Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan DANA PIHAK KETIGA DPK DAN PEMBIAYAAN

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat.” QS. Al- Nissa 58. 2. Hadits أ ه ﺮ ﺮ ة لﺎ . لﺎ ا ﺻ ﻰ ﷲا و أ د ا ﻷ ﺎ ﺔـ إ ﻰ ا ﻚ و ﺎ ﻚ و دود ﻮ ا ور يذﻮ ﺮ 38 Artnya: “Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda”sampaikanlah amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang mengkhianatimu.” HR. Abu Daud dan Turmudzi.

B. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. 39 Menurut ketentuan Bank Indonesia, pembiayaan atau aktiva produktif adalah penanaman dana bank syari’ah baik dalam rupiah atau maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qordh, surat berharga syari’ah, 38 Abi Isa Muhammad Isa Bin Saurah Ibn Musa Turmuzi, Jâmiut Turmuzî, Riyadh: Dârus Salam Linnasyri wat Tauzi, 1999 ,h. 500-501 39 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YLPN, h. 16. penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta sertifikat wadi’ah Bank Indonesia. 40

2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Dalam tingkat makro pembiayaan bertujuan sebagai berikut: a. Meningkatkan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak punya akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya. b. Tersedianya dana bagi meningkatkan usaha, artinya: untuk mengembangkan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melakukan aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak minus dana, sehingga dana dapat bergulir. c. Meningkatkan produktivitas, artinya: adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat untuk mampu meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya produksi tidak akan jalan tanpa adanya dana. d. Membuka lapangan kerja baru, Artinya: dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja baru. e. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya: masyarakat yang memiliki usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh 40 Peraturan Bank Indonesia No. 57PBI2003 tanggal 19 mei 2003. pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka pendapatan akan terdistribusi. 41 Ada pun dalam tingkat mikro, pembiayaan bertujuan untuk: 1. Upaya memaksimalkan laba, artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mendapatkan laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup. 2. Upaya meminimalkan resiko, artinya: usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan. 3. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber manusianya ada, sementara sumber daya modal tidak ada. Maka semuanya tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya. 4. Penyaluran kelebihan dana, artinya: Dalam kehidupan masyarakat ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitanya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam menyeimbangkan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelebihan surplus kepada pihak yang kekurangan minus dana. 42 41 Muhammad, Manajemen Pembiayaan, h. 17. 42 Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar dan Teknik, h. 19. Sesuai dengan tujuan pembiayaan sebagaimana di atas, menurut Sinungan 1983 pembiayaan secara umum memiliki fungsi untuk: 1. Meningkatkan daya guna uang 2. Meningkatkan daya guna barang 3. Meningkatkan peredaran uang 4. Menimbulkan kegairahan berusaha 5. Menjaga stabilitas ekonomi 6. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. 43

3. Jenis-Jenis Pembiayaan

Dana yang sudah terkumpul dari nasabah akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Secara garis besar produk pembiayaan syari’ah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli ba’i b. Pembiayaan dengan prinsip sewa c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil d. Pembiayaan dengan akad pelengkap. 44 Untuk keterangn lebih lanjut, di bawah ini akan dijelaskan satu-persatu. Pertama akan membahas pembiayaan dengan prinsip jual beli: 1. Prinsip jual beli Prinsip jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan barangnya, prinsip ini terbagi menjadi: a Murabahah 43 Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar dan Teknik, h. 44 Adiwarman Karim, Bank Islam, h. 97. Adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. 45 Salah satu skim fiqh yang paling populer digunakan oleh perbankan syari’ah adalah jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazim dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. 46 Secara sederhana murabahah berarti suatu akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. 47 Menurut Djazuli dan Janwari mekanisme operasional murabahah adalah menjual suatu barang dengan harga pokok ditambah keuntungan yang disetujui bersama untuk dibayar secara cicilan. Dengan cara ini pembeli dapat mengetahui harga sebenarnya dari barang yang dibeli dan dikehendaki penjual. Mekanisme murabahah ini bermanfaat bagi seseorang yang membutuhkan suatu barang tetapi belum mempunyai uang yang diperlukan. 48 45 Adiwarman Karim, Bank Islam, h. 98. 46 Adiwarman Karim, Ekonomi Islam, h. 86. 47 Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rasyid, Bidayatul Mujahid Wa Nihayatul Muqtasid, Bairut: Darul Qalam, 1988, Vol II, h. 216. 48 Yadi Janwari Djajuli, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan, Raja Grapindo Persada: Jakarta 2001,h. 67. Landasan hukum transaksi murabahah adalah: Al-Qur’an al-Nissa ayat 29 Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan mengambil harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu” QS.al-Nissa 29. 49 Untuk Indonesia transaksi murabahah sudah dituangkan dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No.04DSN-MUI2000. Ada pun syarat transaksi murabahah adalah sebagai berikut: 1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah 2. Kontrak pertama harus syah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3. Kontrak harus bebas dari riba. 4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila tejadi cacat atas barang sesudah. 5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang terjadi pada pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. 50 Dalam pelaksanaannya di bank syari’ah, bank membelikan terlebih dahulu barang yang dibutuhkan nasabah. Bank melakukan pembelian barang kepada supplier yang ditunjuk oleh nasabah atau bank, kemudian bank menetapkan harga jual barang tersebut berdasarkan kesepakatan bersama. 51 Transaksi dengan murabahah bukan berarti tanpa resiko, di antara kemungkinan resiko yang harus diantisipasi adalah sebagai berikut: 1. Default, atau kelalaian nasabah sengaja tidak membayar angsuran. 2. Fluktuasi harga komperatif, ini terjadi jika harga suatu barang di pasar mengalami kenaikkan setelah bank membelinya untuk nasabah 3. Penolakan nasabah : barang yang dikirim bisa saja ditolak nasabah karena sesuatu sebab. 52 Pembiayaan yang biasa diguakan dalam bank syari’ah yang kedua adalah dengan prinsip salam, berikut pembahasannya: b Pembiayaan Salam a. pengertian Salam Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara 50 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah, h. 102. 51 IBI, Konsep,Produk dan Implementasi Oprasional Bank Syari’ah, Djambatan: Jakarta 2001, h. 76. 52 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah, h. 107. pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli sementara nasabah sebagai penjual. 53 b. Skema Pembiayaan Salam Landasan hukum pembiayaan salam adalah sebagai berikut: 54 1. Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 282 53 Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rasyid, Bidayatul Mujahid Wa Nihayatul Muqtasid, Bairut: Darul Qalam, 1988, Vol XII, h.124. 54 Muhammad Syafi’i Antonoi, Bank Syari’ah, h. 108. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan apa yang akan ditulis itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu. Jika tak ada dua oang lelaki, maka boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan memberi keterangan apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguanmu. Tulislah muamalahmu itu, kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, jika kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan yang demikian, maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS.al-Baqarah 282. 55 2. Hadits ا آ ﻮ م و و ز ن ﻮ م إ ﻰ ا ﻮ م ﺔ ا ﺔ ﻷا ﺮ ا 56 Artinya : “Barang siapa yang melakukan salaf salam, hendaknya dia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula untuk jangka waktu yang ditentukan.”HR enam imam hadist. Bank syari’ah dalm pembiayaannya juga menggunakan prinsip istisna’, berikut pembahasannya: c Pembiayaan istisna’ a. Pengertian pembiayaan istisna’ Produk pembiayaan istisna menyerupai produk salam, tapi dalam istisna pembayarannya dapat dilakukan bank dalam beberapa kali. Skim istisna dalam bank syari’ah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan kontruksi. Mengingat istisna merupakan lanjutan dari salam maka secara umum landasan hukumnya sama. 57 b. Skema pembiayaan istisna’ 56 Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhary, Shahih al-Bukhary, Beirut, Darul Fikr, 1995, jilid II, h. 30. 57 Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rusyd, Bidayatul Mujahid Wa Nihayatul Muqtasid, Bairut: Darul Qalam, 1988, Vol XII, h.124. Di samping menggunakan prinsip jual beli, pembiayaan dalam bank syari’ah juga biasa menggunakan prinsip sewa atau ijarah, berikut pembahasannya: 2. Prinsip sewa ijarah Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tnapa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. 58 Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, bedanya terletak pada objek transaksinya, bila pada jual beli objeknya adalah barang maka pada ijarah objeknya adalah jasa. Dalam sistem ini tidak merubah kepemilikan barang. Pada akhir masa sewa bank dapat saja menjual barang yang disewakannya pada nasabah. Karena itu dalam perbankan syari’ah dikenal dengan ijarah muntahhiah bi al-tamlik sewa yang diikuti dengan pemindahan kepemilikan. 59 Landasan hukum ijarah adalah sebagai berikut: 1. Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 233 58 Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’zam Lughat al-Fuqaha, Bairut: Darun-nafs, 1985, cetakan ke-8 vol III, h. 183. 59 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah, h. 117. Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-Baqarah 233. 60 2. Hadits nabi Muhammad SAW ر و ا ى سﺎ أ ن ا ﺻ ﻰ ﷲا و ا وا ﻄ ا ﻰ مﺎ أ ﺮ و ىرﺎ او ﺪ أ اور 61 Artinya “Diriwayatkan dari ibn Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda و “berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” HR. Bukhari dan Muslim. Prinsip yang ketiga dalam pembiayaan bank syari’ah adalah prinsip bagi hasil, berikut penjelasannya: 61 Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhary, Shahih al-Bukhary, h. 36. 3. Prinsip bagi hasil Produk pembiayaan yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut: 1. Musyarakah a. Pengertian musyarakah Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana amalexpertise dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko dibagi bersama sesuai kesepakatan. 62 b. Skema musyarakah 62 Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rusyd, Bidayatul Mujahid Wa Nihayatul Muqtasid, Bairut: Darul Qalam, 1988, Vol II, 253-257. c. Landasan syari’ah transaksi musyarakah 1. Hadits nabi Muhammad SAW أ ه ﺮ ﺮ ة ر ﷲا لﺎ إ ن ﷲا ﻮ ل أ ﺎ ﺎ ا ﺮ ﻜ ﺎ أ ﺪ ه ﺻ ﺎ ﺎ ﺎ ن نﺎ ﺮ ﻬ ﺎ دود ﻮ ا ور 63 Artinya: “Dari abu Hurairah, Rasulallah SAW bersabda, “ Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati yang lainnya.” HR Abu Dawud. Produk pembiayaan yang didasarkan atas prinsip bagi hasil disamping musyarakah adalah mudharabah, berikut penjelasannya: b. Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih di mana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. 64 perjanjian antara penanam modal dan pengelola untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak bedasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. 63 Abi Toyyib Muhammad Syamsul Haq al-Adzî abadî ma’a Syarhil Hâfidz Syamsuddîn Ibn Qayyum al-Jauziyah,’Aunul Ma’bûd Syarh Sunanul Abî Dâwud, Beirut: Daarul Kutubul ‘Âlamiyyah, 1990, h. 170. 64 Ahmad al-Syarbayi, al-Mu’jam al-Iqtisad al-Islami Bairut: Dar Alamil Kutub, 1997, 10. Landasan hukum untuk sistem ini adalah sebagai berikut: 1. Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 283 Artinya : “Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagaian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya hutangnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu para saksi menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS.al- Baqarah 283. 65 2. Hadits Nabi ﺻ ﺎ ﺻ ﻬ ا لﺎ : لﺎ ر ﻮ ل ﷲا ﺻ ﻰ ﷲا و : ث ﻬ ا ﺮ آ ﺔ. ا ا ﻰ ا و ا رﺎ ﺿ ﺔ وا ط ا ﺮ ﺎ ﺮ ﺎ ا ور 66 Artinya : “Dari Shaleh bin Shuhaib ra bahwa Rasulallah bersabda, “tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqarabah mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” HR. Ibn Majah 66 Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qizwini, Sunan Ibn Majah, vol, II, Beirut: Dâr al-Fiqr, t.t, h. 768. Pembiayaan dalam bank syari’ah juga biasa menggunakan pembiayaan dalam jenis akad pelengkap, berikut penjelasannya: 4. Akad pelengkap Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad ini tidak ditujuakan untuk mencari keuntungan tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun demikian, dalam akad ini dibolehkan untuk meminta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan akad ini. Pada penerapannya, akad ini terbagi menjadiakad: hiwalah alih utang-piutang, rahn gadai, qardh, wakalah perwakilan, dan kafalah garansi bank. 67 Dari pemaparan di atas didapatkan ada tiga jenis bentuk penghimpunan Dana Pihak Ketiga yaitu simpanan giro, tabungan, dan deposito. Pada tahap ini belum terlihat adanya perbedaan dengan produk bank konvensional. Hal yang membedakannya pada prinsip operasionalnya yaitu dengan menggunakan mudharabah dan wadi’ah. Untuk pembiayaan ada empat prinsip yang dipakai oleh bank syari’ah, prinsip jual beli, prinip sewa, prinsip bagi hasil, dan prinsip akad pelengkap. 67 Adiwarman Karim, Bank Islam, h.105.

BAB III PROFIL BTN SYARIAH CABANG JAKARTA