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham. Dalam penelitian Sugihen 2003, dikatakan bahwa “nilai perusahaan
adalah ekspektasi nilai investasi pemegang saham harga pasar ekuitas dan atau
Universitas Sumatera Utara
ekspektasi nilai total perusahaan harga pasar ditambah dengan nilai pasar utang, atau sama dengan ekspektasi harga pasar aktiva.”
Nilai perusahaan mencerminkan kemampuan manajemen pendanaan dalam menentukan target struktur modal aktivitas pendanaan, kemampuan
manajemen investasi dalam mengefektifkan penggunaan aktiva aktivitas investasi dan kemampuan manajemen operasi dalam mengefisienkan proses
produksi dan distribusi aktivitas operasi perusahaan. Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diukur dengan rasio Tobin’s Q Q
ratio. Rasio ini dikembangkan oleh James Tobins 1969 dari Yale University, penerima Nobel di bidang ekonomi, yang memberikan hipotesa bahwa kombinasi
dari nilai pasar seluruh perusahaan dalam pasar modal harus sama dengan biaya penggantinya replacement costs. Q ratio merupakan rasio yang membandingkan
nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Rasio ini dihitung dengan membagi nilai pasar market value perusahaan dengan nilai pengganti dari asset
perusahaan replacement value of firm’s asssets. Sebagai contoh, Q yang rendah antara 0 dan 1 berarti bahwa biaya
pengganti dari suatu asset perusahaan adalah lebih besar dibandingkan dengan nilai dari harga sahamnya. Ini mengimplikasikan bahwa saham tersebut dinilai
rendah undervalued, sedangkan Q yang tinggi lebih dari 1 mengimplikasikan bahwa saham perusahaan jauh lebih mahal dari biaya pengganti asset perusahaan
tersebut, yang mengimplikasikan bahwa saham dinilai lebih overvalued. Pengukuran dari penilaian saham ini adalah faktor pendorong di balik
Universitas Sumatera Utara
pengambilan keputusan investasi dalam model Tobin’Q http:www.investopedia.comtermsqqratio.asp?viewed=1.
Leverage keuangan dikatakan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, semakin tinggi proporsi utang, maka akan semakin tinggi harga saham, namun
pada titik tertentu peningkatan utang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan utang lebih kecil daripada biaya yang
ditimbulkannya Taswan, 2002. Kebijakan dividen juga dapat mempengaruhi harga saham, karena kecenderungan para investor yang menganggap bahwa
pembayaran dividen adalah sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan optimis terhadap kinerjanya di masa yang akan datang.
B. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut :
Peneliti Judul
Tahun Variabel yang
Diteliti Hasil Penelitian
Euis Soliha
Taswan Pengaruh Kebijakan
Utang terhadap Nilai Perusahaan serta
Beberapa Faktor yang
Mempengaruhinya 2002
Variabel Dependen : nilai
perusahaan. Variabel
Independen : kebijakan utang
dan insider ownership
Kebijakan utang berpengaruh
positif namun tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan
Price Book Value.
Taswan Analisis Pengaruh
Insider Ownership, Kebijakan Utang dan
Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan serta Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya 2003
Variabel Dependen : nilai
perusahaan, kebijakan
dividen, insider ownership,
kebijakan utang. Variabel
Kebijakan dividen
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan. Kebijakan utang
Universitas Sumatera Utara