Kebijakan Pemberian Subsidi Tindakan Imbalan untuk Tindakan Subsidi Countervailing Duties

4. Kebijakan Pemberian Subsidi

34 Sesuai dengan tujuan pemberian subsidi, yaitu untuk merangsang kegiatan ekspor, maka pemerintah masih diperbolehkan memberikan subsidi kepada pelaku ekonomi sebatas subsidi tersebut untuk produk primer, misalnya untuk mendukung pengembangan produk pertanian, perikanan, dan kehutanan. Sementara subsidi untuk produk non-primer, yaitu produk lain diluar pertanian, perikanan, dan kehutanan tidak diperbolehkan karena berindikasi menimbulkan dampak kerugian terhadap negara lain. Dalam usaha pemberian subsidi untuk mendorong pertumbuhan ekspor, pemerintah suatu negara wajib memberitahukan terlebih dahulu secara tertulis kepada para eksportirnya. Pemberitahuan tersebut dimaksudkan untuk melindungi industri domestik negara pengimpor bagi subsidi produksi. Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh pelapor adalah sebagai berikut : a. Pemberitahuan tersebut harus dilakukan secara tertulis b. Pemberitahuan harus berisi : 1 Jumlah produk yang diberikan subsidi 2 Nilai subsidi 3 Keadaan-keadaan yang dijadikan alasan diberikannya subsidi Kewajiban untuk memberitahukan dalam rangka melindungi industri domestik sebagaimana diatur dalam Article XVI, selain kurang mempunyai kekuatan hukum dan cenderung untuk tidak ditaati, ketentuan ini pun tidak 34 Christhophoborus Barutu, Op.Cit., hlm.200. Universitas Sumatera Utara mempunyai kepastian hukum dan seolah-olah hanya merupakan anjuran saja. Ketentuan ini hanya menggambarkan bahwa subsidi yang diberikan kepada produsennya harus benar-benar beritikad baik. Apabila suatu negara enggan memberitahukan perlakuan subsidi yang dapat menimbulkan kerugian bagi negara lain karena tidak ada sanksi hukum jika dilanggar, maka sanksi satu- satunya adalah kemungkinan untuk dikenakan tindakan balasan oleh negara yang dirugikan. Begitu pula jika negara yang bersangkutan memberitahukan tentang adanya subsidi juga akan diancam dengan sanksi yang sama. Dengan tidak adanya kekuatan hukum mengenai kewajiban pemberitahuan tersebut, sehingga suatu negara cenderung tidak mempergunakan prosedur.

C. Safeguard

Dokumen yang terkait

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

7 65 137

UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 79

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 9

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 1

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 2 21

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 1 35

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 5

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DI DALAM NEGERI DALAM SISTEM PERDAGANGAN BEBAS WTO - Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Melalui Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Ditinjau Dari UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Melalui Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Ditinjau Dari UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 17

PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARD) DITINJAU DARI UU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN SKRIPSI

0 0 9