Pengaruh penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran pembiayaan pada BTN Syari'ah cabang Jakarta

(1)

PENGARUH PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN PADA BTN SYARI’AH

CABANG JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh:

NURYAMAH

NIM: 104046101690

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH

JURUSAN MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M


(2)

PENGARUH PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA (DPK)

TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN PADA BTN

SYARIAH CABANG JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh

NURYAMAH

NIM: 104046101690

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, lc, MA Dr. Hendra Kholid, MA

NIP: 150 270 614

NIP: _

KOSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan unutk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (SI) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantnmkan sesuai dengan ketantuan yang berlakau di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 7 Dzulqa’dah 1429 H 5 November 2008 M


(4)

KATA PENGANTAR

ﺮ ا

ﺮ ا

ﷲا

Alhamdulilah, maha suci Allah SWT, yang telah memberikan jalan hidup setiap manusia yang berbeda-beda. Maha indah karunia-Nya yang telah membekali setiap insan dengan potensi yang beraneka rupa. Dan atas ridha dan rahmat-Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada nabi dan rasul Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat dan bahkan umatnya, Insya Allah dan mudah-mudahan kita ada didalamnya.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Penyaluran Pembiayaan Pada BTN Syari’ah Cabang Jakarta” dapat penulis selesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana (S1) pada jurusan Muamalat program studi Perbankan Syari’ah di Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa banyak pihak dan orang yang terlibat dan berjasa dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih khususnya kepada:

1. Ayahanda H. Fakhruddin dan Ibunda Hj. Mariyam atas doa dan upaya, kasih dan sayang, pengorbanan dan air mata, yang tiada dapat dituturkan oleh kata-kata, moga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda dan menempatkan engkau berdua di syurga-Nya yang paling tinggi


(5)

2. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM. Selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Ah. Azharuddin, M.Ag selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Prof. Dr, Amany Burhanuddin Lubis, Lc, MA dan Bapak Dr. Hendra Kholid, MA selaku dosen pembimbing atas kesediaannya memberikan waktu luang kepada penulis untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan-masukannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Para dosen dan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.

6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu menyelesaikan skripsi dengan berbagai referensi.

7. Bapak Edy Setiadi Pimpinan BTN KCS Jakarta Harmoni yang telah memberikan tempat penelitian penulisan skripsi. Kepada Bapak Herry dan Bapak Ali Muntoro serta Ibu Pipih yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis melakukan penelitian serta memberikan data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini. Kepada seluruh karyawan BTN Syari’ah Ibu Suci, Ibu Putri, Ibu Indah, Ibu Liana, Ibu Esti, Bapak Aris, Bapak Wifaq, Bapak Bambang, Bapak Mukhlis terima kasih atas bantuan yang diberikan dalam proses penelitian ini. Thank’s for you all.


(6)

9. Untuk kakakku tercinta teh Sanah dan a Engkus, adikku tercinta Nurazizah serta keponakanku Rilla yang telah memberikan perhatian dan do’anya tanpa kalian semua penulis tidak mungkin bisa menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas amal baik kalian semua.

10.Seluruh rekan mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta program studi perbankan Syari’ah angkatan 2004. teman-teman perbankan Syari’ah kelas D (Bocah Rusuh) yang tidak bisa disebut satu persatu, mudah-mudahan persahabatan kita abadi. Rerencang Riungan Mahasiswa Sukabumi (RIMASI) Jakarta, temen-temen asrama atas do’a dan suportnya. Terutama buat “AA” yang selalu ada di kala suka dan duka, makasih “A” .

11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan semoga kebaikan dan bantuan kepada penulis manjadi amal ibadah dan mendapat Ridha dari Allah SWT.

Akhir kata, penulis sadar tentu ada kekurangan pada skripsi ini oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak yang membaca skripsi ini karena hanya Tuhanlah yang maha benar dan kebenaran. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi kita semua. Amîn ya rabb al-‘âlamîn.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... .. i

PEDOMAN TRANSLITERASI ... .. ii

KATA PENGANTAR ... ..iii

DAFTAR ISI ... ..vi

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ..1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... ..4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... ..4

D. Review Studi Terdahulu ... ..5

E. Metode Penelitian ... ..7

F. Sistematika Penulisan... ..12

BAB II PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN PENYALURAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARI’AH A. Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Syari’ah ... ..14

1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK) ... ..14

2. Faktor Penyebab Nasabah Menyimpan Dana di Bank ... ..15

3. Jenis-Jenis Dana Pihak Ketiga (DPK) ... ..16


(8)

1. Pengertian Pembiayaan ... .. 26

2. Tujuan dan fungsi Pembiayaan ... .. 26

3. Jenis-Jenis Pembiayaan ... .. 29

BAB III PROFIL BTN SYARI’AH CABANG JAKARTA A. Sejarah BTN Syari’ah Cabang Jakarta ... .. 44

B. Produk-Produk BTN Syari’ah Cabang Jakarta ... .. 44

C. Informasi Keuangan BTN Syari’ah Cabang Jakarta .... .. 46

BAB IV PEMBAHASAN PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP PEMBIAYAAN A. Gambaran Umum Data ... .. 55

B. Uji Asumsi Klasik ... .. 59

1. Uji Linier ... .. 61

2. Uji Normalitas ... .. 54

C. Uji Hipotesa... .. 64

1. Uji Korelasi... .. 65

2. Uji Regresi ... .. 67

3. Uji Koefisien Determinasi ... .. 71

4. Uji Anova... .. 72

D. Analisis... .. 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... .. 78

B. Saran-Saran ... .. 79


(9)

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Neraca aktiva BTN Syari’ah Cabang Jakarta 2007 ... 43

Tabel 3.2 Neraca pasiva BTN Syari’ah Cabang Jakarta ... 44

Tabel 3.3 Laporan laba rugi BTN Syari’ah Cabang Jakarta 2007 ... 45

Tabel 4.1 Daftar Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 55

Tabel 4.2 Daftar Penyaluran Pembiayaan ... 57

Tabel 4.3 Uji Kolmogrof Smirnov ... 62

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas DPK ... 62

Tabel 4.5 Product Moment ...65

Tabel 4.6 Regresi ... 67

Tabel 4.7 Koefisien Determinasi ... 71


(11)

Daftar Grafik

Grafik 4.1 Grafik Batang DPK ... 56

Grafik 4.2 Grafik Batang Pembiayaan ... 58

Grafik 4.3 Linieritas ... 43

Grafik 4.4 Sebaran Data Penyaluran Pembiayaan ... 63

Grafik 4.5 Sebaran Data dan Pihak Ketiga (DPK) ... 64


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bank syari’ah adalah lembaga intermediasi yang kegiatan pokoknya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro dan deposito. Dana yang telah terkumpul akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan.1

Intermediasi adalah fungsi bank untuk menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat.2 Dana yang dikumpulkan oleh bank dari masyarakat disebut Dana Pihak Ketiga (DPK) sementara dana yang disalurkan oleh bank ke masyarakat disebut pembiayaan.

Menurut Ramzi Ahmad Zuhdi3 menyebutkan, pada tahun 2007 aset perbankan syari’ah mencapai Rp. 33 triliun, dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai 37,3 persen (year on year/yoy) atau Rp. 2,64 triliun. Perkembangan yang cukup pesat bila dibandingkan dengan tahun 2006 yang hanya mencapai 32,7 persen. Menurutnya, bila dilihat dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syari’ah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional meski hanya sekitar 2%. Pertumbuhan DPK bank syari’ah mencapai 12,8 persen sementara DPK bank konvensional

1

Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah, (Jakarta: Rasindo, 2005), cet I, h. 18.

2

Wiroso, Penghimpunan Dana, h. 18.


(13)

hanya mencapai 8,2 persen. DPK bank syari’ah mencapai Rp. 2,64 triliun sedangkan bank konvensional Rp. 104,4 triliun.4

Dana yang telah terkumpul kepada bank syari’ah kemudian akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Hingga Oktober 2007 pembiayaan murabahah mencapai 60,85% atau bernilai 12,993 triliun rupiah. Sedangkan pembiayaan mudharabah dan musyarakah masing-masing pada kisaran 20,28% atau 4,323 triliun rupiah dan 12,82% atau bernilai 2,737triliun rupiah. Untuk Pembiayaan istisna’ dan lainnya masing-masing hanya mencapai 1,6% atau senilai dengan 341,691 miliyar rupiah dan 4,49% atau senilai 958,957 miliar rupiah. Bila dilihat dari data di atas, terjadi trend kenaikan dari DPK dan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syari’ah Indonesia.5 Hal ini tentu saja sangat baik untuk perkembangan perbankan syari’ah ke depan. Namun disayangkan, pertumbuhan sektor pembiayaan masih didominasi oleh pembiayaan yang menggunakan akad murabahah dan ijarah yang memiliki marjin tetap.

Salah satu bank syari’ah yang memberikan kontribusi penting dalam peningkatan DPK dan pembiayaan untuk masyarakat Indonesia adalah Bank Tabungan Negara (BTN). Bank Tabungan Negara (BTN) merupakan salah satu bank terkemuka yang mengembangkan pembiayaan dalam sektor perumahan. Untuk lebih mengembangkan usaha dan memberikan kemudahan kepada masyarakat luas, Pada tahun 2008 ini BTN menambah kantor cabang syari’ah yang ke-13 yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat tepatnya di ruko Kalimas, Bekasi Timur. Menurut direktur utama BTN Iqbal Latanro, Pembukaan cabang

4

www.kompas.com, “BTN Perluas Cabang Syari’ah”, senin, 18 Februari 2008.

