e. Perendaman dalam Larutan methylene blue 2
Apex seluruh sampel ditutupi dengan sticky wax dan seluruh permukaan gigi dilapisi dengan 2 lapis cat kuku kecuali permukaan restorasi dan 1 mm di sekitar tepi
restorasi, kemudian dibiarkan mengering di udara terbuka hingga tidak terasa lengket. Setelah itu dilakukan perendaman dalam larutan methylene 2 selama 24 jam.
Selanjutnya, seluruh gigi dibersihkan dari zat warna dan cat kuku pada air mengalir dan dikeringkan.
A
B E C
D
f. Pengukuran Kebocoran Mikro
Semua sampel dipotong secara longitudinal melalui bagian tengah restorasi menggunakan diamond disc dengan menempatkan gigi pada bais. Pengamatan
kebocoran mikro dilakukan dengan melihat penetrasi zat warna methylene blue 2 pada tepi restorasi melalui stereomikroskop pembesaran 20 x. Pengukuran dilakukan
oleh dua orang untuk menghindari subjektifitas. Derajat kebocoran mikro menggunakan sistem penilaian standard dengan skor 0-3 . yaitu :
0 = tidak ada penetrasi zat warna 1 = ada penetrasi zat warna tidak melewati ½ kedalaman kavitas
2 = penetrasi zat warna melewati ½ kedalaman kavitas tanpa mencapai dinding aksial kavitas
3 = penetrasi zat warna mencapai dinding aksial kavitas
Gambar 8. Persiapan perendaman sampel : A Bunsen. B Cat Kuku. C Sticky wax. D gigi yang telah dilapisi sticky wax dan cat kuku. E Perendaman sampel dalam
methylen blue 2
Universitas Sumatera Utara
3.9 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisa secara nonparametrik dengan menggunakan uji
Kruskal Wallis Test untuk melihat perbedaan diantara seluruh kelompok perlakuan terhadap kebocoran mikro dan uji Mann-Whitney Test untuk melihat perbedaan
diantara kelompok I dan II, kelompok I dan III, kelompok I dan IV, kelompok II dan III, kelompok II dan IV, serta kelompok III dan IV.
Gambar 9. Persiapan pengukuran skor kebocoran : A Pemotongan sampel secara longitudinal dengan disc. B. pengamatan
dibawah stereo mikroskop pembesaran 20 X
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan terhadap 40 buah sampel gigi premolar satu atas yang dibagi secara random ke dalam 4 kelompok dengan perlakuan yang berbeda yaitu 10
sampel untuk kelompok I yang dilakukan restorasi kavitas klas V dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable, 10 sampel untuk kelompok II
yang dilakukan restorasi kavitas klas V dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable yang kemudian diaplikasikan bahan karbamid peroksida
10 selama 2 jam per hari selama 14 hari, 10 sampel untuk kelompok III yang dilakukan restorasi kavitas klas V dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin
komposit flowable yang kemudian diaplikasikan bahan karbamid peroksida 10 selama 4 jam per hari selama 14 hari, dan 10 sampel untuk kelompok IV yang
dilakukan restorasi kavitas klas V dengan sistem adhesif self-etch one-step dan resin komposit flowable yang kemudian diaplikasikan bahan karbamid peroksida 10
selama 6 jam per hari selama 14 hari. Uji kebocoran mikro dilakukan terhadap sampel dengan melihat penetrasi zat warna methylene blue 2 dengan menggunakan
stereomikroskop pembesaran 20 x. Hasil yang diperoleh adalah berupa panjang penetrasi zat warna methylene
blue 0,5 melalui tepi restorasi yang dikategorikan dalam skor kebocoran 0-3, dimana skor 0 untuk tidak adanya penetrasi zat warna, skor 1 untuk penetrasi zat
warna yang mencapai ½ kedalaman kavitas, skor 2 untuk penetrasi zat warna yang melewati ½ kedalaman kavitas tanpa mencapai dinding aksial kavitas, dan skor 3
untuk penetrasi zat warna yang mencapai dinding aksial kavitas. Seluruh sampel yang telah dibelah diamati dengan stereomikroskop untuk melihat penetrasi zat warna
tersebut. Kemudian dilakukan pencatatan skor pada masing masing sampel berdasarkan sistem penilaian yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara