62
baru ini dikenal sebagai istishna’ paralel yaitu sebuah bentuk akad Istishna’ antara nasabah dengan LKS, kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah,
LKS memerlukan pihak lain sebagai Shani’.
101
D. Mekanisme Pembiayaan Istishna Menurut Perbankan Syari’ah
Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya bahwa Produk pembiayaan Istishna diantaranya adalah pembiayaan jual beli Istishna. Istishna menurut
Fiqh adalah jual beli dalam bentuk pemesanan, pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
pembeli dan penjual Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 06DSN- MUIIV2000. Sedangkan Istishna menurut Peraturan Bank Indonesia PBI
adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan, pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai
dengan kesepakatan PBI Nomor 746 pasal 1 butir 9. Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia
mendefinisikan Istishna’ sebagai akad antara pemesan dengan pembuat barang untuk suatu pekerjaan tertentu dalam tanggungan atau jual-beli suatu
barang yang baru akan dibuat oleh pembuat barang.
102
Dalam konsep Istishna, merupakan transaksi jual beli antara nasabah dan bank, dan dalam pelaksanaan
adanya angsuran dari pihak nasabah ke bank. Permasalahannya, apakah pihak nasabah karakter nasabah dapat memenuhi kewajibannya kepada bank syariah jika
101
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.022DSN-MUIII2002 tentang Jual Beli Istishna’ Paralel
102
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Djambatan, Jakarta, 2001, hlm. 67
Universitas Sumatera Utara
63
tidak punya jaminan. Sebaliknya apakah pihak bank dapat membuat janji tambahan sebagai jaminan pelunasan atas angsuran. Hal ini dapat dilihat pada diagram berikut
ini.
Diagram. 1
Mekanisme Pembiayaan Istishna Menurut Perbankan Syari’ah Berdasarkan diagram di atas dapat dijelaskan bahwa
Istishna’ merupakan salah satu produk pembiayaan pada bank syariah.
Istishna’ akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan pembeli, mustashni’ dan penjual pembuat, shani’. Sedangkan Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad Istishna’ antara pemesan
pembeli, mustashni’ dengan penjual pembuat, shani’, kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni’, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’..
Bank-bank Islam mengambil Istishna’ untuk memberikan pembiayaan angsuran kepada nasabahnya untuk membeli barang walaupun klien tersebut mungkin tidak
Universitas Sumatera Utara
64
memiliki cukup uang untuk mendapatkan atau membeli barang tersebut, dan penyerahan barangnya di akhir periode pembiayaan.
Adapun maksud dan tujuan pembiayaan dilakukannya mekanisme Pembiayaan Istishna pada Bank BRI Syari’ah seperti pembiayaan istishna
pada umumnya, adalah : 1 Untuk membiayai kebutuhan investasi maupun modal kerja untuk
pengadaan barang baik sektor pertanian, perdagangan, maupun industri.
2 Untuk pembelian dengan pesanan barang konsumsi misalnya rumah tinggal indent.
103
Ketentuan Pembiayaan Istishna menurut Perbankan Syari’ah seperti halnya menurut fiqh yang menentukan bahwa :
1 Pembiayaan istishna
menggunakan fatwa
DSN no
06DSN- MUIIV2000 tentang jual beli istishna dan no 22 DSN-MUIII2002
tentang istishna pararel. 2 Istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan yang disepakati antara pemesan
pembelimustashni dengan
penjual pembuat
barang Shani’.
103
Hasil Wawancara dengan Bapak Toras Pulungan Kepala Cabang Bank Rakyat Indonesia BRI Syari’ah Cabang Binjai, 03 Oktober 2011
Universitas Sumatera Utara
65
3 Istishna pararel merupakan suatu bentuk akad istishna antara pemesan pembelimustashni dengan penjual pembuatshani’ kemudian untuk
memenuhi kewajibannya kepada mustashni, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’.
4 Pembiayaan Istishna pada Bank BRI Syai’ah merupakan pembiayaan produktif maupun konsumtif untuk memenuhi kebutuhan barang
produksi atau
barang konsumtif
yang dilakukan
dengan cara
pemesanan secara syari’ah sesuai dengan kemampuan masing-masing nasabah dengan akad istishna.
