2. Kriteria dan jenis dumping
a. Kriteria Dumping
Article VI GATT pada prinsipnya telah memberikan kriteria umum bahwa dumping yang dilarang adalah dumping yang dapat menimbulkan
kerugian materil baik terhadap industri yang sudah berdiri maupun telah menimbulkan hambatan pada pendirian industri domestik. Mengacu pada
pengertian di atas, maka dumping dapat dikategorikan menjadi tiga unsur atau kriteria sebagai berikut
20
1. Produk dari suatu negara yang diperdagangkan oleh negara lain dijual
dengan harga yang lebih rendah dari harga normal :
2. Akibat dari diskriminasi harga tersebut yang menimbulkan kerugian
materil terhadap industri telah berdiri atau menjadi halangan terhadap pendirian industri dalam negeri
3. Adanya hubungan kausal antara penjual barang impor yang harganya lebih
rendah dari harga normal sehingga terjadi kerugian yang diderita oleh negara pengimpor.
b. Jenis dumping
Dalam praktik perdagangan internasional, dumping ada beberapa jenis dan oleh para ahli ekonomi pada umumnya dapat diklasifikasikan atas 3tiga
jenis, yaitu
21
1. Persistent dumping diskriminasi harga internasional , yaitu
kecenderungan monopoli yang berkelanjutan dari suatu pasar dalam :
20
Ibid., hlm. 120.
21
Sukarmi, Op.Cit., hlm.40.
Universitas Sumatera Utara
negeri untuk memperoleh keuntungan maksimum dengan menetapkan harga yang lebih tinggi di dalam negeri daripada diluar negeri
2. Predatory dumping, yaitu menjual barang di luar negeri lebih murah
untuk sementara, sehingga dapat mematikan pesaing. Setelah memonopoli pasar maka harga kembali dinaikkan.
3. Sporadic dumping, yaitu menjual produk di luar negeri lebih murah
secara sporadic karena kelebihan produksi di dalam negeri. Menurut Kindleberger dalam H.A.S. Natabaya, apabila dilihat dari segi
dampak bagi konsumen dan industri dalam negeri pengimpor ada dua jenis dumping, yaitu
22
1. Dumping yang bersifat perampasan, bentuk seperti ini terjadi apabila
perusahaan melakukan diskriminasi dan menguntungkan pembeli untuk sementara waktu dengan tujuan untuk menghilangkan saingan, setelah
saingan tersingkir maka harga dinaikkan kembali. Bentuk dumping ini sangat merugikan produk industri dalam negeri negara pengimpor
:
2. Dumping yang terjadi secara terus menerus, bentuk dumping ini seperti
pada dasarnya hanya akan menguntungkan konsumen negara pengimpor, karena hanya bersaing dengan produk impor lain.
c. Implikasi dumping bagi negara pengimpor
Pada dasarnya para pelaku ekonomi yang melakukan kegiatan perdagangan internasional bertujuan untuk memperoleh keuntungan.Untuk
itu mereka harus mempunyai kemampuan dan ketrampilan manajerial yang
22
H.A.S. Natabaya, Penelitian Hukum tentang Aspek Hukum Antidumping dan Implikasinya bagi Indonesia, Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman RI, 1996, hlm.9.
Universitas Sumatera Utara
prima serta memiliki konsep atau prinsip yang berlaku umum dalam perdagangan internasional yakni konsep keunggulan komparatif. Konsep
keunggulan komparatif
23
adalah bahwa setiap negara akan memperoleh keuntungan jika ia menspesialisasikan pada produksi dan ekspor yang dapat
diproduksinya pada biaya yang relatif lebih murah, dan mengimpor apa yang dapat diproduksinya pada biaya yang relatif lebih mahal. Selain itu harus juga
memerhatikan kaidah-kaidah hukum yang berlaku di dunia bisnis internasional dengan mengutamakan prinsip fairness. Prinsip fairness
diutamakan dalam perdagangan internasional karena untuk menghilangkan praktek dumping dan subsidi. Prinsip fairness dimaksudkan agar jangan
sampai terjadi suatu negara menerima keuntungan tertentu dengan melakukan kebijaksanaan tertentu, sedangkan di pihak lain kebijaksanaan tersebut justru
menimbulkan kerugian bagi negara lainnya.