5


(14)

syari’ah ini dimaksudkan untuk memenuhi penyediaan alternatif layanan perbankan dual banking sistem.6 Sebelumnya 14 Januari 2005 BTN meresmikan kantor cabang Jakarta. Pengembangan unit syari’ah di BTN dimaksud untuk mendukung kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional terutama pembiayaan rumah bagi masyarakat berpendapatan rendah termasuk program Rusunami.7

Berbagai fasilitas jasa keuangan disediakan oleh BTN Syari’ah untuk mempermudah para nasabah dalam memenuhi kebutuhan lalu lintas keuangannya. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan keuntungan bank secara keseluruhan. Laporan yang belum diaudit sampai dengan 31 Desember 2007, BTN Unit Syari’ah memberikan kontribusi pembiayaan Rp. 396 miliar bagi 4.156 unit rumah. Sementara total kredit yang disalurkan BTN mencapai Rp. 8,551 triliun untuk 140.192 unit. Laba yang dicapai Rp. 613 miliar, aset Rp. 36,7 triliun, kredit yang disalurkan Rp. 23,4 triliun, Dana Pihak Ketiga Rp. 24,2 triliun. Sementara untuk rasio keuangan CAR 20,84 persen, FDR 92,42 persen,NPL 2,48 persen dan modal Rp. 2,7 triliun.8

Berdasarkan fakta tersebut, penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar akumulasi Dana Pihak Ketiga (DPK) mempengaruhi alokasi penyaluran pembiayaan pada BTN Syari’ah, dengan bebarapa pertimbangan, maka akan memfokuskan meneliti penghimpunan DPK dan penyaluran pembiayaan pada BTN Syari’ah Cabang Jakarta dengan judul skripsi “Pengaruh Penghimpunan

6

Bank yang punya sistem konvensional dan sistem syari’ah (www.kompas.com, “BTN Perluas Cabang Syari’ah”, senin, 18 Februari 2008).

7

www.kompas.com, “BTN Perluas Cabang Syari’ah”, senin, 18 Februari 2008.

8


(15)

Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Penyaluran Pembiayaan pada BTN Syari’ah Cabang Jakarta.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada variabel penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pengaruhnya pada penyaluran pembiayaan, Periode variabel yang diteliti adalah dari Januari 2006 sampai Maret 2008.

Guna fokus pada pembahasan skripsi ini, penulis akan membatasi pembahasan pada pengaruh penghimpunan Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran pembiayaan. Kemudian akan merumuskan hal tersebut ke dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap penyaluran pembiayaan?

2. Jika memang Dana Pihak Ketiga (DPK) telah mampu memicu pertumbuhan volume penyaluran pembiayaan, berapa besar pengaruhnya terhadap penyaluran pembiayaan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, di antaranya adalah:

1. Mengetahui hubungan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap penyaluran pembiayaan

2. Mengetahui besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap pembiayaan.


(16)

Diharapkan penelitaian yang dilakukan penulis memiliki nilai manfaat, Ada pun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Bagi kalangan akademisi, diharapkan mampu memperluas informasi dalam rangka menambah serta meningkatkan khazanah pengetahuan di bidang perbankan syari’ah.

2. Bagi praktisi, diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan, saran dan masukan dalam merumuskan kebijakan terkait pengaruh penghimpunan Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran pembiayaan.

3. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini mampu memberikan informasi dan gambaran tentang produk bank syari’ah dan segala bentuk Dana Pihak Ketiga serta bentuk penyaluran pembiayaan.

D. Review Studi Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang membahas topik yang sejenis, diantaranya:

1. Subandi Arsito, Jurusan Muamalat Perbankan Syari’ah, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008. “Analisa Hubungan Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Perbankan Syari’ah Dengan Solvabilitas.” Penelitian ini membahas korelasi pertumbuhan DPK dengan solvabilitas.

2. Ahmad Mujahid, Ekonomi dan Keuangan Syari’ah Kajian Timur Tengah dan Islam, Program Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 2004. ”Analisa Proses Penyaluran Pembiayaan Usaha Kecil Menengah Pada Perbankan


(17)

Syari’ah (Study Kasus Bank BRI Unit Usaha Syari’ah)”. Penelitian ini mendeskripsikan tentang kelebihan dan kekurangan dari BRI unit usaha syari’ah dalam menyalurkan kredit KUK dengan membandingkan faktor-faktor yang sama yang dimiliki pesaing.

3. Teddy Sumirat Bassar, Ekonomi dan Keuangan Syari’ah Kajian Timur Tengah dan Islam, Program Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 2004. ”Analisa Perbandingan Kinerja Penghimpunan dan Penyaluran Dana Masyarakat Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Sebelum dan Sesudah Kebijakan Perbankan”. Penelitian ini menganalisis perbandingan kinerja penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat pada PT. Bank Muamalah Indonesia (BMI) sebelum dan sesudah kebijakan perbankan 1998 yaitu berupa UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang bank membahas tentang strategi pengelolaan dana, mekanisme perhitungan bagi hasil, analisis sistem bagi hasil mudharabah, serta prospek penerapannya.

Dari penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat bahwa fokus pembahasan masih tertuju pada perbandingan kinerja penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat, proses penyaluran pembiayaan, hubungan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan pembiayaan perbankan syari’ah dengan solvabilitas. Belum ada penelitian yang mengangkat tentang pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran pembiayaan. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melengkapi penelitian-penelitian di atas dengan mengadakan penelitian dengan variabel serupa namun dengan pembahasan yang berbeda.


(18)

1. Jenis data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis data, pertama data primer, yaitu data utama yang digunakan dalam penulisan ini. Data tersebut adalah:

1. Neraca laba-rugi dari tahun 2006-2008 Juni BTN Syari’ah Cabang Jakarta. 2. Laporan Tahunan Annual Report BTN Syari’ah Cabang Jakarta.

Kedua data sekunder, adalah refrensi tambahan yang digunakan menunjang dan melengkapi data primer. Data sekunder ini sudah terlampir dalam daftar pustaka.

2. Teknik Pengumpulan Data

Ada pun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah pertama wawancara, wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara tidak terstruktur dalam artian tidak menggunakan daftar pertanyaan yang baku. Wawancara dilakukan pada tanggal 11, 17, dan 20 Juni 2008 bertempat di gedung BTN Syari’ah Cabang Jakarta. Dalam wawancara ini, penulis hanya melakukan wawancara dengan pak Edi Setiadi sebagai kepala BTN Syari’ah Cabang Jakarta dan pak Heri sebagai kepala operasional BTN Syari’ah Cabang Jakarta. Kedua penelitian kepustakaan, dalam penelitian ini penulis mencari dan mengumpulkan data-data dari perpustakaan sesuai dengan objek materi yang diteliti. Dengan cara membaca, memahami dan menginterpretasikan buku-buku, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan topik pembahasan skripsi ini.

3. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah tersedia akan diolah dengan menggunakan SPSS for Windows versi 15.0 yang didalamnya sudah terdapat hal-hal sebagai berikut:


(19)

a. Uji literalis

Dalam suatu penelitian, ada kecenderungan mengelompokan data ke jenis data linier. Padahal, mungkin saja sebaran data tersebut tidak linier atau berbentuk kurva sehingga harus digunakan parameter lain, bukan dengan regresi. Kepastian linier atau tidaknya suatu data, tidak dapat didasarkan pada asumsi-asumsi, melainkan harus dengan suatu uji linieritas.

b. Uji normalitas

Data-data bersekala interval sebagai hasil pengukuran pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak tertutup kemungkinan data tersebut tidak mengikuti asumsi. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh, harus mengikuti uji normalitas. Berbagai rumus statistik inferensial yang dipergunakan untuk menguji hipotesis penelitian mendasarkan pada asumsi bahwa data yang bersangkutan memenuhi ciri sebaran normal. Dengan kata lain, keadaan data distribusi normal merupakan sebuah data persyaratan yang harus terpenuhi. Sebuah data yang berdistribusi tidak normal tidak dapat digarap dengan rumus statistik tersebut. Dengan demikian, sebelum dianalisa dengan rumus tertentu, normalitas sebaran suatu data harus sudah diketahui. Jadi, uji normalitas data harus sudah dilakukan sebelum penerapan suatu rumus statistik untuk pengujian hipotesis.9

Ada pun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogrov-smirnov untuk menguji kesesuain (goodness of fit). Uji kolmogrov

merupakan uji kecocokan antara data hasil pengamatan dengan hipotesa. Uji ini mengukur apakah data dari sampel yang dipilih berasal dari dari suatu sumber

9

Burhan Nugroho dkk, Statistik Terapan,( Yogyakarta: Gadjah Mada Universiats Press, 2004), h.111.


(20)

teoritis. Uji ini membandingkan antara frekuensi kumulatif sebaran data hipotesis.10

c. Regresi sederhana

Regresi sederhana digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu variabel berpengaruh terhadap variabel yang lainnya.

