Dasar Hukum Tindakan Imbalan Countervailing Duties Tujuan Pemberian Subsidi

d. Melakukan pembayaran pada mekanisme pendanaan , atau memberikan kepercayaan pada badan swasta untuk melaksanakan fungsi sehubungan yang terkait, yang pelaksanannya berbeda dengan biasanya yang dilakukan oleh pemerintah

1. Dasar Hukum Tindakan Imbalan Countervailing Duties

30 Subsidi pada dasarnya diberikan untuk mendukung pertumbuhan suatu industri, namun tindakan subsidi ternyata secara tidak langsung dapat merugikan negara tujuan ekspor. Dengan adanya subsidi harga barang semakin murah sehingga dapat menimbulkan persaingan yang tidak baik apabila barang tersebut masuk ke negara lain, untuk mencegah hal tersebut maka digunakanlah tindakan imbalan. Tindakan imbalan countervailing duties adalah tambahan bea masuk yang dikenakan untuk mengimbangi efek dari subsidi yang diberikan oleh negara pengekspor untuk perusahaan eksportir. Menurut UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdangangan pada Pasal 67 ayat 3 bagian d, tindakan imbalan bertujuan untuk mengatasi praktik perdagangan yang tidak sehat. Dalam Pasal 71 UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, diatur juga mengenai kewajiban pemerintah untuk mengambil tindakan imbalan dalam rangka menghilangkan atau mengurangi kerugian atau ancaman kerugian industri dalam negeri. Subsidi diatur dalam Article XVI GATT 1947. Kemudian disatukan dalam “Persetujuan tentang Subsidi dan Tindakan Imbalan Agreement on Subsidies 30 Countervailing Duties adalah tambahan bea masuk yang dikenakan untuk mengimbangi efek dari subsidi yang diberikan oleh negara pengekspor untuk perusahaan eksportir. Universitas Sumatera Utara and Countervailing Measures” tahun 1994 GATT-WTO Article XVI, merupakan bagian dari hasil persetujuan dalam Perundingan Multilateral Putaran Uruguay pada 1994. Dalam tata hukum nasional, subsidi telah diatur dalam UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, yang kemudian diubah lagi dengan UU No. 17 Tahun Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Adapun norma sebagai peraturan pelaksanaannya adalah Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1996 tentang Bea Masuk Antidumping dan Bea Masuk Imbalan dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kepmenperindag No. 261MPPKep61996 tentang Bea Masuk Imbalan.

2. Tujuan Pemberian Subsidi

Menurut A. F. Elly Erawati, pemberian subsidi pada dasarnya mempunyai dua tujuan, yaitu : 31 a. Untuk mendorong pertumbuhan ekspor. Maksudnya ialah agar pengusaha yang memperoleh subsidi dapat memproduksi produknya dengan biaya yang lebih rendah atau murah, sehingga produk tersebut dapat di ekspor dengan harga yang dapat bersaing dengan produk serupa dari negara pengimpor dari negara pengimpor dari negara ketiga lainnya. b. Untuk mengurangi impor, artinya bahwa pemberian subsidi terhadap komponen produk tertentu yang diproduksi di dalam negeri mendorong 31 Muhammad Sood, Op.Cit., hlm. 190. Universitas Sumatera Utara produsennya untuk tidak lagi membeli komponen produk serupa dari luar negeri. Meskipun demikian, subsidi seperti ini tidak menjamin bahwa produk lokal tersebut akan benar-benar baik kualitasnya dan rendah harganya dibandingkan dengan produk impor.

3. Penggolongan Subsidi

Dokumen yang terkait

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

7 65 137

UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 79

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 9

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 1

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 2 21

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 1 35

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 5

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DI DALAM NEGERI DALAM SISTEM PERDAGANGAN BEBAS WTO - Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Melalui Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Ditinjau Dari UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Melalui Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Ditinjau Dari UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 17

PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARD) DITINJAU DARI UU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN SKRIPSI

0 0 9