Peraturan Pemerintah Tentang Tindakan pengamanan dalam

Menurut PP No.34 Tahun 2011 tentang tindakan antidumping, tindakan imbalan, dan tindakan pengamanan perdagangan, industri dalam negeri adalah produsen secara keseluruhan dari barang sejenis atau barang yang secara langsung bersaing yang beroperasi dalam wilayah Indonesia atau yang secara kumulatif produksinya merupakan proporsi yang besar dari keseluruhan produksi barang dimaksud.

B. Peraturan Pemerintah Tentang Tindakan pengamanan dalam

Perdagangan 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 84 Tahun 2002 Tentang Tindakan pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor Salah satu pertimbangan adanya Keputusan Presiden Keppres ini adalah untuk mencegah adanya kerugian serius danatau ancaman kerugian serius melalui peraturan per-UU-an nasional yang mengatur perihal tindakan pengamanan dengan tujuan untuk melindungi industri dalam negeri. 57 Keppres ini juga mengatur mengenai ketentuan dan tata cara tindakan pengamanan safeguard kepada seluruh industri dalam negeri yang mengalami kerugian dan atau ancaman serius akibat lonjakan impor baik secara relatif atau absolut yang masuk ke wilayah Indonesia. 58 57 Keppres dalam konsideran menimbang huruf b bahwakerugian serius dan atau ancaman kerugian serius sebagaimana dimaksud dalam huruf a tersebut dapat dicegah dengan peraturan per-UU-an nasional yang mengatur tindakan pengamanan sehingga industri yang mengalami kerugian dapat melakukan penyesuaianpenyesuaian struktural yang dibenarkan secara hukum berdasarkan ketentuan Agreement on Safeguards sebagaimana dimaksud dalam UU No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization 58 Ketentuan Pasal 2 Keppres no.84 Tahun 2002 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Keppres ini sangat penting sebagai ujung tombak penerapan tindakan pengamanan safeguard dengan diakomodasinya pengaturan penyelidikan Bab III Pasal 3 – Pasal 8 yang memuat ketentuan mekanisme pengajuan permohonan untuk diadakannya penyelidikan atas lonjakan impor sebagai dasar dilakukannya penyelidikan oleh komite dan untuk memberikan suatu kepastian hukum. Latar belakang pembentukan Keppres No. 84 Tahun 2002 Tentang Tindakan pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor adalah melalui pertimbangan sebagai berikut : 59 1. Adanya pelaksanaan komitmen liberalisasi perdagangan dalam kerangka Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia melalui penurunan tarif dan pengahapusan hambatan bukan tariff dapat menimbulkan lonjakan impor yang mengakibatkan kerugian serius terhadap industri dalam negeri 2. Terjadinya kerugian serius danatau ancaman kerugian serius dipertimbangkan dapat dicegah dengan peraturan per-UU-an nasional yang mengatur tindakan pengamanan sehingga industri yang mengalami kerugian dapat melakukan penyesuain struktural yang dibenarkan secara hukum sebagaimana dimaksud dalam UU No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia Safeguard berdasarkan Keppres No. 84 Tahun 2002 Tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor 59 Dasar pembentukan Keppres tersebut dapat dicermati dalam konsideran menimbang. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara didefinisikan sebagai tindakan pengamanan yaitu tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius danatau mencegah ancaman kerugian serius dari industri dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan impor barang sejenis atau barang yang secara langsung merupakan saingan hasil industri dalam negeri dengan tujuan agar industri dalam negeri yang mengalami kerugian serius dan atau ancaman kerugian serius tersebut dapat melakukan penyesuaian struktural. 60 Pihak yang dinyatakan berkepentingan dalam keppres ini adalah produsen dalam negeri Indonesia yang menghasilkan barang sejenis barang terselidik dan atau barang yang secara langsung bersaing; asosiasi produsen barang sejenis barang terselidik 61 dan atau barang yang secara langsung bersaing; organisasi buruh yang mewakili kepentingan para pekerja industri dalam negeri; importir barang terselidik di Indonesia; asosiasi importir barang terselidik; industri pemakai barang terselidik; eksportir atau produsen barang terselidik di luar negeri; asosiasi eksportir barang terselidik; pemerintah negara pengekspor barang terselidik; dan atau perorangan atau badan hukum yang dinilai memiliki kepentingan atas hasil penyelidikan tindakan pengamanan. 62 60 Ketentuan Pasal 1 Angka 1 Keppres no.84 Tahun 2002 61 Ketentuan Pasal 1 angka 7 Keppres no.84 Tahun 2002., Barang terselidik adalah barang yang impornya mengalami lonjakan sehingga mengakibatkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius industri dalam negeri . 62 Ketentuan Pasal 1 angka 8 Keppres no.84 Tahun 2002 Hal-hal yang diatur dalam keppres ini antara lain mengenai penyelidikan, tindakan pengamanan sementara, penentuan kerugian, pembuktian, dengar pendapat, tindakan pengamanan tetap, dan komite. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Selain itu ada juga perihal impor dari negara berkembang, seperti yang dituliskan dalam Pasal 27 bahwa : Tindakan pengamanan tidak diberlakukan terhadap barang terselidik yang berasal dari negara berkembang sepanjang pangsa impor barang terselidik dari negara berkembang sepanjang pangsa impor barang terselidik dari negara berkembang yang bersangkutan tidak melebihi 3 tiga persen dengan syarat bahwa keseluruhan pangsa impor barang terselidik dari negara-negara berkembang dengan pangsa impor kurang dari 3 tiga persen, secara kelompok tidak melebihi 9 sembilan persen dari total impor barang bersangkutan. Notifikasi dan konsultasi di dalam safeguard diatur dalam Pasal 28 dan Pasal 29. Pasal 28 menyatakan bahwa komite harus menotifikasikan kepada komite safeguard seluruh keputusan tindakan pengamanan yang menyangkut : 1. Penetapan dimulainya penyelidikan dan penetapan hasil penyelidikan 2. Penetapan adanya kerugian nyata dan atau ancaman kerugian sebagai akibat dari lonjakan impor 3. Penetapan tindakan pengamanan, baik sementara maupun tetap, dan perpanjangan tindakan pengamanan. Sedangkan dalam Pasal 29 menyatakan bahwa pemerintah dapat menyelenggarakan konsultasi atas permintaan negara-negara yang mempunyai kepentingan utama terhadap barang terselidik terhadap keputusan yang dinotifikasikan komite dan hasil konsultasi tersebut dinotifikasikan kepada komite safeguard. Salah satu unsur yang paling penting dalam Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara safeguard adalah adanya kerugian serius. Kerugian serius yang dimaksud dalam keppres dapat dilihat dalam ketentuan umum, yaitu kerugian nyata yang diderita oleh industri dalam negeri. Pembatasan penentuan kerugian ini selanjutnya dapat dilihat dalam Pasal 12 dan Pasal 13. Penentuan kerugian serius danatau ancaman kerugian serius terhadap industri dalam negeri akibat lonjakan impor barang terselidik harus didasarkan kepada hasil analisis dari seluruh faktor-faktor terkait secara objektif dan terukur dari industri dimaksud meliputi tingkat dan besarnya lonjakan impor barang terselidik, baik secara absolut maupun relatif terhadap barang sejenis atau barang yang secara langsung bersaing, pangsa pasar dalam negeri yang diambil akibat lonjakan impor barang terselidik, dan perubahan tingkat penjualan, produksi, barangtivitas, pemanfaatan kapasitas, keuntungan dan kerugian serta kesempatan kerja. Sedangkan untuk menentukan lonjakan impor yang mengakibatkan terjadinya ancaman kerugian serius, komite dapat menganalisis faktor-faktor lainnya sebagai tambahan selain faktor-faktor sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya, seperti kapasitas sektor rill dan potensial dari negara atau negara-negara produsen asal barang dan persediaan barang terselidik di Indonesia dan di negara pengekspor. Dalam hal kerugian serius dan atau ancaman keugian serius terhadap industri dalam negeri yang timbul pada saat bersamaan dengan lonjakan impor tetapi disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar faktor-faktor sebagaimana telah disebutkan, maka kerugian serius dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara atau ancaman kerugian serius tidak dapat dinyatakan sebagai akibat lonjakan impor. Keppres membahas mengenai tindakan pengamanan yang dapat dilakukan oleh Indonesia dalam menghadapai kerugian atau ancaman kerugian terhadap industri dalam negeri. Tindakan pengamanan ini dibagi menjadi 2 dua, yaitu tindakan pengamanan sementara Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan tindakan pengamanan tetap Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, dan Pasal 26. Kedua peraturan tersebut memiliki ketentuan yang sama dalam menetapkan tindakan pengamanan baik secara sementara maupun tetap. Tindakan pengamanan sementara dapat dikenakan apabila terdapat bukti awal terjadinya peningkatan impor yang mengakibatkan kerugian serius bagi industri dalam negeri dan dipandang kondisi industri