Rumus regresi adalah Y = a + bx

Y : Variabel terikat x : Variabel bebas

a : Konstanta (harga Y jika x=0) b : Koefisien regresi

a

∑ ∑

− − = 2 2 2 ) ( ) )( ( ) )( ( x x n xy x x y b

∑ ∑

− − = 2 2 ) ( ) )( ( x x n y x xy n d. Korelasi

Digunakan untuk mengetahui hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau rasio, dan sumber data dari dua variabel adalah sama. Untuk menghitung korelasi, rumus yang digunakan adalah r-product moment, yaitu:

rxy

}

{

}

{

∑ ∑

− − − = 2 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( y y n x x n y x xy n

e. Koefisien determinasi

10


(21)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sebuah variabel terhadap variabel yang lainnya. Rumusnya adalah r2. Nilai r didapat dari rumus r-product moment.11

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran mengenai variabel-variabel yang diteliti, maka verifikasi variabelnya adalah sebagai berikut:

X = tingkat penghimpunana dana pihak ketiga Y = penyaluran pembiayaan

Pada penelitian ini, ada dua variabel yang akan diketahui hubungannya satu sama lainnya. Variabel dibagi menjadi dua, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah tingkat dana pihak ketiga, sedangkan variabel terikatnya adalah jumlah penyaluran pembiayaan.

f. Uji Signifikan

Uji signifikan adalah sebuah uji untuk mengetahui nyata dan tidak nyata atau yakin dan tidak meyakinkannya nilai hubungan antara dua variabel atau lebih. Kegunaan uji signifikan adalah untuk mengeneralisasi populasi, artinya apa yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi dari sampel yang diambil. Apabila pada sampel terdapat hubungan positif, maka setelah diberlakukan uji signifikan ternyata terdapat hubungan positif pula, maka hubungan positif berlaku pula pada populasi. Apabila pada sampel terdapat hubungan negatif, dan setelah dilakukan uji signifikan terdapat hubungan negatif juga, maka hubungan negatif tersebut dapat diberlakukan pada populasi.

11


(22)

Akan tetapi bila pada sampel ada hubungan positif dan negatif, setelah dilakukan uji signifikan ternyata tidak ada hubungan (menerima Ho), maka hubungan positif atau negatif yang terdapat pada sampel tidak signifikan. Artinya hubungan positif atau negatif yang terjadi pada sampel tidak dapat diberlakukan pada populasi.12

Uji signifikan yang dilakukan adalah t-test, dengan rumus:

t = t

2 1

2

r n r

− − =

keterangan: n = jumlah sampel

r = koefisien korelasi product moment

Teknik penulisan penelitian ini mengacu pada ”Buku Pedoman Penulisan Skripsi” Fakultas Syari’ah dan Hukum tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah proses penelitian ini, penulis akan mensistematisasikan skripsi ini sebagai berikut:

BAB I :Pendahuluan, di dalamnya akan diuraikan alasan penulis memilih topik ini, akan dilengkapi dengan batasan dan rumusan masalah yang akan dibahas, manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II :Berisikan kerangka pembahasan pengantar, didalamnya akan diuraikan: Pertama, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada bank syari’ah yang akan dilengkapi dengan pengertian Dana Pihak Ketiga

12


(23)

(DPK), faktor-faktor yang menpengaruhi mobilisasi dana, jenis-jenis Dana Pihak Ketiga (DPK). Kedua, pembiayaan yang akan berisikan pengertian pembiayaan, tujuan dan fungsi pembiayaan, dan jenis-jenis pembiayaan.

BAB III :Membahas profile BTN Syari’ah Cabang Jakarta, produk-produk, dan informasi BTN Syari’ah Cabang Jakarta.

BAB IV :Dibahas hasil temuan penelitian kemudian hasil temuan tersebut akan diolah dengan menggunakan teknik: uji linier, uji normalitas, hipotesa, analisa regresi serta pengujian signifikansi konstanta dan koefisien regresi, dan koefisien determinasi.

BAB V :Penutup, berisikan kesimpulan, saran-saran, dan lampiran- lampiran.


(24)

BAB II

DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN PEMBIAYAAN

A. Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Syari’ah 1. Pengertian Dana Pihak Ketiga

Sebagai lembaga keuangan, dana merupakan persoalan utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa, artinya tidak berfungsi sama sekali.

Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki banak atau pun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.13 Dana yang dimiliki atau yang dikuasai bank tidaklah berasal dari milik bank sendiri, tapi juga ada dan pihak lain. Dana yang dikuasai bank bersumber dari:

a. Dana modal sendiri, dana yang bersumber dari modal bank sendiri atau berasal dari para pemegang saham. Dana ini disebut dana pihak pertama.

b. Dana pinjam dari pihak luar. ini disebut dana pihak kedua.

c. Dana dari masyatakat. Dana ini disebut dengan dana pihak ketiga.14

Dana dari pihak luar atau dana dari pihak ketiga adalah dana yang dimiliki bank secara tidak permanen. Dana tersebut yang sewaktu-waktu ditarik kembali. Berdasarkan data empiris selama ini, dana yang berasal dari pemilik bank itu sendiri ditambah dengan cadangan modal yang berasal dari akumulasi keuntungan yang ditanam kembali pada bank baru mencapai 7% dari total aktiva 8%.15 Jadi dana pihak ketiga adalah sejumlah uang yang dimiliki bank dan berasal dari pihak luar yang menyimpan uangnya. Dengan kata lain uang yang dimiliki bukan milik bank sendiri tapi titipan dari pihak luar. Bank hanya sebatas sebagai lembaga yang

13

Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank Edisi Kedua, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 84.

14

Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana, h. 87.

15

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah Edisi Refisi, (Jakarta: Alfabeta, 2006), h.50.


(25)

menghimpun kemudian akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan.

2. Faktor Penyebab Nasabah Menyimpan Dana di Bank

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab masyarakat menggunakan jasa penyimpanan uang di bank. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Kepercayaan masyarakat

Kepercayaan masyarakat pada suatu bank jelas akan mempengarui bank dalam menghimpun dana dari berbagai sumber terutama dari masyarakat dan institusi. Tingakat kepercayaan masyarakat ini sangat dipengaruhi oleh kinerja bank yang bersangkutan, posisi keuangan, kapabelitas, integritas serta kredibelitas manajemen bank.

b. Ekspektasi

Ekspektasi adalah perkiraan pendapatan yang akan diterima penabung dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya dengan tingkat resiko yang sama.

c. Keamanan

Jaminan keamanan oleh bank atas dana nasabah. Di Indonesia sendiri sudah berdiri Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk mengakomodasi kepercayaan yang dibutuhkan masyarakat.16

3. Jenis-Jenis Dana Pihak Ketiga

16


(26)

Dalam menghimpun dana dari masyarakat, bank syari’ah menawarkan berbagai macam kemudahan dan jenis simpanan yang dapat dipilih oleh nasabah. Masyarakat dapat menyimpan uangnya dalam bentuk giro, tabungan, atau pun deposito.17

a. Simpanan Giro (DemandDeposit)

Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan. Rekening giro biasa digunakan oleh para usahawan, baik untuk perorangan maupun perusahaannya. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah karena bunga yang diberikan kepada nasabah relative lebih rendah dari bunga simpanan lainnya.18

b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kwitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan. Dalam prakteknya bunga tabungan lebih besar dari jasa giro.19

c. Simpanan Deposito (Time Deposite)

17

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2007), h. 107.

18

Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana, h. 89.

19


(27)

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannyapun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Namun saat ini sudah ada bank yang memberikan fasilitas deposito yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Jenis deposito pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam prakteknya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka, sertifikat deposito, dan deposito on call.20

Dalam melakukan praktek penggalangan dana dari masyarakat, bank syari’ah mempunyai prinsip tersendiri yang berbeda dengan prinsip yang digunakan bank konvensional. Prinsip tersebut adalah mudharabah dan wadi’ah.21

1. Mudharabah

a. Definisi Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dhar, berarti memukul atau berjalan, secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal sedangkan pihak lainnya menyediakan pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah

dibagi menurut kesepakatan yang dituangakan dalam kontrak, sedangkan jika mengalami kerugian ditanggung pemilik modal selama kerugian ini bukan kecurangan atau kelalaian pengelola.22

b. Skema Mudharabah

20

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisa Fiqih, h. 107.

21

Adiwarman Karim, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer,(Gema Insani: Jakarta 2001), h. 86.

22

Ahmad al-Syarbayi, al-Mu’jam al-Iqtisad al-Islami (Bairut: Dar Alamil Kutub, 1997), 10.


(28)

c. Landasan hukum mudharabah

Akad mudharabah memiliki landasan hukum dalam al-Qur’an dan hadits nabi Muhammad SAW.23

1. Al-Qur’an surat al-Maidah ayat 1

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya” (QS.AL-Maidah 1).

2. Hadits nabi Muhammad SAW Riwayat Thabrani

23

DSN, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional untuk Lembaga Keungan Syari’ah, (DSN MUI dan Bank Indonesia, Jakarta 2001), h, 39-47.


(29)

ا

لﺎ

:

لﺎ

ر

ل

ﷲا

ﷲا

و

:

ث

ا

آ

.

ا

ا

ا

و

ا

رﺎ

ﺿ

وا

ط

ا

)

ا

ور

(

24 Artinya :

“Dari Shaleh bin Shuhaib ra bahwa Rasulallah bersabda, “tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqarabah

(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR. Ibn Majah)

Dalam melakukan akad mudharabah, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain:

1. Bank akan membiayai proyek yang disetujui sepenuhnya dalam bentuk pengadaan barang modal.

2. Proyek akan dikelola sepenuhnya pengusaha selaku pemegang amanah.

3. Bank dan pengusaha sama-sama menghitung porsi pembagian laba atau resiko untuk masing-masing sebelum pelaksanaan proyek.

