BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh waktu aplikasi karbamid peroksida 10 terhadap kebocoran mikro restorasi klas V resin komposit
flowable dengan sistem adhesif self etch. Metode penetrasi dye merupakan metode yang paling sering digunakan untuk uji kebocoran mikro karena proses kerjanya yang
mudah, sederhana, relatif murah, dan merupakan metode perbandingan dalam mengevaluasi berbagai macam teknik restorasi. Penetrasi dye dapat dicatat dengan
skor standar 0-3 sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yazici et al. 2003 setelah dilakukan pemotongan sampel secara longitudinal.
6
Penelitian ini menggunakan resin komposit flowable sebagai bahan restorasi. Resin komposit flowable merupakan bahan restorasi yang umumnya dipakai pada
restorasi klas V karena mempunyai komposisi filler inorganik yang rendah dan komposisi resin yang cukup banyak sehingga memiliki daya alir yang cukup tinggi
dan dengan mudah mengisi atau menutupi celah kavitas yang kecil. Akan tetapi, komposisi resin komposit flowable yang demikian dapat menyebabkan terjadinya
pengerutan yang lebih besar sehingga menghasilkan kebocoran mikro yang lebih besar.
6,7,9
Penelitian ini menggunakan Sistem adhesif self-etch one-step yang bersifat lebih hidrofilik, oleh karena itu dapat bersifat lebih permeabel terhadap air yang
berasal dari dentin. Sifat permeabilitas yang dimilki sistem adhesif ini menyebabkan air dapat berpindah dari dentin dan membentuk suatu blister air di sepanjang
permukaan antara resin komposit dengan bahan adhesif. Blister air ini dapat beraksi sebagai penyebab stress yang dapat merendahkan kekuatan perlekatan bahan adhesif
ini pada dentin. Kekuatan perlekatan yang tinggi diperlukan untuk mencegah terjadinya pembentukan celah antara tepi restorasi dan dinding kavitas. Selain itu,
beberapa penelitian lain melaporkan adanya kesulitan yang lebih besar dalam mengetsa enamel dengan menggunakan bahan adhesif self-etch yang mengandung
Universitas Sumatera Utara
asam lemah karena menyebabkan hasil demineralisasi yang kurang efektif pada prisma email dibandingkan dengan hasil etsa dengan menggunakan asam phosphor
pada sistem adhesif total-etch.
6,8,26
Penelitian ini menggunakan teknik perletakan secara incremental untuk mengurangi pengerutan selama polimerisasi yang akan mengurangi resiko kebocoran
mikro pada tambalan. Namun, Faktor lain yang meningkatkan resiko kebocoran mikro seperti adanya ekspansi termal resin komposit dengan gigi masih dapat
dijumpai. Ekspansi termal pada penelitian ini didapat saat proses thermocycling. Ekspansi termal yang terjadi pada restorasi lebih besar daripada email dan dentin
dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran restorasi di sepanjang dinding kavitas. Pergeseran ini menyebabkan kerusakan ikatan mekanik sehingga terjadi kebocoran
mikro.
7,8
Penelitian ini menggunakan karbamid peroksida 10 sebagai bahan home bleaching. Karbamid peroksida 10 merupakan bahan home bleaching yang
penggunaanya disetujui di beberapa negara besar seperti Amerika ADA, Kanada FDA dan Eropa SCCNFP karena lebih aman, murah dan efektif dalam pemutihan
gigi vital tanpa adanya perubahan ireversibel padsa pulpa. Kandungan urea pada karbamid peroksida juga dapat mengendalikan waktu pelepasan hidrogen peroksida,
yang merupakan bahan aktif bleaching, sehingga hidrogen peroksida menjadi lebih stabil. Hidrogen peroksida yang merupakan bahan aktif dari bahan bleaching ini tidak
akan hanya memecah subtansi pewarna gigi tetapi juga menyebabkan denaturasi protein serta hilangnya kalsium dan fosfor pada komponen inorganik gigi dan akan
mendegradasi system adhesif pada interfasial restorasi yang sudah ada. Setelah reaksi peruraian karbamid perosida menjadi hidrogen peroksida dan air , akan terjadi reaksi
lanjutan dari hidrogen peroksida berupa radikal bebas. Radikal bebas ini dapat bergabung dengan molekul air dan oksigen sehingga menyebabkan degradasi
hidrolisis dari komponen matriks resin komposit. Besarnya kebocoran mikro yang terjadi berbanding lurus dengan peningkatan waktu aplikasi bahan bleaching.
