ini menyatakan bahwa perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang, dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang tinggi Frank dan
Goyal, 2007 : 7. Teori ini juga menjelaskan bahwa peningkatan utang akan mampu meningkatkan nilai perusahaan, sebab pembayaran bunga yang dapat
dikurangkan dari perhitungan pajak tax deductable, selama posisi utang dalam struktur modal masih berada di bawah target struktur modal yang optimal.
Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian, sebagaimana yang dikemukakan oleh Brigham dan
Houston 2001 : 5 yaitu : •
Menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar resiko yang ditanggung pemegang saham.
• Menggunakan lebih banyak utang juga memperbesar tingkat
pengembalian yang diharapkan. Hubungan empiris dari teori trade off telah seringkali dipertanyakan.
Menurut Miller 1977, jika teori trade off itu benar, maka perusahaan harus memiliki tingkat utang yang lebih tinggi dari kenyataannya. Kritikan terhadap
teori ini juga dikemukakan oleh Myers 1984, yang kemudian memberikan teori baru yang disebut pecking order theory.
c. Pecking Order Theory
Selain itu, teori yang juga mendasari keputusan pendanaan perusahaan adalah pecking order theory, yang dikembangkan oleh Stewart C. Myers dan
Nicolas Majluf pada tahun 1984. Myers dalam Frank dan Goyal 2007 : 17,
Universitas Sumatera Utara
mengemukakan bahwa adanya kecenderungan perusahaan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan atas dasar hierarki resiko pecking order. Pecking
order theory adalah salah satu resiko yang mendasarkan pada asimetri informasi, dimana akan mempengaruhi struktur modal perusahaan dengan cara membatasi
akses pada sumber pendanaan dari luar. Dengan kata lain, pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan cenderung mempergunakan ekuitas internal
internal equity terlebih dahulu, dan apabila memerlukan pendanaan eksternal external finance, maka perusahaan akan mengeluarkan debt sebelum
menggunakan ekuitas eksternal external equity. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, semakin tinggi proporsi utang,
maka akan semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan utang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari
penggunaan utang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya. Hal ini disebabkan oleh tingkat leverage keuangan yang semakin tinggi akan memerlukan
tingkat laba yang semakin tinggi pula, sehingga meskipun leverage keuangan mungkin cukup baik dan mungkin meningkatkan laba per saham, tingkat laba
yang diperlukan untuk leverage tersebut akan semakin tinggi, yang dapat mendorong turunnya harga saham biasa. Biaya tak langsung karena jumlah utang
yang lebih banyak mungkin akan meningkatkan biaya permodalan, yang pada akhirnya akan menurunkan nilai perusahaan.
Penggunaan utang dalam struktur pembiayaan menyebabkan terjadinya leverage keuangan financial leverage atau biaya tetap yang konstan dan rutin
berupa beban bunga. Pembiayaan dengan utang leverage keuangan dimaksudkan
Universitas Sumatera Utara
untuk meningkatkan kekuatan perusahaan untuk membiayai investasinya, dan mempunyai tiga implikasi penting, yaitu :
1. Memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat
mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas.
2. Kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk
memberikan marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka
resiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditor.
3. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas
investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga,maka pengembalian atas modal pemilik akan
lebih besar, atau “leveraged”.
Financial leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan financial leverage
dikatakan menguntungkan favourable financial leverage jika pendapatan yang diperoleh dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetapnya, dan
sebaliknya, financial leverage dikatakan merugikan jika perusahan tidak dapat memperoleh pendapatan sebesar beban tetap akibat bertambahnya utang tersebut.
Oleh sebab itu, ukuran financial leverage biasanya dilihat dengan rasio antara total utang dengan total ekuitas debt to equity ratio atau rasio antara total utang
dengan total asset debt to asset ratio, dan dalam penelitian ini, leverage
keuangan dihitung dengan debt to asset ratio atau leverage ratio .
2. Kebijakan Dividen Dividend Policy