4. Apabila terjadi kerugian maka bank menanggung seluruh kerugian.25

Ada pun berdasarkan wewenang yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi menjadi dua yaitu mudharabah mutlaqah dan

mudharabah mukayadah:26 1. Mudharabah Mutlaqah

Dalam mudharabah mutlaqah tidak ada batasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan apa pun kepada bank, ke bisnis apa dan yang disimpannya itu hendak disalurkan atau penetapan penggunaan akad-akad tertentu atau pun mensyaratkan dananya

24

Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qizwini, Sunan Ibn Majah, vol, II, (Beirut: Dâr al-Fiqr, t.t), h. 768.

25

Yadi Janwari Djajuli, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan), (Jakarta:Raja Grapindo Persada, 2001), h. 66.

26


(30)

diperuntukan bagi nasabah tertentu. Jadi, bank memiliki kebebasan penuh. Dari penerapan sistem mudharabah mutlaqah di atas dikembangkan deposito

mudharabah dan tabungan mudharabah.27 Berikut akan dibahasa pengertian dan landasan hukum deposito mudharabah.

a. Deposito Mudharabah

Deposito adalah simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah.28 Deposito yang dibenarkan secara syari’ah adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah

(Fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000). Ada pun ketentuan umum deposito berdasarkan mudharabah adalah sebagai berikut:

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mâl atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola.

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya termasuk dalamnya mudharabah dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

27

Ahmad al-Syarbayi, al-Mu’jam al-Iqtisad al-Islami (Bairut: Dar Alamil Kutub, 1997), 10.

28


(31)

6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.29

Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening dan bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.30

Dalam deposito brdasarkan mudharabah, nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mâl). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.31

Penerapan sistem mudharabah mutlaqah yang keduan adalah tabungan

mudharaba, berikut pembahasannya. b. Tabungan Mudharabah

Tabungan mudharabah adalah simpanan dana yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati. 32Tabungan yang dibenarkan secara syari’ah adalah tabungan berdasarkan prinsip

mudharabah dan wadi’ah. (Fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/VI/2000). Ada pun ketentuan umum tabungan berdasarkan mudharabah adalah sebagai berikut: 1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mâl atau pemilik

dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

29

DSN, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah, h. 19.

30

Saeful Bakhri, dkk, Ekonomi Syari’ah dalam Sorotan,(Jakarta: Yayasan Amanah, 2003), h. 175.

31

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah, h. 108.

32


(32)

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain. 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan

piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.33

Dalam perspektif wewenang nasabah, tabungan mudharabah yang digunakan di samping mudharabah mutlaqah adalah mudharabah muqayyadah.

Berikut penjelasannya:

b. Mudharabah Muqayadah

Dalam mudharabah muqayyadah ada batasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah memberikan persyaratan kepada bank, ke bisnis apa dana yang disimpannya itu hendak disalurkan atau penetapan penggunaan akad-akad tertentu.34

Mudharabah muqayyadah ada dua jenis: 1. Mudharabah muqayyadah on balance sheet

Jenis ini merupakan simpanan khusus karena pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi bank.

33

DSN, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah, h. 12-13.

34

Ahmad al-Syarbayi, al-Mu’jam al-Iqtisad al-Islami (Bairut: Dar Alamil Kutub, 1997), 10.


(33)

2. Mudharabah muqayyadah of balance sheet

Jenis ini merupakan penyaluran dana mudharabah kepada pelaksana usahanya. Bank bertindak sebagai pelantara yang mempertemukan antara pemilik dengan pelaksana usaha.35

Prinsip operasional syari’ah yang diterapkan dalam penghimpunan dana di samping mudharabah adalah wadi’ah. Berikut pembahasannya:

2. Wadi’ah

Wadi’ah adalah suatu kontrak perjanjian antara pemilik asset dan

kustodian (bank) untuk melindungi asset/kapital dari kerusakan atau kehilangan serta menjaga keamanan asset.36 Ada 2 (dua) jenis wadi’ah:

a) Wadi’ah Yad Amanah (trustee safe custody), wadi’ah mensyaratkan kustodian

yang dapat dipercaya, asset/ kapital harus terpisah dan tidak dapat digunakan serta ditransaksikan oleh kustodian.

b) Wadi’ah Yad Dhamamah (Quaranteed safe custody), kustodian terpercaya,

asset/kapital tidak perlu dipisah dan dapat digunakan oleh kustodian untuk mendapat keuntungan dari penggunaan asset/kapital.37

Landasan hukum wadi’ah adalahsebagai berikut: 1. Al-Qur’an surat al-Nissa ayat 58.

35

Adiwarman Karim, Bank Islam, h. 110.

36

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah, h. 148.

37

Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transakasi Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Dzikrul Hakim, 2003), h. 93.


(34)

Artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat.” (QS. Al-Nissa 58).

2. Hadits

أ

ه

ة

لﺎ

.

لﺎ

ا

ﷲا

و

أ

د

ا

ﺔـ

إ

ا

و

)

و

دود

ﻮ ا

ور

يذﻮ ﺮ

(

38 Artnya:

“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda”sampaikanlah amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang mengkhianatimu.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi).

B. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.39

Menurut ketentuan Bank Indonesia, pembiayaan atau aktiva produktif adalah penanaman dana bank syari’ah baik dalam rupiah atau maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qordh, surat berharga syari’ah,

38

Abi Isa Muhammad Isa Bin Saurah Ibn Musa Turmuzi, Jâmiut Turmuzî, (Riyadh: Dârus Salam Linnasyri wat Tauzi, 1999) ,h. 500-501

39

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YLPN), h. 16.


(35)

penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta sertifikat wadi’ah Bank Indonesia.40

2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Dalam tingkat makro pembiayaan bertujuan sebagai berikut:

a. Meningkatkan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak punya akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya.

b. Tersedianya dana bagi meningkatkan usaha, artinya: untuk mengembangkan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melakukan aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak minus dana, sehingga dana dapat bergulir.

c. Meningkatkan produktivitas, artinya: adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat untuk mampu meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya produksi tidak akan jalan tanpa adanya dana.

d. Membuka lapangan kerja baru, Artinya: dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja baru.

e. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya: masyarakat yang memiliki usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh

40


(36)

pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka pendapatan akan terdistribusi.41

Ada pun dalam tingkat mikro, pembiayaan bertujuan untuk:

1. Upaya memaksimalkan laba, artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mendapatkan laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.

2. Upaya meminimalkan resiko, artinya: usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.

3. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber manusianya ada, sementara sumber daya modal tidak ada. Maka semuanya tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya.

4. Penyaluran kelebihan dana, artinya: Dalam kehidupan masyarakat ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitanya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam menyeimbangkan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.42

41

Muhammad, Manajemen Pembiayaan, h. 17.

42


(37)

Sesuai dengan tujuan pembiayaan sebagaimana di atas, menurut Sinungan (1983) pembiayaan secara umum memiliki fungsi untuk:

1. Meningkatkan daya guna uang 2. Meningkatkan daya guna barang 3. Meningkatkan peredaran uang 4. Menimbulkan kegairahan berusaha 5. Menjaga stabilitas ekonomi

6. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.43

3. Jenis-Jenis Pembiayaan

Dana yang sudah terkumpul dari nasabah akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Secara garis besar produk pembiayaan syari’ah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:

a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (ba’i) b. Pembiayaan dengan prinsip sewa

c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil d. Pembiayaan dengan akad pelengkap.44

Untuk keterangn lebih lanjut, di bawah ini akan dijelaskan satu-persatu. Pertama akan membahas pembiayaan dengan prinsip jual beli:

1. Prinsip jual beli

Prinsip jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan barangnya, prinsip ini terbagi menjadi:

a) Murabahah

43

Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar dan Teknik, h.

44


(38)

Adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.45

Salah satu skim fiqh yang paling populer digunakan oleh perbankan syari’ah adalah jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazim dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.46 Secara sederhana murabahah berarti suatu akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.47

Menurut Djazuli dan Janwari mekanisme operasional murabahah adalah menjual suatu barang dengan harga pokok ditambah keuntungan yang disetujui bersama untuk dibayar secara cicilan. Dengan cara ini pembeli dapat mengetahui harga sebenarnya dari barang yang dibeli dan dikehendaki penjual. Mekanisme

murabahah ini bermanfaat bagi seseorang yang membutuhkan suatu barang tetapi belum mempunyai uang yang diperlukan.48

45

Adiwarman Karim, Bank Islam, h. 98.

46

Adiwarman Karim, Ekonomi Islam, h. 86.

47

Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rasyid, Bidayatul Mujahid Wa Nihayatul Muqtasid, (Bairut: Darul Qalam, 1988), Vol II, h. 216.

48

Yadi Janwari Djajuli, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (SebuahPengenalan), (Raja Grapindo Persada: Jakarta 2001),h. 67.


(39)

Landasan hukum transaksi murabahah adalah:

Al-Qur’an al-Nissa ayat 29

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu” (QS.al-Nissa

29).49

Untuk Indonesia transaksi murabahah sudah dituangkan dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No.04/DSN-MUI/2000. Ada pun syarat transaksi

murabahah adalah sebagai berikut:

1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah

2. Kontrak pertama harus syah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

3. Kontrak harus bebas dari riba.

4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila tejadi cacat atas barang sesudah.