104
Selanjutnya apabila dilihat dari karakteristiknya, maka dapat dijelaskan bahwa Pembiayaan Istishna pada Bank BRI Syari’ah, memiliki karakteristik
sebagaiberikut. a Pembeli bank menguasai produsen untuk menyediakan barang
pesanan sesuai spesifkasi sesuai dengan yang disyaratkan nasabah dan bank menjualnya dengan harga yang disepakati.
b Harga barang tidak berubah selam jangka waktu akad. c Barang pesanan harus memenuhi kriteria:
- Memerlukan proses pembuatan setelah akad selesai
104
Hasil Wawancara dengan Bapak M. Indra Kusuma Staf Bagian Adminitrasi Pembiayaan ADP Bank Rakyat Indonesia BRI Syari’ah Cabang Binjai, 03 Oktober 2011
Universitas Sumatera Utara
66
- Sesuai dengan spesifikasi pemesan costumized bukan produk masal
- Harus diketahui karakteristiknya secara umum, meliputi jenis, spesifikasi, teknis, kualitas, dan kuantitas.
d Akad istishna pertama antara pemesan dengan bank harus terpisah dengan akad kedua yaitu antara bank dengan penjual, sehingga antara
pemesan dengan penjual harus merupakan pihak yang berbeda. e Akad dala istishna pararel terdiri dari:
1. Akad bank dengan nasabah akad pembiayaan. 2. Akad
bank dengan
produsen suplier
berupa bukti
pemesananPKScall name dapat pula deberi wakalah kepada nasabah untuk berakad istishna dengan produsen.
f Pada dasarnya akad istishna tidak dapat dibatalakan kecuali kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya, dan akad dibatalkan demi
hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
g Nasabah pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual Bank atas jumlah yang telah dibayarkan dan penyerahan
barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.
Universitas Sumatera Utara
67
h Penjual bank mempunyai hak untuk memperoleh jaminan atas harga yang disepakati dan akan dibayar tepat waktu, pemindahan hak akan
dilakukan saat penyerahan sebesar jumlah yang disepakati. i Pembeli nasabah tidak boleh menjual barang atau menukarnya
sebelum menerimanya. j Bank tidak dapat meminta tambahan harga apabila nasabah menerima
barang dengan kualitas lebih tinggi kecuali terdapat kesepakatan. k Bank tidak diharuskan memberi potongan harga discount apabila
nasabah menerima barang dengan kualitas rendah kecuali terdapat kesepakatan.
l Pendapatan istishna adalah total harga yang disepakati dala akad termasuk margin keuntungan. Margin adalah selisih penjualan dengan
harga pokok istishna.
105
mPendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode prosentase penyelesaian.
Bank syariah memiliki berbagai macam produk, baik untuk penghimpunan dana, penyaluran dana maupun produk jasa. Salah satu dari produk penyaluran dana
tersebut adalah istishna’. Produk pembiayaan ini diperuntukkan terhadap kebutuhan akan jasa konstruksi. Pelaksanaan pembiayaan ini menggunakan sistim jual-beli yang
105
Hasil Wawancara dengan Bapak M. Indra Kusuma Staf Bagian Adminitrasi Pembiayaan ADP Bank Rakyat Indonesia BRI Syari’ah Cabang Binjai, 03 Oktober 2011
Universitas Sumatera Utara
68
lebih sesuai dengan prinsip syariah Islam. Hanya saja barang yang diperjualbelikan dalam produk pembiayaan ini bukanlah barang yang ready stock sehingga terlebih
dahulu harus dilakukan pemesanan terhadap pembuatan barang tersebut. Hal inilah yang pada dasarnya harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariah Islam karena
jual-beli terhadap barang yang tidak ada wujudnya pada dasarnya tidak
diperbolehkan menurut ketentuan syariah Islam kecuali dengan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
69
BAB III PENERAPAN AKAD PEMBIAYAAN ISTISHNA PADA
BANK BRI SYARI’AH CABANG BINJAI
A. Gambaran Umum Bank BRI Syari’ah Binjai
Bank Rakyat Indonesia BRI Syari’ah merupakan bagian dari PT Bank Rakyat Indonesia BRI yang menjalankan fungsi sebagai bank dengan prinsip
syari’ah. Dilihat dari sejarahnya Bank Rakyat Indonesia BRI adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia
BRI didirikan di Purwokerto. Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan
dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia pribumi. Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di
Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan
BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat
Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani-dan Nelayan BKTN yang merupakan peleburan dari BRI, Bank
Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij NHM. Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden Penpres No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank
69
Universitas Sumatera Utara