4,5
Skor kebocoran mikro pada penelitian ini tidak ditemukan adanya skor 0 baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
Universitas Sumatera Utara
hal diantaranya. Pertama, karena seluruh sampel gigi premolar pada penelitian ini memiliki variasi stuktur anatomi gigi yang berbeda-beda. Dinding gingival pada
restorasi klas V lebih dekat ke daerah cemento enamel junction daripada ke dinding oklusal di mana daerah tersebut terdapat komponen organik yang lebih besar dan
cairan tubulus dentin yang lebih banyak yang dapat mempengaruhi perlekatan resin. Oleh karena itu, kebocoran mikro yang terjadi pada dinding gingival lebih besar
daripada dinding oklusal.
7
Kedua, faktor bahan adhesif yang digunakan pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan Sistem adhesif self-etch one-step yang bersifat lebih hidrofilik, oleh
karena itu dapat bersifat lebih permeabel terhadap air yang berasal dari dentin. Sifat permeabilitas yang dimilki sistem adhesif ini menyebabkan air dapat berpindah dari
dentin dan membentuk suatu blister air di sepanjang permukaan antara resin komposit dengan bahan adhesif. Blister air ini dapat beraksi sebagai penyebab stress
yang dapat merendahkan kekuatan perlekatan bahan adhesif ini pada dentin. Kekuatan perlekatan yang tinggi diperlukan untuk mencegah terjadinya pembentukan
celah antara tepi restorasi dan dinding kavitas. Selain itu, beberapa penelitian lain melaporkan adanya kesulitan yang lebih besar dalam mengetsa enamel dengan
menggunakan bahan adhesif self-etch yang mengandung asam lemah karena menyebabkan hasil demineralisasi yang kurang efektif pada prisma email
dibandingkan dengan hasil etsa dengan menggunakan asam phosphor pada sistem adhesif total-etch.
Penyimpanan dan perlakuan terhadap bahan adhesif selama proses pengiriman dan pendistribusian yang tidak dapat kita kendalikan dapat menyebabkan
terjadinya perubahan struktur pada bahan adhesif sehingga menyebabkan berkurangnya kerapatan perlekatan antara bahan restorasi dengan dinding kavitas.
Selain itu, lamanya bahan adhesif dibiarkan di udara terbuka ketika pengaplikasian juga dapat mempengaruhi terjadinya perubahan struktur bahan adhesif.
10,25,26
Ketiga, pada penelitian ini digunakan resin komposit flowable sebagai bahan restorasi. Resin komposit flowable merupakan bahan restorasi yang umumnya dipakai
pada restorasi klas V karena mempunyai komposisi filler inorganik yang rendah dan komposisi resin yang lebih banyak dibandingkan resin komposit packable, sehingga
Universitas Sumatera Utara
memiliki daya alir yang cukup tinggi sehingga dapat dengan mudah mengisi atau menutupi celah kavitas yang kecil. Akan tetapi, komposisi resin komposit flowable
yang demikian dapat menyebabkan terjadinya pengerutan yang lebih besar sehingga menghasilkan kebocoran mikro yang lebih besar.