(40)

5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang terjadi pada pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.50

Dalam pelaksanaannya di bank syari’ah, bank membelikan terlebih dahulu barang yang dibutuhkan nasabah. Bank melakukan pembelian barang kepada

supplier yang ditunjuk oleh nasabah atau bank, kemudian bank menetapkan harga jual barang tersebut berdasarkan kesepakatan bersama.51

Transaksi dengan murabahah bukan berarti tanpa resiko, di antara kemungkinan resiko yang harus diantisipasi adalah sebagai berikut:

1. Default, atau kelalaian nasabah sengaja tidak membayar angsuran.

2. Fluktuasi harga komperatif, ini terjadi jika harga suatu barang di pasar mengalami kenaikkan setelah bank membelinya untuk nasabah

3. Penolakan nasabah : barang yang dikirim bisa saja ditolak nasabah karena sesuatu sebab.52

Pembiayaan yang biasa diguakan dalam bank syari’ah yang kedua adalah dengan prinsip salam, berikut pembahasannya:

b) Pembiayaan Salam a. pengertian Salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara

50

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah, h. 102.

51

IBI, Konsep,Produk dan Implementasi Oprasional Bank Syari’ah, (Djambatan: Jakarta 2001), h. 76.

52


(41)

pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli sementara nasabah sebagai penjual.53

b. Skema Pembiayaan Salam

Landasan hukum pembiayaan salam adalah sebagai berikut:54 1. Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 282

53

Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rasyid, Bidayatul Mujahid Wa Nihayatul Muqtasid, (Bairut: Darul Qalam, 1988), Vol XII, h.124.

54


(42)

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.


(43)

Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.al-Baqarah 282).55

2. Hadits

ا

آ

م

و

و

ز

ن

م

إ

ا

م

)

ﺔ ا

ﺔ ﻷا

ﺮ ا

(

56 Artinya:

“Barang siapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya dia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula untuk jangka waktu yang ditentukan.”(HR enam imam hadist).

Bank syari’ah dalm pembiayaannya juga menggunakan prinsip istisna’,

berikut pembahasannya:

c) Pembiayaan istisna’

a. Pengertian pembiayaan istisna’

Produk pembiayaan istisna menyerupai produk salam, tapi dalam istisna

pembayarannya dapat dilakukan bank dalam beberapa kali. Skim istisna dalam bank syari’ah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan kontruksi. Mengingat istisna merupakan lanjutan dari salam maka secara umum landasan hukumnya sama.57

b. Skema pembiayaan istisna’

56

Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhary, Shahihal-Bukhary, (Beirut, Darul Fikr, 1995), jilid II, h. 30.

57

Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rusyd, Bidayatul Mujahid Wa Nihayatul Muqtasid, (Bairut: Darul Qalam, 1988), Vol XII, h.124.


(44)

Di samping menggunakan prinsip jual beli, pembiayaan dalam bank syari’ah juga biasa menggunakan prinsip sewa atau ijarah, berikut pembahasannya:

2. Prinsip sewa (ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tnapa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.58

Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, bedanya terletak pada objek transaksinya, bila pada jual beli objeknya adalah barang maka pada ijarah objeknya adalah jasa. Dalam sistem ini tidak merubah kepemilikan barang. Pada akhir masa sewa bank dapat saja menjual barang yang disewakannya pada nasabah. Karena itu dalam perbankan syari’ah dikenal dengan ijarah muntahhiah bi al-tamlik (sewa yang diikuti dengan pemindahan kepemilikan).59

Landasan hukum ijarah adalah sebagai berikut: 1. Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 233

58Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’zam Lughat al-Fuqaha, (Bairut: Darun-nafs, 1985),

cetakan ke-8 vol III, h. 183.

59


(45)

Artinya:

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah 233).60

2. Hadits nabi Muhammad SAW

ر

و

ا

ى

سﺎ

أ

ن

ا

ﷲا

و

ا

وا

ا

مﺎ

أ

)

و

ىرﺎ او

ﺪ أ

اور

(

61 Artinya

“Diriwayatkan dari ibn Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabdaو “berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Prinsip yang ketiga dalam pembiayaan bank syari’ah adalah prinsip bagi hasil, berikut penjelasannya:

61


(46)

3. Prinsip bagi hasil

Produk pembiayaan yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut:

1. Musyarakah

a. Pengertian musyarakah

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko dibagi bersama sesuai kesepakatan.62

b. Skema musyarakah

62

Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rusyd, Bidayatul Mujahid Wa Nihayatul Muqtasid, (Bairut: Darul Qalam, 1988), Vol II, 253-257.


(47)

c. Landasan syari’ah transaksi musyarakah

1. Hadits nabi Muhammad SAW

أ

ه

ة

ر

ﷲا

لﺎ

إ

ن

ﷲا

ل

أ

ا

أ

ه

ن

نﺎ

)

دود

ﻮ ا

ور

(

63

Artinya:

“Dari abu Hurairah, Rasulallah SAW bersabda, “ Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati yang lainnya.” (HR Abu Dawud).

Produk pembiayaan yang didasarkan atas prinsip bagi hasil disamping

musyarakah adalah mudharabah, berikut penjelasannya: b. Mudharabah

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih di mana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.64 perjanjian antara penanam modal dan pengelola untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak bedasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

63

Abi Toyyib Muhammad Syamsul Haq al-Adzî abadî ma’a Syarhil Hâfidz Syamsuddîn Ibn Qayyum al-Jauziyah,’Aunul Ma’bûd Syarh Sunanul Abî Dâwud, (Beirut: Daarul Kutubul ‘Âlamiyyah, 1990), h. 170.

64

Ahmad al-Syarbayi, al-Mu’jam al-Iqtisad al-Islami (Bairut: Dar Alamil Kutub, 1997), 10.


(48)

Landasan hukum untuk sistem ini adalah sebagai berikut: 1. Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 283

Artinya :

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagaian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Baqarah 283).65

2. Hadits Nabi

ا

لﺎ

:

لﺎ

ر

ل

ﷲا

ﷲا

و

:

ث

ا

آ

.

ا

ا

ا

و

ا

رﺎ

ﺿ

وا

ط

ا

)

ا

ور

(

66

Artinya :

“Dari Shaleh bin Shuhaib ra bahwa Rasulallah bersabda, “tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqarabah

(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR. Ibn Majah)

66Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qizwini, Sunan Ibn Majah, vol, II, (Beirut: Dâr


(49)

Pembiayaan dalam bank syari’ah juga biasa menggunakan pembiayaan dalam jenis akad pelengkap, berikut penjelasannya:

4. Akad pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad ini tidak ditujuakan untuk mencari keuntungan tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun demikian, dalam akad ini dibolehkan untuk meminta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan akad ini. Pada penerapannya, akad ini terbagi menjadiakad: hiwalah

(alih utang-piutang), rahn (gadai), qardh, wakalah (perwakilan), dan kafalah

(garansi bank).67

Dari pemaparan di atas didapatkan ada tiga jenis bentuk penghimpunan Dana Pihak Ketiga yaitu simpanan giro, tabungan, dan deposito. Pada tahap ini belum terlihat adanya perbedaan dengan produk bank konvensional. Hal yang membedakannya pada prinsip operasionalnya yaitu dengan menggunakan

mudharabah dan wadi’ah. Untuk pembiayaan ada empat prinsip yang dipakai oleh bank syari’ah, prinsip jual beli, prinip sewa, prinsip bagi hasil, dan prinsip akad pelengkap.

67


(50)

BAB III

PROFIL BTN SYARIAH CABANG JAKARTA

A. Sejarah BTN Syariah

Dalam prakteknya ternyata bank syariah bukan hanya diminati oleh kalangan muslim, tetapi juga dimanfaatkan oleh kalangan non-muslim, baik kapasitasnya sebagai nasabah, karyawan maupun pemilik. Hal ini menunjukan bahwa bank syari’ah merupakan bank yang universal dan tidak semata-mata dimanfaatkan atas pertimbangan agama, tetapi juga pertimbangan ekonomis dan manfaatnya.

Untuk mengantisipasi kecenderungan tersebut, maka PT Bank Tabungan Negara (Persero) pada Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 16 Januari telah menetapkan untuk membuka Unit Usaha Syariah pada tahun 2004 dan perubahan Anggaran Dasar dengan akta No. 29 tanggal 27 oktober 2004 oleh Emi Sulistyowati, SH Notaris di Jakarta yang ditandai dengan terbentuknya divisi syari’ah berdasarkan Ketetapan Direksi No 14/DIR/DSYA/2004 tanggal 4 November 2004. BTN mendapat Izin Prinsip Operasional Unit Usaha Syari’ah dari Bank Indonesia melalui Surat BI No. 6/1350/DPbs tanggal 15 Desember 2004. Selanjutnya Bank BTN Unit Usaha Syari’ah disebut ”BTN Syariah” dengan motto ”Maju dan Sejahtera Bersama.”68

Dalam pelaksanaan kegiatannya, Unit Usaha Syari’ah didampingi oleh Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang bertindak sebagai pengawas, penasehat dan pemberi saran kepada Direksi, Pimpinan Divisi Syari’ah dan Pimpinan

68


(51)

Kantor Cabang Syari’ah mengenai hal-hal yang terkait dengan prinsip Syari’ah. Dewan Pengawas Syari’ah adalah badan independen yang ditempatkan oleh Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) pada bank. Dewan Pengawas Syari’ah Bank BTN terdiri dari.69

1. Drs. H Ahmad Nazri Adlani (Ketua DPS) 2. Drs. H Mohammad Hidayat, MBA, MBL (Anggota DPS) 3. Dr. H. Endy M. Astiwara, MA, AAIJ, FIIS, CPLHI,ACS (Anggota DPS)

Pada tahun 2006, Bank BTN telah mengoperasikan 9 (sembilan) Kantor Cabang Syari’ah dan 27 (dua puluh tujuh) Kantor Layanan Syari’ah (Office Chenneling) pada kantor-kantor cabang dan kantor cabang pembantu konvensional. Kantor Cabang Syari’ah tersebar di Jakarta, Bandung, Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Malang, Medan dan Batam70.