24
Dalam ketentuan GATT-WTO prinsip fairness sangat diutamakan, hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya praktik persaingan curang
dalam perdagangan internasional. Namun pada kenyataannya hakikat yang dimaksud sering tidak diindahkan oleh pelaku usaha untuk memperoleh
keuntungan dengan mengutamakan prinsip keadilan. Tindakan persaingan antarpelaku ekonomi merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya
persaingan curang baik dalam bentuk harga maupun bukan harga yang dikenal baik dengan istilah “dumping”. Dengan demikian, dumping
23
Hanif, Keunggulan Komparatif, http:nnif.blogspot.com201112keunggulan-
komparatif.html , diakses tanggal 27 Agustus 2014, 7.40 wib
24
Muhammad Sood, Op. Cit., hlm. 120.
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu bentuk hambatan perdagangan non-tarif, yang berupa diskriminasi harga
25
a. Produk dari suatu negara yang diperdagangkan oleh negara lain dijual
dengan harga yang lebih rendah dari harga normal atau disebut dengan “less than fair value” LTFV
. Oleh karena itu, dalam perdagangan internasional, pada dasarnya
dumping dilarang karena dianggap dapat merugikan perekonomian negara lain. Berdasarkan ketentuan yang dinyatakan dalam Article VI section 1
GATT 1947, ada dua unsur yang dapat disimpulkan, yaitu :
b. Akibat dari diksriminasi harga tersebut menimbulkan kerugian material
terhadap industri yang telah bediri atau menjadi halangan terhadap pendirian industri dalam negeri.
Berdasarkan Article VI GATT 1947 diuraikan pengertian mengenai “less than fair value” atau “di bawah harga normal”, yaitu :
26
1 Jika harga ekspor produk yang diekspor dari satu negara ke negara
lain kurang dari harga saing yang berlaku dalam pasar yang wajar, bagi produk sejenis itu ketika diperuntukkan bagi konsumsi di
negara yang mengimpor, atau 2
Jika dalam hal tidak terdapat harga domestik, maka harga tersebut harus lebih rendah dari harga saing tertinggi dari barang sejenis
yang diekspor ke negara ketiga dalam pasar yang wajar atau
25
Ibid., hlm. 124.
26
Christhophoborus Barutu, Ketentuan AntiDumping Subsidi dan Tindakan Pengamanan Safeguard dalam GATT dan WTO Bandung : Citra Aditya Bakti,2007, hlm.40-41
Universitas Sumatera Utara
dengan biaya produksi di negara asal ditambah jumlah yang sepantasnya untuk biaya penjualan dan keuntungan
Berdasarkan Article VI GATT 1947 ada dua sebab akibat untuk melarang kegiatan dumping, yaitu dumping yang dilakukan oleh suatu negara
yang menjual barang di negara lain dengan harga yang “less than fair value” LTFV, dan perbuatan tersebut dapat menimbulkan kerugian materil bagi
negara pengimpor. Kerugian materil, artinya industri dalam negeri memproduksi barang sejenis telah benar-benar mengalami kerugian seperti
faktor penurunan penjualan, penurunan keuntungan, penurunan pangsa pasar, apabila salah satu saja faktor sudah dipenuhi, maka bisa dikatakan sebagai
kerugian materil. Barang sejenis yang dimaksud yang dapat menimbulkan keugian materil adalah barang produksi dalam negeri yang identik atau sama
dalam segala hal dengan barang impor atau barang yang memiliki karakteristik menyerupai barang yang diimpor.
Kedua sebab akibat tersebut dinyatakan dalam pasal tersebut memberikan kriteria umum bahwa dumping yang dapat menimbulkan
kerugian materil baik terhadap industri yang sudah berdiri maupun menimbulkan hambatan pada pendirian industri domestik.
3. Bea Masuk Antidumping