dalam negeri dalam keadaan kritis yaitu apabila tidak dilakukan tindakan secepatnya akan tercipta keadaan yang semakin sulit untuk dilakukan perbaikan, sedangkan tindakan safeguard tetap dikenakan bila dalam penyelidikan terbukti telah adanya hubungan antara peningkatan impor yang menyebabkan suatu kerugian berat. Jika tindakan safeguard ditetapkan dalam bentuk kuota, jumlah kuotanya tidak boleh lebih kecil dari data impor rata-rata 3 tiga tahun terakhir. Dapat dikatakan bahwa untuk kasus pengenaan jumlah kuota yang berbeda dari rata-rata impor 3 tiga tahun terkahir diperlukan adanya bukti atau pembenaran secara khusus. Negara yang mengambil tindakan safeguard dalam bentuk kuota dapat membuat kesepakatan dengan negara pengekspor Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara terbesar mengenai alokasi kuota tersebut. Jika tidak ada kesepakatan, kuota masing-masing negara ditentukan pada pangsa pasar ekspor masing-masing negara dalam periode tertentu. Tindakan safeguard sementara hanya dapat dikenakan dalam bentuk peningkatan bea masuk sementara yang berlaku paling lama 200 dua ratus hari sejak pengenaannya dan tidak dapat diperpanjang. Jika dalam penyelidikan tidak terbukti adanya hubungan peningkatan impor dengan kerugian serius atau ancaman kerugian serius. Tindakan pengamanan sementara dihentikan dan bea masuk yang telah dipungut dikembalikan. Bila dalam perkembangan penyelidikan tersebut terdapat bukti yang diperlukan, maka dikenakanlah pengamanan tetap yang dapat dilakukan dengan cara peningkatan bea masuk danatau penetapan kuota impor. Seperti telah dituliskan sebelumnya bahwa pengenaan safeguard tetap tidak boleh lebih dari 8 delapan tahun terkecuali untuk negara berkembang yang mendapat perpanjangan 2 dua tahun menjadi 10 sepuluh tahun. Pada dasarnya komite berwenang untuk melakukan penyelidikan, penundaanpengehentian penyelidikan, dan segala keputusan yang berkaitan dengan rekomendasi perubahan atau perpanjangan jangka waktu pengenaan tindakan pengamanan serta keputusan lain yang berkaitan dengan penyelidikan atas kerugian serius dan atau ancaman kerugian serius yang diderita oleh industri dalam negeri akibat lonjakan impor. 63 63 Ketentuan Pasal 30 Keppres no.84 Tahun 2002 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.85MPPKEP22003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Permohonan Penyelidikan atas Pengamanan Industri Dalam Negeri dari Akibat Lonjakan Impor Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 85MPPKep22003 tentang tata cara dan persyaratan permohonan penyelidikan atas pengamanan industri dalam negeri akibat lonjakan impor merupakan peraturan yang lahir sebagai pelaksanaan ketentuan yang diamanatkan dalam pasal 4 ayat 3 Keputusan Presiden No. 84 Tahun 2002 tentang Tindakan pengamanan Industri Dalam Negeri dari Akibat Lonjakan Impor, yang berbunyi : “Tata cara permohonan, pemberitahuan tertulis, dan pengumuman penetapan komite sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 ayat 1 ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan” Diperjelas lagi dalam bagian “menimbang” huruf a dan b pada Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 85MPPKep22003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Permohonan Penyelidikan atas Pengamanan Industri dalam Negeri Akibat Lonjakan Impor yang berbunyi : Menimbang: a. bahwa sebagai pelaksanaan Keputusan Presiden No. 84 Tahun 2002 tentang tindakan pengamanan industri dalam negeri dari akibat lonjakan impor serta dalam rangka menampung permohonan industri dalam negeri untuk Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dilakukan suatu penyelidikan atas barang terselidik melonjak dan mengakibatkan kerugian yang serius, perlu diatur tata cara atau persyaratan permohonan penyelidikan atas lonjakan impor tersebut; b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 85MPPKep22003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Permohonan Penyelidikan atas Pengamanan Industri Dalam Negeri Akibat Lonjakan Impor terdiri atas 8 pasal yang secara substansi menguraikan secara lebih jelas mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan mekanisme ataupun tata cara dan persyaratan permohonan penyelidikan atas pengamanan industri dalam negeri dari lonjakan impor. Mekanisme atau tata cara permohonan penyelidikan atas pengamanan industri dalam neger akibat lonjakan impor dimulai dengan pengajuan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Ketua Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia cq. Sekretariat Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia Pasal 3 ayat 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 85MPPKep22003. Industri dalam negeri yang mengajukan permohonan harus menyebutkan Pasal 3 ayat 2 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 85MPPKep22003 : a. Nama dan alamat perusahaan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara b. No. telepon dan faksimil perusahaan c. Nama pengurus perusahaan yang berhak mewakili perusahaan Permohonan juga dapat diajukan oleh asosiasi yang mewakili produsen dalam negeri. Asosiasi yang mewakili produsen dalam negeri yang mengajukan permohonan harus menyebutkan Pasal 3 ayat 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 85MPPKep22003: a. Nama dan alamat asosiasi b. No. telepon dan faksimil asosiasi c. Nama pengurus asosiasi d. Nama dan alamat seluruh produsen yang diwakili Setiap permohonan penyelidikan atas pengamanan industri dalam negeri akibat lonjakan impor harus dilengkapi dengan Pasal 4 ayat 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 85MPPKep22003 : a. Uraian lengkap barang impor terselidik dan informasi data impor barang terselidik selama tiga tahun terakhir b. Uraian lengkap barang sejenis atau barang yang secara langsung bersaing dengan barang terselidik c. Nama dan alamat eksportir dan negara pengekspor dan atau negara asal barang terselidik d. Industri dalam negeri yang dirugikan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara e. Informasi mengenai kerugian serius dan atau ancaman kerugian serius yang berupa perubahan tingkat penjualan, produksi, produktifitas, pemanfaatan kapasitas, keuntungan dan kerugian serta penggunaan tenaga kerja f. Nama dan alamat importir barang terselidik g. Nama dan alamat asosiasi importir barang terselidik Setelah kelengkapan permohonan dilengkapi dan diserahkan, kelengkapan-kelengkapan yang dimaksud diteliti sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan Pasal 5 ayat 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 85MPPKep22003. Selama proses penelitian tersebut berlangsung, pemohon diberikan kesempatan untuk melengkapi data yang diajukan, atas prakarsa sendiri atau permintaan Komite apabila informasi yang diajukan kurang lengkap sesuai ketentuan Pasal 5 ayat 2 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 85MPPKep22003. Keputusan oleh Komite dapat diputuskan paling lama 30 tiga puluh hari sejak pengajuan permohonan diterima lengkap oleh Komite dan berdasarkan hasil penelitian serta bukti-bukti awal yang lengkap sebagaimana yang diajukan pemohon Pasal 5 ayat 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 85MPPKep22003. Keputusan atas permohonan penyelidikan atas pengamanan industri dalam negeri akibat lonjakan impor tersebut berupa: Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara a. Menolak permohonan dalam hal permohonan tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan b. Menerima permohonan dan mulai penyelidikan dalam hal permohonan memenuhi persyaratan Apabila permohonan ditolak, maka Komite menyampaikan penolakan kepada pemohon disertai dengan penjelasan alasan penolakan dan memberikan kesempatan kepada pemohon untuk melakukan tanggapan atas alasan penolakan tersebut paling lama 15 lima belas hari sejak ditetapkan oleh Komite Pasal 6 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 85MPPKep22003. Apabila permohonan diterima, maka Komite mengumumkan melalui Pengumuman Pemerintah cq. Berita Resmi Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia dan Pemberitahuan kepada Pihak yang Berkepentingan mengenai dimulainya penyelidikan terhadap barang impor terselidik yang diduga sebagai penyebab kerugian serius dan atau ancaman kerugian serius produsen dalam negeri Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 85MPPKep22003. 3. UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan yang semula hanya mengatur masalah Bea Masuk Anti-Dumping dan Bea Masuk Imbalan Subsidi, maka UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, memperluas Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tindakan pengamanan perdagangan dengan memasukkan dua ketentuan baru, yaitu Bea Masuk Tindakan Pengamanan dan Bea Masuk Pembalasan disamping ketentuan Bea Masuk Anti-Dumping dan Bea-Masuk Imbalan. Pada dasarnya salah satu pertimbangan dibuatnya UU Kepabeanan ini adalah untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan, transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik, untuk mendukung upaya peningkatan dan pengembangan perekonomian nasional yang berkaitan dengan perdagangan global, untuk mendukung kelancaran arus barang dan meningkatkan efektivitas pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean Indonesia dan lalu lintas barang tertentu dalam daerah pabean Indonesia, serta untuk mengoptimalkan pencegahan dan penindakan penyelundupan. Kepabeanan pada dasarnya diatur dalam UU Kepabeanan sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Angka 1 ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean 64 serta pemungutan bea masuk 65 Adapun jenis-jenis Bea Masuk adalah Bea Masuk Anti Dumping, Bea Masuk Imbalan, Bea Masuk Tindakan pengamanan, dan Bea Masuk Pembalasan. Sebagai tindakan safeguard bea masuk yang digunakan adalah bea masuk tindakan pengamanan. Bea masuk tindakan pengamanan dikenakan terhadap barang impor apabila terdapat lonjakan barang impor dan bea keluar. 64 Pasal 1 angka 2, daerah pabean adalah wilayah RI yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku UU ini 65 Pasal 1 angka 15, bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan UU ini yang dikenakan terhadap barang yang diimpor Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara baik secara absolut maupun relatif terhadap barang produksi dalam negeri yang sejenis atau barang yang secara langsung bersaing,dan lonjakan barang impor tersebut 66 1. Menyebabkan kerugian serius terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut danatau barang yang secara langsung bersaing; atau : 2. Mengancam terjadinya kerugian serius terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis danatau barang yang secara langsung bersaing. Pada Pasal 23A dijelaskan juga bahwa bea masuk tindakan pengamanan tidak harus diberlakukan apabila telah ditetapkan adanya kuota pembatasa impor sebagai tindakan pengamanan dimana hal ini kemungkinan untuk menghindari pemberlakuan ganda tindakan pengamanan, yaitu kuota sekaligus pungutan bea masuk. Di sisi lain, kerugian serius yang terjadi dan yang akan terjadi tersebut dapat dibuktikan berdasarkan fakta-fakta akurat yang dapat dipertanggungjawabkan bukan lahir dari asumsi dan prediksi- prediksi secara dangkal. 67 Tidak semua barang impor diberikan bea masuk, terdapat pengecualian terhadap 68 1. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik; : 66 Ketentuan Pasal 23A UU Kepabenan 67 Christophorus Barutu, Anti Dumping dalam General Agreement on Tariffs and Trade GATT dan Pengaruhnya Terhadap Peraturan Antidumping Indonesia, Yogyakarta : Jurnal berkala Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada,2007 68 Ketentuan Pasal 25 UU Kepabeanan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2. Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia; 3. Buku ilmu pengetahuan 4. Barang kiriman hadiahhibah untuk keperluan ibadah untuk umum, amal, sosial, kebudayaan, atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam; 5. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi alam; 6. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; 7. Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya; 8. Persenjataan amunisi, perlengkapan militer dan kepolisian, termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara; 9. Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara; 10. Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan; 11. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah; 12. Barang pindahan; 13. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut pelintas batas, dan barang kiriman sampi batas nilai pabean danatau jumlah tertentu; Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 14. Obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat; 15. Barang yang telag diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian; 16. Barang yang telah diekspor kembali dalam kualitas yang sama dengan kualitas pada saat diekspor; 17. Bahan terapi manusia, pengelompokan darah, dan bahan penjenisan jaringan. UU Kepabeanan menegaskan bahwa pengembalian bea dapat dilakukan dalam kondisi, sebagai berikut : 69 1. Kelebihan pembayaran bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 5, Pasal 17 ayat 3, atau karena kesalahan tata usaha; 2. Impor barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26; 3. Impor barang yang oleh sebab tertentu harus diekspor kembali atau dimusnahkan dibawah pengawasan pejabat bea dan cukai; 4. Impor barang yang sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai kedapatan jumlah yang sebenarnya lebih kecil daripada yang telah dibayar bea masuknya, cacat, bukan barang yang dipesan, atau berkualitas lebih rendah; atau 5. Kelebihan pembayaran bea masuk akibat putusan Pengadilan Pajak. 69 Ketentuan Pasal 27 1 UU Kepabeanan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Diatur pula mengenai pembebasan atau keringanan terhadap bea masuk yang dapat diberikan atas impor, sebagai berikut : 70 1. Barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka penanaman modal; 2. Mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri; 3. Barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk jangka waktu tertentu; 4. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan; 5. Bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian, peternakan, atau perikanan; 6. Hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkap yang telah mendapat izin; 7. Barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau penyusutan volume atau berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam daerah pabean dan saat diberikan persetujuan impor untuk dipakai; 8. Barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum; 9. Barang untuk keperluan olahraga yang diimpor oleh induk organisasi olahraga nasional; 10. Barang untuk keperluan proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman danatau hibah dari luar negeri; 70 Ketentuan Pasal 26 1 UU Kepabeanan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 11. Barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor. Pada pasal 23B dijelaskan juga mengenai masalah besarnya bea masuk tindakan pengamanan dimana besarnya pungutan bea masuk paling tinggi sebesar jumlah yang dibutuhkan untuk mengatasi kerugian serius atau mencegah ancaman kerugian serius terhadap industri dalam negeri. Pasal 23C merupakan pasal yang menganjurkan pemberlakuan bea masuk pembalasan 71 terhadap barang impor yang berasal dari negara yang telah memperlakukan barang ekspor Indonesia secara diskriminatif dimana bea masuk pembalasan ini merupakan tambahan bea masuk disamping bea masuk yang dipungut berdasarkan pasal 12 ayat 1. 72 Pada pasal 25 ayat 4 dan pasal 26 ayat 4 perlu juga diperhatikan juga mengenai pada dasarnya menyatakan bahwa orang 73 yang tidak memenuhi ketentuan pembebasan atau keringanan bea masuk yang ditetapkan menurut UU ini wajib membayar bea masuk yang terutang dan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar paling sedikit 100 seratus persen dari bea masuk yang seharusnya dibayar dan paling banyak 500 lima ratu persen dari bea masuk yang seharusnya dibayar. 71 Bea masuk pembalasan adalah bea masuk tambahan yang dikenakan terhadap barang impor yang berasal dari negara yang memperlakukan barang ekspor Indonesia secara diskriminatif 72 Christophorus Barutu, Anti Dumping dalam General Agreement on Tariffs and Trade GATT dan Pengaruhnya Terhadap Peraturan Antidumping Indonesia, Yogyakarta : Jurnal berkala Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada,2007 73 Orang yang dinyatakan bertanggung jawab terhadap bea masuk terutang ini adalah importer, hal ini sesuai dengan pernyataan dalam pasal 30 ayat 1 UU Kepabeanan, sebagai berikut: “Importir bertanggung jawab atas bea masuk yang terutang sejak tanggal pemberitahuan pabean atas impor Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

C. Penerapan Safeguard berdasarkan UU No. 7 Tahun 2014 tentang

Dokumen yang terkait

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

7 65 137

UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 79

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 9

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 1

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 2 21

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 1 35

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 5

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DI DALAM NEGERI DALAM SISTEM PERDAGANGAN BEBAS WTO - Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Melalui Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Ditinjau Dari UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Melalui Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Ditinjau Dari UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 17

PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARD) DITINJAU DARI UU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN SKRIPSI

0 0 9