BTN Syari’ah berhasil mendapatkan beberapa penghargaan baik untuk kinerja, tahun 2005 maupun pencapaian kinerja tahun 2006 yaitu:

1. The Best Customer Service and Teller dari Karim Businee Consulting 2005. 2. The Most Growing Earning Asset Market Share Unit Usaha Shariah untuk

kelompok asset > 100 milyar rupiah tahun 2006.

3. The Best Sharia Unit (Overall) peringkat ke 2 Unit Usaha Syari’ah untuk kelompok asset > 100 milyar rupiah tahun 2006.

4. Sharia Acceleration Award 2007 sebagai Best Outlet Productivity (Bank Indonesia) tahun 2007.71

69

Bank Tabungan Negara. Laporan Tahunan h. 85

70

Bank Tabungan Negara. Laporan Tahunan, h. 86

71


(52)

B. Produk-Produk BTN Syari’ah

Produk BTN Syari’ah cukup beragam untuk memenuhi kebutuhan keluarga nasabah namun tetap fokus pada pembiayaan perumahan (di antaranya: KPR BTN Syari’ah dan Multiguna BTN Syari’ah untuk Kendaraan Bermotor).

BTN Syari’ah memiliki produk-produk yang tentu saja berbeda dengan produk BTN konvensional produk-produk ini digunakan untuk menghimpun dan menyalurkan dana. Produk-produk di bawah ini merupakan produk penghimpunan dana:

1. Tabungan Batara Mudharabah

Tabungan Batara Mudharabah adalah tabungan yang bersifat investasi yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu dengan imbalan yang disyaratkan dan disepakati dalam bentuk nisbah yang tertuang dalam akad pembukaan rekening.

2. Tabungan Batara Wadi’ah

Tabungan Batara Wad’iah adalah tabungan yang bersifat simpanan yang bisa diambil kapan saja, tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) bonus yang bersifat sukarela, tidak disyaratkan dan tidak diinformasikan baik secara lisan maupun tulisan dari pihak bank.

3. Deposito Batara Mudharabah

Deposito Batara Mudharabah adalah jenis penanaman dana pada yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah dengan bank. Deposito ini menggunakan prinsip Mudharabah Muttlaqah

yakni suatu perkongsian antara dua pihak dimana pihak pertama selaku pemilik dana (shahibul maal) menyediakan dana dan pihak kedua selaku pengelola dana


(53)

akan dibagikan sesuai dengan nisbah atau rasio yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak.

4. Giro Batara Wadi’ah

Giro Batara Wadi’ah adalah simpanan pihak ketiga pada bank berdasarkan prinsip Wadi’ah Yad Dhamanah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan.

Menurut keterangan Kepala Operasional BTN Syari’ah Cabang Jakarta, dari prodak di atas yang paling banyak diminati dan efektif adalah produk deposito mudharabah.72

Untuk selanjutnya akan dibahas produk-produk pembiayaan. Berikut rinciannya:

1. Pembiayaan KPR BTN Syari’ah (Murabahah)

Peruntukan pembiayaan KPR BTN Syari’ah adalah untuk membiayai nasabah yang akan membeli rumah, rumah toko, rumah kantor, apartemen dan jenis rumah tinggal lainnya dan/atau berikut tanah untuk dimiliki atau dipergunakan sendiri (rumah baru/lama).

2. Pembiayaan Multiguna BTN Syari’ah (Murabahah)

Pembiayaan Multiguna BTN Syari’ah peruntukan adalah untuk membiayai nasabah yang akan membeli kendaraan bermotor untuk dimiliki dan dipergunakan sendiri.

3. Pembiayaan Musyarakah BTN Syari’ah

72


(54)

Pembiayaan musyarakah BTN Syari’ah adalah pembiayaan yang diberikan bank kepada pengembang atau developer berbentuk Perseroan Terbatas, Koperasi, CV, atau perorangan, untuk membantu modal kerja pengembang dalam pendanaan pembangunan proyek perumahan yang meliputi rumah atau bangunan berikut sarana dan prasarananya.

4. Pembiayaan Mudharabah modal Kerja BTN Syari’ah

Pembiayaan Mudharabah modal kerja BTN Syari’ah adalah penyediaan dana oleh bank (shahibul mâl) untuk memenuhi kebutuhan modal kerja nasabah (mudharib) berbentuk PT, CV, Koperasi, BUMN, Swasta, BMT, BPRS.

5. Pembiayaan KPR indensya BTN Syari’ah

Pembiayaan kepemilikan rumah inden syari’ah adalah fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah yang diberikan bank kepada nasabah untuk membeli tanah atau rumah dari pengembang dengan kondisi rumah belum terbangun atau sedang dalam tahap pembangunan berdasarkan pesanan sesuai dengan prinsip Istisna’.

Dari prodak pembiayaan ini yan banyak dilakukan BTN Syari’ah adalah pebiayaan KPR BTN Syari’ah murabahah.73

Berikutnya akan dipaparkan informasi keuangan BTN Syari’ah Cabang Jakarta:

C. Informasi Keuangan BTN Syariah Cabang Jakarta

1. Neraca

73


(55)

Neraca adalah laporan menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tangal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada tanggal tetentu.74

Tabel 3.1. Neraca aktiva BTN Syari’ah Cabang Jakarta 2007

No

Pos-Pos

Aktiva

Per Desember 2007

Jutaan rupiah

1 Kas 6.877

2 Giro Bank Indonesia 32.355

3 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

-4 Penempatan Pada Bank Lain 56.099

5 PPA-Penempatan Pada Bank Lain (564)

6 Surat Berharga yang Dimiliki 142.407

7 PPA-Surat Berharga yang Dimiliki (1.424)

8 Piutang Murabahah 399.519

9 PPA-Piutang Murabahah (4.624)

10 Piutang Istishna 876

11 PPA-Piutang Istishna (9)

12 Piutang Lainnya

-13 PPA-Piutang Lainnya

-14 Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah 146.547

15 PPA-Pembiayaan (1.470)

74

Sopian Safri Harahap, Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, (Jakarta:Raja Grapindo Persada, 1998), h. 5.


(56)

16 Pendapatan yang Masih Akan Diterima 5.079

17 Biaya Yang Dibayar Dimuka 1.230

18 Aktiva Tetap 6.436

19 Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap (3.173)

20 Aktiva Lain-lain 2.844

Jumlah Aktiva 789.005

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BTN Syari’ah

Dari tabel neraca aktiva BTN Syari’ah Cabang Jakarta di atas hingga bulan Desember 2007 mencapai Rp. 789.005. Jumlah tersebut jauh lebih besar bila dibanding dengan aktiva 2006 yang berjumlah Rp. 57.365.75 Selanjutnya akan dikemukakan jumlah pasiva 2007.

Tabel 3.2. Neraca pasiva BTN Syari’ah Cabang Jakarta 2007

NO

Pos-pos pasiva Pasiva

Per Desember 2007

Jutaan rupiah

1 Dana Simpanan Wadiah 51.358

2 Kewajiban Segera Lainnya 6.226

3 Kewajiban Kepada Bank Indonesia

-4 Kewajiban Kepada Bank Lain

-5 Surat Berharga Yang Diterbitkan

-6 Kewajiban Lain-lain 228.087

7 Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontijensi 142

8 Dana Investasi Tidak Terikat

75


(57)

a. Tabungan Mudharabah

b. Deposito Mudharabah

46.609 452.535

9 Saldo Laba (Rugi) 4.048

Jumlah 789.005

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BTN Syari’ah

Dari tabel neraca pasiva BTN Syari’ah Cabang Jakarta di atas hingga bulan Desember 2007 mencapai Rp. 789.005. Jumlah tersebut jauh lebih besar bila dibanding dengan aktiva 2006 yang berjumlah Rp. 57.365. Hal ini menandakan aktiva dengan pasiva sudah sesuai.

Untuk informasi keuangan selanjutnya adalah laba rugi. Berikut tabelnya:

2. Laba Rugi

Laba rugi adalah laporan yang menggambarkan kinerja dan kegiatan usah bank syari’ah pada suatu periode tertentu yang meliputi pendapatan dan beban yang timbul pada operasi utama bank dan operasi lainya.76

Tabel 3.3. Laporan laba rugi BTN Syari’ah Cabang Jakarta 2007

No Pos-pos laba rugi

Per 31 Desember 2007 (jutaan rupiah) A. Pendapatan Operasional

1 Margin murabahah 35.958

2 Margin istisna’ 17

3 Bagi hasil mudharabah 5.466

76

Biro Perbankan Syari’ah Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesai , (Jakarta: Ikatan Akutansi Indonesia, 2003), h. 195.


