Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian hasil pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya sebagaimana dipaparkan di atas, maka berikut dapat ditarik beberapa kesimpulan dan dikemukakan pula beberapa saran.

A. Kesimpulan

1. Mekanisme perjanjian pembiayaan Istishna menurut fiqh adalah jual beli dalam bentuk pemesanan, pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan pembeli dan penjual. Sedangkan Istishna menurut perbankan syari’ah adalah berpedoman pada ketentuan Peraturan Bank Indonesia PBI, yaitu jual beli barang dalam bentuk pemesanan, pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan PBI Nomor 746 pasal 1 butir 9. Pembiayaan Istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan yang disepakati antara pemesan pembelimustashni dengan penjual pembuat barang Shani’. Istishna pararel merupakan suatu bentuk akad istishna antara pemesan pembelimustashni dengan penjual pembuatshani’ kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’. 122 Universitas Sumatera Utara 123 2. Perjanjian pembiayaan Istishna pada Bank BRI Syari’ah Cabang Binjai dalam pelaksanaannya telah dilaksanakan sesuai dengan Fatwa DSN No 06DSN- MUIIV2000 tentang Jual Beli Istishna dan No 22 DSN-MUIII2002 tentang Istishna Pararel. Hal ini terlihat dari t ata cara pengikatan akad pembiayaan dengan prinsip Istishna pada Bank BRI Syari’ah dilakukan melalui penandatangan akad pembiayaan, setelah pihak bank memperoleh keyakinan dari seorang debiturnya atas kemampuannya dalam melunasi hutangnya, kreditur dapat melakukan penelitian dan analisis yang mendalam terhadap debitur tersebut, baik yang menyangkut kepribadiannya maupun segi-segi kegiatan usaha dan agunannya, juga memenuhi kriteria berkaitan dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian. Pengikatannya Akad Pembiayaan dilakukan dengan Akta Otentik yang dibuat di hadapan notaris atau dibuat di bawah tangan dengan dilakukan pengesahan notaris, dimana hal ini tergantung dari nilai pembiayaan yang direalisasikan. 3. Kendala pada perjanjian pembiayaan Istishna menurut Bank BRI Syari’ah Cabang Binjai dengan Akad Pembiayaan Murabahah Al Istishna dalam pelaksanaan antara lain a kendala yang dihadapi nasabah dalam pengembalian dana pembiayaan dengan akad Al Istishna disebabkan oleh faktor intern nasabah sendiri yang terdiri dari faktor kesengajaan atau kelalaian debitur penerima pembiayaan, manajemen usaha yang kurang baik dan pengaruh ketidakstabilan situasi dan kondisi dari debitur. Sedangkan faktor ekstern, seperti akibat keadaan memaksa atau force majeur dan perubahan kondisi perekonomian Universitas Sumatera Utara 124 dan perdagangan sehingga kondisi usaha tidak memberikan keuntungan. Sedangkan kendala yang dihadapi bank sehingga menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembiayaan dengan dengan Akad Pembiayaan Murabahah Al Istishna antara lain a Hambatan yang berasal dari internal Bank BRI Syari’ah, seperti sumber daya manusia yang bertugas pada unit pemasaran khususnya pembiayaan yang belum dapat bekerja secara maksimaal dalam melaksanakan pekerjaannya, kurang memahami pentingnya pelayanan, cara kerja petugas pembiayaan yang kurang efisien termasuk dalam hal ini kurangnya pengetahuan terhadap pembiayaan dengan Akad Pembiayaan Murabahah Al Istishna dan b Hambatan yang berasal dari eksternal bank, yaitu nasabah yang mengajukan pembiayaan tidak mempunyai legalitas yang lengkap, sering terjadinya salah pengertian antara bank dengan masyarakat terhadap pembiayaan dengan Akad Pembiayaan Murabahah Al Istishna khusus dalam memahami pembiayaan tersebut. Ketidakjujuran nasabah debitur penerima pembiayaan sehingga menyebabkan terjadinya tunggakan, kesalahan managemen dan kurang maintenance account manager terhadap account yang menjadi tanggung jawabnya.

B. Saran