BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengelolaan perusahaan lazimnya bertujuan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham stockholders. Kemakmuran para pemegang
saham dapat dilihat dari nilai perusahaannya, semakin tinggi nilai perusahaan, semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham. Oleh karena itu, nilai
perusahaan yang tinggi akan menjadi keinginan para pemilik modal pemegang saham.
Dewasa ini, dimana perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat dan banyaknya persaingan usaha, untuk dapat menarik minat investor, perusahaan
dituntut untuk dapat memiliki manajemen yang baik. Manajemen harus dapat menetapkan arah kebijakan yang tepat bagi perusahaannya agar dapat
mempertahankan eksistensinya di dalam dunia usaha. Pada umumnya, faktor keuangan merupakan kunci utama yang akan
mempengaruhi perkembangan perusahaan. Faktor keuangan berbicara tentang bagaimana perusahaan mencari dana, mendapatkan dana dan mengalokasikan
dana tersebut agar efisien dalam penggunaannya. Terdapat tiga fungsi manajemen keuangan, yang terdiri dari tiga keputusan atau kebijakan utama yang
harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu keputusan investasi, keputusan
Universitas Sumatera Utara
pendanaan, dan keputusan dividen. Dikatakan bahwa kombinasi ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan Sutrisno, 2000 : 7.
Di dalam menetapkan keputusan pendanaan, yang sering juga disebut sebagai kebijakan struktur modal, manajer dituntut untuk dapat
mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta
kegiatan usahanya, yaitu apakah menggunakan sumber dana intern internal financing atau sumber dana ekstern external financing, yaitu utang. Salah satu
hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas pendanaan adalah kebijakan leverage, yaitu menentukan sampai sejauh mana utang digunakan dalam struktur modal
perusahaan. Leverage keuangan terkait dengan nilai perusahaan. Dalam Stice et al
2004 : 818, pihak-pihak yang mempertimbangkan untuk berinvestasi kepada suatu perusahaan akan tertarik dengan struktur leverage dari perusahaan tersebut.
Investor pada umumnya menyukai rasio leverage yang lebih besar guna memperoleh keuntungan dari leverage keuangan. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk melihat pengaruh kebijakan utang dan nilai perusahaan. Modigliani dan Miller MM dalam Brigham dan Houston 1999 : 43,
mengembangkan teori trade off dari struktur modal. Mereka menunjukkan bahwa utang bermanfaat karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung pajak,
tetapi utang juga menimbulkan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan potensial. Menurut teori MM, struktur modal yang optimal
berada pada keseimbangan antara manfaat pajak dari utang dan biaya yang
Universitas Sumatera Utara
berkaitan dengan kebangkrutan. Dari temuan ini dapat dikatakan bahwa kebijakan untuk meningkatkan utang memang akan meningkatkan nilai
perusahaan, namun akan menurun pada titik tertentu akibat adanya biaya keagenan dan kemungkinan kebangkrutan.
Penelitian Taswan 2003 menyatakan bahwa kebijakan utang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil riset ini
dikatakan konsisten dengan Jensen 1986, yang menyatakan bahwa adanya utang akan mengendalikan penggunaan arus kas bebas free cash flow secara
berlebihan oleh manajemen. Penelitian Euis Soliha dan Taswan 2002 menemukan bahwa kebijakan utang berpengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Dalam fungsi manajemen lainnya, yaitu keputusan atau kebijakan
mengenai dividen, manajer dituntut untuk dapat mempertimbangkan secara tepat apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk ‘laba ditahan’ guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Pada hakikatnya, kebijakan terhadap dividen
atau keputusan pemberian dividen adalah untuk menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan yang akan ditahan sebagai
bagian dari laba ditahan. Brigham dan Houston 2001 : 66 mengatakan bahwa “kebijakan dividen
yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan
harga saham perusahaan”. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi
Universitas Sumatera Utara
nilai perusahaan. Kebijakan dividen dapat menyebabkan pertentangan antara pemegang saham dan perusahaan atau manajer. Apabila perusahaan memilih
untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern internal financing.
Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba ditahan, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Kebutuhan dana pada
kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen.
Kebijakan dividen masih merupakan masalah yang mengundang perdebatan karena terdapat lebih dari satu pendapat. Telah banyak penelitian
yang dilakukan untuk melihat pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dan hasilnya masih kontradiksi. Ada beberapa teori yang muncul
berkenaan dengan pengaruh antara kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, di antaranya adalah teori ketidakrelevanan dividen dividend irrelevance theory dan
teori Bird-in-the hand, yang keduanya saling bertentangan. Menurut dividend irrelevance theory yang dianjurkan oleh Merton Miller
dan Franco Modigliani 1958, dikatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.
Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya akan ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta resiko bisnisnya, dengan
kata lain, nilai suatu perusahaan tergantung semata – mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi di
antara dividen dan laba ditahan.
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan teori irrelevansi irrelevance theory, menurut teori Bird- in-the hand yang diajukan oleh Myron Gordon dan John Lintner 1959, yang
menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimumkan oleh rasio pembayaran dividen yang tinggi, karena investor menganggap bahwa resiko dividen tidak
sebesar kenaikan biaya modal, sehingga investor lebih menyukai keuntungan dalam bentuk dividen daripada keuntungan yang diharapkan dari kenaikan nilai
modal. Selain hal tersebut di atas, hal yang juga dikatakan mempengaruhi nilai
perusahaan adalah earnings per share EPS. Perusahaan harus mampu mempengaruhi harga saham di pasar modal, sehingga memungkinkan perusahaan
untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan nilai saham yang diperdagangkan di pasar modal. Earnings Per Share EPS menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba per saham yang merupakan indikator fundamental. Menurut penelitian Taranika 2009, earnings per share
dikatakan berpengaruh signifikan terhadap harga saham, yang berarti bahwa semakin tinggi earnings per share suatu perusahaan berarti semakin tinggi minat
investor terhadap saham perusahaan tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul “Pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Dividen dan Earnings per Share
Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Universitas Sumatera Utara
B. PERUMUSAN MASALAH