(58)

4 Bagi hasil musyarakah 1.889

5 Bonus wadi’ah 14

6 Pendapatan operasional lainnya 25.263

Jumlah Pendapatan Operasional 68.607

Bagi Hasil untuk Investor Dana Investor tidak Terikat

A. Bank

-B. Bukan bank 32.216

B

C. Bank indonesia

-Jumlah Bagi Hasil 32.216

C

Pendapatan Operasional Setelah Distribusi Bagi Hasil Untuk Investor Dana Investasi tidak Terikat

36.391

Beban Operasional

1. Bonus wadi’ah 1.181

2. Penyisihan penghapusan aktiva produktif 3.654 3. Beban umum & administrasi 5.968

4. Beban personalia 8.931

D

5. Beban lainnya 6.716

Jumlah Beban Operasional 26.450

E Pendapatan (Beban) Operasional Bersih 9.941

F Pendapatan Non Operasional 26.261


(59)

H Laba (Rugi) Non Operasional (6.371)

I Laba (Rugi) Tahun Berjalan 3.570

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BTN Syari’ah

Sejalan dengan meningkatnya kinerja BTN Syari’ah, pada akhir tahun 2007, total aset tercatat sebesar Rp. 789 miliar, naik sebesar 47 % dari tahun 2006 yang tercatat sebesar Rp. 413 miliar. Sedangkan terhadap aset perbankan syari’ah nasional yang mencapai Rp. 36, 57 trilyun, porsi aset BTN Syari’ah tercatat sebesar 2%.

Dari sisi kegiatan penghimpunan dana, terjadi peningkatan yang cukup pesat. Dimana total pembiayaan yang disalurkan pada akhir 2007 sebesar Rp. 546,9 miliar. Naik sebesar 112 % dibandingkan tahun 2006 yang tercatat sebesar Rp. 256,8 miliar. Total pembiayaan tersebut dibagi dalam tiga pos, yaitu

murabahah, istisna’, serta mudharabah-musyarakah. Pada tahun 2007 pembiayaan murabahah tercatat sebesar Rp. 399,5 miliar, naik sebesar 69% dari tahun 2006 yang tercatat sebesar Rp. 236 miliar. Untuk pembiayaan mudharabah

-musyarakah pada tahun 2007 tercatat sebesar Rp. 146,5 miliar, naik sebesar 603% dari pembiayaan tahun sebelumnya sebesar Rp. 20,8 miliar. Sedangkan untuk pembiayaan istina’ baru diluncurkan pada tahun 2007 sebesar Rp. 876 juta.

Sejalan dengan peningkatan penghimpunan dana dan pembiayaan yang diberikan maka FDR (financing to deposit ratio) tahun 2007 tercatat sebesar 99%. Turun sebesar 69% dari tahun sebelumnya yang mencapai 168%. FDR yang mencapai 168% tentu tidak sehat, karena modal bank terlalu banyak tersedot ke pembiayaan, jauh melebihi dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun. Namun hal tersebut masih dapat ditoleransi mengingat pada tahun 2006, BTN syari’ah masih


(60)

satu tahun berjalan, sehingga dalam menyalurkan pembiayaan jauh melebihi DPK untuk mengejar tingkat pengembalian yang tinggi. Namun pada tahun berikutnya, hal tersebut sudah terkoreksi dimana FDR tercatat dalam posisi yang ideal, yaitu 99%. Ini berarti hampir seluruh dana yang berhasil dihimpun dapat disalurkan kembali pada sektor pembiayaan. Sedangkan NPF (non performing financing) tercatat sebesar 0,78% pada akhir tahun 2007. Suatu pencapaian prestasi yang sangat baik.

Dari sisi profitabilitas, ROA (return on asset) BTN Syari’ah tercatat sebesar 0,4% pada akhir tahun 2007. Tidak berubah dari tahun sebelumnya yang juga mencatat ROA sebesar 0,4%. Dalam pasar keuangan syari’ah, BTN syari’ah tidak menempatkan dananya sama sekali pada SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) sampai akhir tahun 2007. BTN Syari’ah menempatkan dananya pada Bank Indonesia dalam bentuk giro sebesar Rp. 32,3 miliar. Naik sebesar 66% dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp. 19,4 miliar. Sedangkan untuk kepemilikan surat berharga, BTN Syari’ah mencatat sebesar Rp. 105,6 miliar pada tahun 2006 yang kemudian meningkat sebesar 34% pada tahun berikutnya menjadi Rp. 142,4%. Namun hingga akhir 2007 lalu, BTN Syari’ah msih belum menerbitkan obligasi syari’ah.

Demikian profil BTN Syari’ah Cabang Jakarta yang di dalamnya dilengkapi dengan informasi keuangan dan produk penghimpunan serta penyaluran dananya.


(61)

BAB IV

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK)

TERHADAP PEMBIAYAAN BTN SYARI’AH CABANG JAKARTA

A. Gambaran Umum Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah neraca laba rugi dari BTN Syari’ah Cabang Jakarta yang dimulai dari Januari 2006 sampai Maret 2008. Data yang telah tersedia kemudian akan diolah dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 15.0.

Sebelum proses uji penelitian dilakuakan, akan dikemukakan terlebih dahulu jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) BTN Syari’ah Cabang Jakarta yang terdiri dari: giro wadi’ah, tabungan wadi’ah, tabungan mudharabah, dan deposito

midharabah.77

Tabel 4.1. Jumlah DPK BTN Syari’ah Cabang Jakarta periode 2006-2008

DPK (Rp) NO BULAN

2006 2007 2008

1 Januari 8.065.668.420 61.116.450.925 312.477.793.847 2 Februari 8.719.126.068 82.956.620.090 323.351.482.829 3 Maret 10.041.718.060 16.298.107.355 310.090.235.200 4 April 11.174.388.780 239.693.132.370 304.210.077.098 5 Mei 12.302.817.549 282.191.873.172 276.300.770.920 6 Juni 14.153.133.081 285.132.023.116 269.437.425.424 7 Juli 14.558.882.876 320.372.728.307

77 BTN Syari’ah Cabang Jakarta ,


(62)

8 Agustus 31.384.161.710 174.062.785.974 9 September 11.059.460.141 268.917.478.375 10 Oktober 45.127.101.742 271.082.444.491 11 November 49.607.120.728 277.660.613.516 12 Desember 55.241.614.238 311.811.237.371

Data: Neraca laba rugi BTN Syari’ah Cabang Jakarta tahun 2006-2008.

Gambar 4.1 Diagram Batang DPK

Dilihat dari data di atas, untuk tahun 2006-2007 jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) BTN Syari’ah Cabang Jakarta mengalami fluktuasi pada tiap bulannya, namun secara umum terjadi peningkatan dari jumlah 55.241.614.238 juta rupiah menjadi 311.811.237.371 juta rupiah. Khusus unutk DPK pada Juni 2008 mengalami penurunan menjadi 269.437.425.424 juta rupiah.

Dari jumlah Dana Pihak ketiga (DPK) yang terkumpul antara 2006-2008 di atas, berikutnya akan dikemukakan jumlah pembiayaan pada tahun yang sama

-50.000.000.000,00 100.000.000.000,00 150.000.000.000,00 200.000.000.000,00 250.000.000.000,00 300.000.000.000,00 350.000.000.000,00

2006 2007 2008

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November


(63)

dan terdiri dari: murabahah, salam, istisna’, pembiayaan mudharabah

pembiayaan musyarakah, berikut rinciannya:78

Tabel 4.2. Jumlah pembiayaan BTN Syari’ah Cabang Jakarta periode 2006-2008

PEMBIAYAAN NO BULAN

2006 2007 2008 1 Januari9 (2006) 2.104.621.409 6.513.099.177 18.348.357.967

2 Februari 2.067.520.162 6.577.180.850 23.373.865.248

3 Maret 3.948.918.301 6.831.790.348 24.665.841.489

4 April 4.706.937.397 7.186.409.110 22.824.022.598

5 Mei 4.842.283.318 4.744.306.169 31.731.244.542

6 Juni 5.200.509.371 7.553.331.685 35.021.135.476

7 Juli 5.621.675.263 8.551.067.756

8 Agustus 6.302.776.576 2.169.251.447

9 September 6.873.403.825 17.502.889.001

10 Oktober 7.336.772.019 18.621.333.249

11 November 7.093.249.066 19.127.039.231

12 Desember 6.997.282.594 22.911.920.239

Data: Neraca laba rugi BTN Syari’ah Cabang Jakarta tahun 2006-2008.

78 BTN Syari’ah Cabang Jakarta,

neraca laba rugi 2006-2008.

-5,000,000,000.00 10,000,000,000.00 15,000,000,000.00 20,000,000,000.00 25,000,000,000.00 30,000,000,000.00 35,000,000,000.00 40,000,000,000.00

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember


(1)

Lampiran I

T-Tabel

df\p 0.40 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.00

1 0.324920 1.000000 3.077684 6.313752 12.70620 31.82052 63.65674 636 2 0.288675 0.816497 1.885618 2.919986 4.30265 6.96456 9.92484 31.5 3 0.276671 0.764892 1.637744 2.353363 3.18245 4.54070 5.84091 12.9 4 0.270722 0.740697 1.533206 2.131847 2.77645 3.74695 4.60409 8.61 5 0.267181 0.726687 1.475884 2.015048 2.57058 3.36493 4.03214 6.86 6 0.264835 0.717558 1.439756 1.943180 2.44691 3.14267 3.70743 5.95 7 0.263167 0.711142 1.414924 1.894579 2.36462 2.99795 3.49948 5.40 8 0.261921 0.706387 1.396815 1.859548 2.30600 2.89646 3.35539 5.04 9 0.260955 0.702722 1.383029 1.833113 2.26216 2.82144 3.24984 4.78 10 0.260185 0.699812 1.372184 1.812461 2.22814 2.76377 3.16927 4.58 11 0.259556 0.697445 1.363430 1.795885 2.20099 2.71808 3.10581 4.43 12 0.259033 0.695483 1.356217 1.782288 2.17881 2.68100 3.05454 4.31 13 0.258591 0.693829 1.350171 1.770933 2.16037 2.65031 3.01228 4.22 14 0.258213 0.692417 1.345030 1.761310 2.14479 2.62449 2.97684 4.14 15 0.257885 0.691197 1.340606 1.753050 2.13145 2.60248 2.94671 4.07 16 0.257599 0.690132 1.336757 1.745884 2.11991 2.58349 2.92078 4.01 17 0.257347 0.689195 1.333379 1.739607 2.10982 2.56693 2.89823 3.96 18 0.257123 0.688364 1.330391 1.734064 2.10092 2.55238 2.87844 3.92 19 0.256923 0.687621 1.327728 1.729133 2.09302 2.53948 2.86093 3.88 20 0.256743 0.686954 1.325341 1.724718 2.08596 2.52798 2.84534 3.84 21 0.256580 0.686352 1.323188 1.720743 2.07961 2.51765 2.83136 3.81 22 0.256432 0.685805 1.321237 1.717144 2.07387 2.50832 2.81876 3.79 23 0.256297 0.685306 1.319460 1.713872 2.06866 2.49987 2.80734 3.76 24 0.256173 0.684850 1.317836 1.710882 2.06390 2.49216 2.79694 3.74


(2)

25 0.256060 0.684430 1.316345 1.708141 2.05954 2.48511 2.78744 3.72 26 0.255955 0.684043 1.314972 1.705618 2.05553 2.47863 2.77871 3.70 27 0.255858 0.683685 1.313703 1.703288 2.05183 2.47266 2.77068 3.68 28 0.255768 0.683353 1.312527 1.701131 2.04841 2.46714 2.76326 3.67 29 0.255684 0.683044 1.311434 1.699127 2.04523 2.46202 2.75639 3.65 30 0.255605 0.682756 1.310415 1.697261 2.04227 2.45726 2.75000 3.64 inf 0.253347 0.674490 1.281552 1.644854 1.95996 2.32635 2.57583 3.29


(3)

LAMPIRAN II

F Tabel

α

= 5%

df2/

df1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 15 20 24

1 161.4 476 199.5 000 215.7 073 224.5 832 230.1 619 233.9 860 236.7 684 238.8 827 240.5 433 241.8 817 243.9 060 245.9 499 248.0 131 249.0 518

2 18.51 28 19.00 00 19.16 43 19.24 68 19.29 64 19.32 95 19.35 32 19.37 10 19.38 48 19.39 59 19.41 25 19.42 91 19.44 58 19.45 41

3 10.12 80 9.552 1 9.276 6 9.117 2 9.013 5 8.940 6 8.886 7 8.845 2 8.812 3 8.785 5 8.744 6 8.702 9 8.660 2 8.638 5

4 7.708 6 6.944 3 6.591 4 6.388 2 6.256 1 6.163 1 6.094 2 6.041 0 5.998 8 5.964 4 5.911 7 5.857 8 5.802 5 5.774 4

5 6.607 9 5.786 1 5.409 5 5.192 2 5.050 3 4.950 3 4.875 9 4.818 3 4.772 5 4.735 1 4.677 7 4.618 8 4.558 1 4.527 2

6 5.987 4 5.143 3 4.757 1 4.533 7 4.387 4 4.283 9 4.206 7 4.146 8 4.099 0 4.060 0 3.999 9 3.938 1 3.874 2 3.841 5

7 5.591 4 4.737 4 4.346 8 4.120 3 3.971 5 3.866 0 3.787 0 3.725 7 3.676 7 3.636 5 3.574 7 3.510 7 3.444 5 3.410 5

8 5.317 7 4.459 0 4.066 2 3.837 9 3.687 5 3.580 6 3.500 5 3.438 1 3.388 1 3.347 2 3.283 9 3.218 4 3.150 3 3.115 2

9 5.117 4 4.256 5 3.862 5 3.633 1 3.481 7 3.373 8 3.292 7 3.229 6 3.178 9 3.137 3 3.072 9 3.006 1 2.936 5 2.900 5


(4)

10 4.964 6 4.102 8 3.708 3 3.478 0 3.325 8 3.217 2 3.135 5 3.071 7 3.020 4 2.978 2 2.913 0 2.845 0 2.774 0 2.737 2

11 4.844 3 3.982 3 3.587 4 3.356 7 3.203 9 3.094 6 3.012 3 2.948 0 2.896 2 2.853 6 2.787 6 2.718 6 2.646 4 2.609 0

12 4.747 2 3.885 3 3.490 3 3.259 2 3.105 9 2.996 1 2.913 4 2.848 6 2.796 4 2.753 4 2.686 6 2.616 9 2.543 6 2.505 5

13 4.667 2 3.805 6 3.410 5 3.179 1 3.025 4 2.915 3 2.832 1 2.766 9 2.714 4 2.671 0 2.603 7 2.533 1 2.458 9 2.420 2

14 4.600 1 3.738 9 3.343 9 3.112 2 2.958 2 2.847 7 2.764 2 2.698 7 2.645 8 2.602 2 2.534 2 2.463 0 2.387 9 2.348 7

15 4.543 1 3.682 3 3.287 4 3.055 6 2.901 3 2.790 5 2.706 6 2.640 8 2.587 6 2.543 7 2.475 3 2.403 4 2.327 5 2.287 8

16 4.494 0 3.633 7 3.238 9 3.006 9 2.852 4 2.741 3 2.657 2 2.591 1 2.537 7 2.493 5 2.424 7 2.352 2 2.275 6 2.235 4

17 4.451 3 3.591 5 3.196 8 2.964 7 2.810 0 2.698 7 2.614 3 2.548 0 2.494 3 2.449 9 2.380 7 2.307 7 2.230 4 2.189 8

18 4.413 9 3.554 6 3.159 9 2.927 7 2.772 9 2.661 3 2.576 7 2.510 2 2.456 3 2.411 7 2.342 1 2.268 6 2.190 6 2.149 7

19 4.380 7 3.521 9 3.127 4 2.895 1 2.740 1 2.628 3 2.543 5 2.476 8 2.422 7 2.377 9 2.308 0 2.234 1 2.155 5 2.114 1

20 4.351 2 3.492 8 3.098 4 2.866 1 2.710 9 2.599 0 2.514 0 2.447 1 2.392 8 2.347 9 2.277 6 2.203 3 2.124 2 2.082 5

21 4.324 8 3.466 8 3.072 5 2.840 1 2.684 8 2.572 7 2.487 6 2.420 5 2.366 0 2.321 0 2.250 4 2.175 7 2.096 0 2.054 0

22 4.300 9 3.443 4 3.049 1 2.816 7 2.661 3 2.549 1 2.463 8 2.396 5 2.341 9 2.296 7 2.225 8 2.150 8 2.070 7 2.028 3

23 4.279 3 3.422 1 3.028 0 2.795 5 2.640 0 2.527 7 2.442 2 2.374 8 2.320 1 2.274 7 2.203 6 2.128 2 2.047 6 2.005 0

24 4.259 7 3.402 8 3.008 8 2.776 3 2.620 7 2.508 2 2.422 6 2.355 1 2.300 2 2.254 7 2.183 4 2.107 7 2.026 7 1.983 8


(5)

25 4.241 7 3.385 2 2.991 2 2.758 7 2.603 0 2.490 4 2.404 7 2.337 1 2.282 1 2.236 5 2.164 9 2.088 9 2.007 5 1.964 3

26 4.225 2 3.369 0 2.975 2 2.742 6 2.586 8 2.474 1 2.388 3 2.320 5 2.265 5 2.219 7 2.147 9 2.071 6 1.989 8 1.946 4

27 4.210 0 3.354 1 2.960 4 2.727 8 2.571 9 2.459 1 2.373 2 2.305 3 2.250 1 2.204 3 2.132 3 2.055 8 1.973 6 1.929 9

28 4.196 0 3.340 4 2.946 7 2.714 1 2.558 1 2.445 3 2.359 3 2.291 3 2.236 0 2.190 0 2.117 9 2.041 1 1.958 6 1.914 7

29 4.183 0 3.327 7 2.934 0 2.701 4 2.545 4 2.432 4 2.346 3 2.278 3 2.222 9 2.176 8 2.104 5 2.027 5 1.944 6 1.900 5

30 4.170 9 3.315 8 2.922 3 2.689 6 2.533 6 2.420 5 2.334 3 2.266 2 2.210 7 2.164 6 2.092 1 2.014 8 1.931 7 1.887 4

40 4.084 7 3.231 7 2.838 7 2.606 0 2.449 5 2.335 9 2.249 0 2.180 2 2.124 0 2.077 2 2.003 5 1.924 5 1.838 9 1.792 9

60 4.001 2 3.150 4 2.758 1 2.525 2 2.368 3 2.254 1 2.166 5 2.097 0 2.040 1 1.992 6 1.917 4 1.836 4 1.748 0 1.700 1 120 3.920 1 3.071 8 2.680 2 2.447 2 2.289 9 2.175 0 2.086 8 2.016 4 1.958 8 1.910 5 1.833 7 1.750 5 1.658 7 1.608 4 inf 3.841 5 2.995 7 2.604 9 2.371 9 2.214 1 2.098 6 2.009 6 1.938 4 1.879 9 1.830 7 1.752 2 1.666 4 1.570 5 1.517 3


(6)