6,7
Keempat, proses thermocycling yang dilakukan pada seluruh sampel penelitian. Proses thermocycling yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk
memberi tekanan pada gigi atau restorasi sehingga mensimulasi perubahan thermal atau tekanan pengunyahan seperti yang terjadi di dalam rongga mulut. Pada proses
thermocycling, perubahan temperatur yang ekstrim sebanding dengan yang terjadi di dalam rongga mulut, sehingga dapat mempengaruhi perbedaan ekspansi dan
kontraksi antara bahan restorasi dan srtuktir gigi. Thermocycling mempengaruhi infiltrasi marginal restorasi yang mempunyai koefisien linier ekspansi dan difusi
thermal yang tinggi dan menghasilkan kontraksi dan ekspansi restorasi yang berbeda dengan struktur gigi, sehingga permukaan restorasi menjadi lemah.
31
Hasil analisis penelitian dengan kruskal wallis test menunjukkan terjadinya peningkatan kebocoran mikro yang signifikan diantara seluruh kelompok perlakuan.
Nilai rerata terbesar sampai yang terkecil diperoleh dari kelompok IV perlakuan 6 jam 29.20, kelompok III perlakuan 4 jam 26.90, kelompok II perlakuan 2 jam
17.40 dan kontrol 8.50. Hasil ini menunjukkan semakin lama waktu aplikasi bahan home bleaching maka kebocoran mikro akan semakin besar P 0,05.
Peningkatan kebocoran mikro pada kelompok perlakuan bleaching dapat terjadi karena adanya pelepasan residu peroksida dari bahan bleaching yang berbanding
lurus dengan waktu aplikasi, hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana kelompok perlakuan 6 jam memiliki kebocoran mikro yang paling besar.
Hasil analisis penelitian dengan mann whitney test menunjukkan terjadi kebocoran mikro yang signifikan antara kelompok I dan II P = 0.018 P 0.05. hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayad et al yang melaporkan pada bahan home bleaching karbamid peroksida 6 dan 10 dengan waktu aplikasi 2 jam
sehari selama 14 hari memiliki kebocoran mikro yang signifikan dengan menggunakan resin komposit hybrid. Hasil analisis penelitian dengan mann whitney
Universitas Sumatera Utara
test juga menunjukkan terjadi kebocoran mikro yang signifikan P0,05 antara kelompok I dan III P = 0,001, I dan IV P = 0,001, II dan III P = 0,032, II dan IV P =
0,006. Hal ini dikarenakan residu peroksida yang dilepas masih mampu mempengaruhi kebocoran mikro sesuai dengan pendapat joiner yang menyatakan
waktu aplikasi bleaching mempengaruhi efektivitas bahan bleaching. Pelepasan residu peroksida terjadi karena adanya reaksi oksidasi reduksi yang akan
menimbulkan radikal bebas yang akan menggangu ikatan ganda bahan restorasi menjadi ikatan tunggal. Pelepasan residu peroksida pada bahan karbamid peroksida
memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan hidrogen peroksida.
5,18
Hasil analisis penelitian dengan mann whitney test menunjukkan terjadi kebocoran mikro yang tidak signifikan antara kelompok III dan IV P = 0.503 P
0.05. Hal ini dikarenakan Residu peroksida pada karbamid peroksida akan terlepas sekitar 50 pada dua jam pertama dan akan habis sekitar enam jam, sehingga residu
peroksida yang dilepas pada waktu 6 jam sudah tidak terlalu banyak sehingga perbandingan kebocoran mikro kelompok III perlakuan 4 jam dengan kelompok IV
perlakuan 6 jam tidak signifikan.
2,12
Peningkatan kebocoran mikro pada kelompok perlakuan pada penelitian ini secara umum disebabkan mekanisme bleaching yang menghasilkan radikal bebas.
Radikal bebas tersebut menyerang molekul resin komposit untuk memperoleh kestabilannya sehingga membuat resin komposit tidak stabil dan terdegradasi secara
terus menerus seiring munculnya radikal bebas lain dari bahan bleaching. Pelepasan radikal bebas pada bahan home bleaching dipengaruhi waktu aplikasi dan pada bahan
yang mengandung urea karbamid peroksida pelepasan radikal bebas sedikit diperlambat sehingga karbamid peroksida membutuhkan waktu aplikasi yang lebih
lama dibandingkan hidrogen peroksida.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN