BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Struktur Perekonomian
Meminjam  istilah  Kuznets,  perubahan  struktur  ekonomi  umum  disebut transformasi struktural dan dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan
yang  saling  terkait  satu  dengan  lainnya  dalam  komposisi  permintaan  agregat, perdagangan  luar  negeri  ekspor  dan  impor,  penawaran  agregat  produksi  dan
penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung  proses  pembangunan  dan  pertumbuhan  ekonomi  yang  berkelanjutan
Todaro, 2000. Sedangkan  menurut  Djodjohadikusumo  1994  pembangunan  ekonomi
merupakan suatu proses transformasi  yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan  struktur  perekonomian,  yaitu  perubahan  pada  landasan  kegiatan
ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Dengan  demikian  antara  perubahan  struktur  dan  pertumbuhan  memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Menurut Tarigan 2007 untuk melihat struktur ekonomi secara lebih tajam
digunakan  analisis  Shift-share.  Analisis  ini  menggunakan  metode  pengisolasian berbagai  faktor  yang  menyebabkan  perubahan  struktur  industri  suatu  daerah
dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah
dalam kaitannya dengan ekonomi nasional. Formulasi Shift Share Analysis seperti yang dikemukakan Blair 1991 sebagai berikut:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
it0 it1
ij t0 ij t1
ij t0 t0
t1 it0
it1 ij t0
t0 t1
ij t0 i
X X
- X
X X
X.. X..
- X
X X
1 -
X.. X..
X X
2.1 a            +                  b              +               c
13 Dimana :
a : komponen Regional Share
b : komponen proportionality shift
c : komponen differential shift
ΔX
i
: perubahan nilai aktifititas sektor tertentu X..  : Nilai total aktivitas dalam total wilayah
X
i
: Nilai total aktivitas tertentu dalam total wilayah. X
ij
: nilai aktivitas sektor tertentu dalam sub wilayah tertentu. t
1
: titik tahun akhir t
: titik tahun awal Dari  persamaan  di  atas  menunjukan  bahwa  peningkatan  nilai  tambah  suatu
sektor di tingkat daerah dapat diuraikan  decompose atas 3 bagian, yaitu: 1.  Regional  Share  :
 
 
 
 
1 -
X.. X..
X
t0 t1
ij t0
merupakan  komponen  pertumbuhan ekonomi  daerah  yang  disebabkan  oleh  faktor  luar,  yaitu  peningkatan
kegiatan ekonomi daerah akibat kebijaksanaan nasional yang berlaku pada seluruh daerah.
2.  Proportionality  Shift  Mixed  Shift  :
X.. X..
- X
X X
t0 t1
it0 it1
ij t0
 
 
 
 
adalah komponen  pertumbuhan  ekonomi  daerah  yang  disebabkan  oleh  struktur
ekonomi  daerah  yang  baik,  yaitu  berspesialisasi  pada  sektor  yang pertumbuhannya cepat seperti sektor industri.
3.  Differential  Shift  Competitive  Shift  :
 
 
 
 
it0 it1
ij t0 ij t1
ij t0
X X
- X
X X
adalah komponen  pertumbuhan  ekonomi  daerah  karena  kondisi  spesifik  daerah
yang  bersifat  kompetitif.  Unsur  pertumbuhan  inilah  yang  merupakan keuntungan kompetitif daerah yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor
daerah. Nilai masing-masing komponen dapat saja negatif atau positif, tetapi jumlah
keseluruhan akan selalu positif  bila pertumbuhan ekonomi juga positif. Demikian pula  sebaliknya  bila  ekonomi  daerah  tumbuh  negatif  seperti  halnya  yang  terjadi
pada  tahun  1998.  Selanjutnya  untuk  memudahkan  menarik  kesimpulan,  nilai masing-masing komponen dapat dijadikan dalam bentuk persentase.
14 Menurut  Sjafrizal  2008  dengan  menggunakan  analisis  Shift-Share  maka
akan  dapat  diketahui  komponen  atau  unsur  pertumbuhan  mana  yang  telah mendorong  pertumbuhan  ekonomi  daerah.  Dengan  menggunakan  data  tahun
2000-2005, Sjafrizal melakukan analisis terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Sumatera Barat. Salah satu yang jadi bagian bahasannya adalah perekonomian
nasional, struktur dan kekhususan ekonomi daerah. Untuk melihat ketiga variabel ini,  Sjafrizal  menggunakan  analisis  Shift-Share.  Hasilnya,  kontribusi  regional
share  terhadap  perekonomian  daerah  Sumatera  Barat  sebesar  10,8.  Fakta  ini cukup  menarik  karena  dugaan  banyak  kalangan  adalah  bahwa  kontribusi
perekonomian  nasional tersebut akan  jauh  lebih  besar dari  itu. Alasannya  adalah karena  sumber  daya  yang  terdapat  pada  daerah  Sumatera  Barat  sebenarnya
tidaklah terlalu banyak bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Struktur ekonomi suatu wilayah juga dapat dijelaskan dengan menggunakan
analisis  tipologi  daerah.  Menurut  Hill  dalam  Mudrajad  Kuncoro  2004,  analisis tipologi  daerah  digunakan  untuk  mengetahui  gambaran  mengenai  pola  dan
struktur  pertumbuhan  ekonomi  masing-masing  daerah.  Tipologi  daerah  pada dasarnya membagi daerah menjadi 2 indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi
daerah  dan  pendapatan  per  kapita  PDRB  per  kapita.  Dengan  menentukan  rata- rata  pertumbuhan  ekonomi  sebagai  sumbu  vertikal  dan  rata-rata  pendapatan
perkapita PDRB per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu:
1  High growth and high income daerah cepat maju dan cepat tumbuh 2  High growth but low income daerah berkembang cepat
3  Low growth and low income daerah relatif tertinggal
4  High income but low growth daerah maju tapi tertekan
Klasifikasi ini disederhanakan dalam matriks berikut:
15 Tabel 2.1
Matriks Tipologi Klassen
PDRB per Kapita y Laju Pertum.r
y
i
y y
i
y r
i
r Pendapatan
rendah dan
pertumbuhan tinggi Pendapatan
tinggi dan
pertumbuhan tinggi r
i
r Pendapatan
rendah dan
pertumbuhan rendah Pendapatan
tinggi dan
pertumbuhan rendah
Keterangan : r  : Rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi. y  : Rata-rata PDRB per kapita provinsi.
r
i
: Pertumbuhan ekonomi kabupatenkota yang diamati. y
i
: PDRB per kapita kabupatenkota yang diamati
Penggunaan  Tipologi  Klassen  ini  seperti  yang  dilakukan  oleh  Hairul
Aswandi  dan  Mudrajad  Kuncoro  2002.  Mereka  memfokuskan  pada  penetapan kawasan  andalan  dengan  studi  empiris  di  Kalimantan  Selatan  tahun  1993-1999.
Hasil  analisis  pengklasifikasian  daerah  menunjukkan  bahwa  pengklasifikasian daerah  di  Provinsi  Kalimantan  Selatan  lebih  baik  dengan  menggunakan  empat
klasifikasi  menurut  Tipologi  Klassen  daripada  hanya  berdasarkan  klasifikasi kawasan  andalan  dan  kawasan  bukan  andalan.  Empat  klasifikasi  daerah  tersebut
yaitu  daerah  cepat-maju  dan  cepat-tumbuh,  daerah  maju  tapi  tertekan,  daerah berkembang cepat dan daerah relatif tertinggal.
2.2 PDRB, PDRB per kapita dan Pertumbuhan Ekonomi