rendah dibandingkan dengan harga normalnya atau dari harga jual di negara ketiga.
1. Dasar Hukum Antidumping
Article VI General Agreement on Tariff and Trade GATT 1947 mengatur tentang ketentuan antidumping. Selanjutnya, sebagai upaya untuk
mencegah praktik dumping, maka tanggal 30 Juni 1967 telah ditandatangani “Antidumping Code” oleh sekitar 25 peserta GATT termasuk Amerika
Serikat. Code ini merupakan peraturan pelaksanaan antidumping dalam ketentuan GATT 1947.
Selanjutnya dalam rangka mengimplementasikan penafsiran Article VI tersebut, maka dalam Putaran Tokyo disepakati Antidumping Code 1979
oleh 22 negara tanggal 12 April 1979, dan berlaku secara efektif sejak 1 Januari 1980. Code ini secara umum memuat prosedur atau tata cara
pelaksanaan Article VI GATT melalui Agreement on Implemantion of Article VI GATT.
Antidumping Code 1994 sebenarnya merupakan salah satu dari Multilateral Trade Agreement yang ditandatangani bersama dengan
Agreement Esthablishing The World Trade Organization WTO yang merupakan institusi yang bertujuan memajukan perdagangan dunia
antarnegara-negara anggota WTO. Dengan demikian, kedudukan
Universitas Sumatera Utara
Antidumping Code 1979 merupakan bagian integral dari Agreement Esthablishing WTO itu sendiri.
18
Untuk dapat melaksanakan tindakan antidumping, Indonesia telah mempunyai perangkat hukum antidumping, baik berupa peraturan per-UU-an
maupun komite antidumping. Beberapa peraturan yang mengatur tentang antidumping adalah sebagai berikut
Sebagai salah satu negara yang merupakan bagian dari organisasi perdagangan dunia, Indonesia telah meratifikasi ketentuan GATT-WTO
dengan keluarnya UU No. 7 Tahun 1994 tanggal 2 November 1994 tentang Pengesahan Agreement on Esthablishing the World Trade Organization
WTO, maka hasil keputusan yang berisi 28 persetujuan tersebut telah sah menjadi bagian dari peraturan per-UU-an nasional bagi negara peserta,
termasuk persetujuan tentang antidumping. Salah satu yang menjadi perhatian Indonesia terhadap hasil persetujuan
Putaran Uruguay adalah masalah antidumping yang diatur dalam Article VI GATT 1994, yang menyatakan bahwa setiap negara anggota GATT
diperbolehkan untuk mengenakan tindakan antidumping. Tindakan itu dapat dikenakan terhadap barang impor yang dijual dengan harga ekspor di bawah
nilai normal dari harga barang yang sama di pasar domestik negara pengimpor sehingga menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negara
pengimpor.
19
1 UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
:
18
Yulianto Syahyu, Hukum Antidumping di Indonesia, Cet. I Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia 2004 hlm.45.
19
Muhammad Sood, Op. Cit., hlm. 118.
Universitas Sumatera Utara
2 UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan yang dalam Pasal 18-20
diatur tentang Bea Masuk Antidumping dan Bea Masuk Imbalan. 3
UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
4 Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1996 tentang Bea Masuk Antidumping
dan Bea Masuk Imbalan 5
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 136.MPPKep61996 tentang Pembentukan Komite Antidumping
Indonesia 6
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 172MPPKep61996 tentang Organisasi dan Cara Kerja Tim Organisasi
Antidumping 7
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 427MPPKep102000 tentang Komite Antidumping Indonesia
8 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.
428MPPKep102000 tentang Pengangkatan Anggota Komite Antidumping Indonesia.
9 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.
216MPPKep72001 tentang Perubahan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 261MPPKep91996 tentang Cara Persyaratan
Pengajuan Penyelidikan Atas Barang Dumping dan Barang Mengandung Subsidi.
Universitas Sumatera Utara
2. Kriteria dan jenis dumping