104 a. Indeks Williamson.
Nilai koefisien regresi sebesar 0.122248 menunjukkan bahwa setiap perubahan 1 pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan nilai
ketimpangan sebesar 0.122248 dari semula, cateris paribus. Demikian sebaliknya jika terjadi penurunan pada pertumbuhan ekonomi. Probabilitas
sebesar 0.0079 menunjukan bahwa hubungan positif antara kedua variabel adalah sangat signifikan. Dari koefisien determinasi diperoleh bahwa 18.995
pertumbuhan ekonomi memberikan kontribusi dalam memperbesar tingkat ketimpangan di Provinsi Gorontalo.
b. Indeks Gini Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan yang diukur dengan
Indeks Gini lebih erat dibanding Indeks Williamson. Kedua variabel memiliki hubungan yang sangat signifikan. Setiap peningkatan 1 pertumbuhan
ekonomi menyebabkan ketimpangan pembangunan bertambah besar dengan peningkatan sebesar 0.920869 dari semula cateris paribus. Demikian
sebaliknya jika terjadi penurunan pada pertumbuhan ekonomi. Dari koefisien determinasi diperoleh bahwa 71.888 pertumbuhan ekonomi memberikan
kontribusi dalam memperbesar ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo.
Dengan pendekatan dalam kedua model ini dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan yang tercipta di Provinsi Gorontalo memang disebabkan oleh laju
pertumbuhan ekonomi. Orientasi mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dibarengi dalam distribusi pembangunan yang lebih merata sehingga
menciptakan ketimpangan.
5.4. Rekomendasi Kebijakan
Hal utama yang ingin direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah adanya strategi kebijakan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi sekaligus
mengurangi ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas ini dapat dicapai melalui peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang ditunjukkan oleh peningkatan dan distribusi pendapatan masyaraka total maupun perkapita secara spasial dan sektoral, peningkatan dan
105 distribusi kualitas Sumber Daya Manusia yang memacu naiknya Indeks
Pembangunan Manusia dan kemudahan akses terhadap infrastruktur karena adanya belanja infrastruktur yang memadai.
Sektor unggulan untuk masing-masing wilayah kabupaten kota dapat berbeda tetapi hal itu berdampak pada keterkaitan regional secara vertikal maupun
horizontal sebagai basis pengembangan sektoral. Berdasarkan keterkaitan hulu –
hilir, keterkaitan antarwilayah berpengaruh dan memberikan efek sinergi terhadap pertumbuhan ekonomi serta mengakselerasi pemerataan pembangunan Provinsi
Gorontalo. Kebijakan regional yang perlu disiapkan baik pada tingkat Provinsi maupun
Kabupaten Kota secara komprehensif sebagai berikut: 1. Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar PDRB di semua kabupaten
dan Provinsi Gorontalo secara keseluruhan. Meskipun demikian tetapi pertumbuhannya mengalami perlambatan dan lebih rendah dibanding laju
pertumbuhan sektor lain industri dan jasa. Selain itu, share pertumbuhan pertanian dari aspek competitiveness hanya di Kabupaten Gorontalo dan
Boalemo saja yang bernilai positif. Namun pertanian masih merupakan sumber penghasilan bagi sebagian besar penduduk. Hal ini disebabkan
faktor-faktor lain yaitu ketersediaan lahan, iklim, topografi alam, aspek sosiologis dimana masyarakat Gorontalo yang akrab dengan pertanian
tradisional. Rendahnya produktivitas pertanian dibanding potensi yang dimiliki antar lain disebabkan keterbatasan pengetahuan dan keterampilan
untuk beralih ke sektor yang lebih modern. Untuk optimalisasi pengembangan, perlu adanya intervensi eksternal berupa tambahan jumlah
dan nilai investasi swasta dan pemerintah serta kapasitas industri pengolahan berbasis komoditi unggulan jagung, kelapa, perikanan yang
akan menaikkan kemampuan pusat ekonomi regional untuk memperluas pasar di luar wilayah dan luar negeri. Dengan demikian, meskipun terjadi
perubahan struktur ekonomi yang cenderung ke arah sekunder dan tersier, tetapi transformasi ini tidak mengabaikan sektor primer sebagai kontributor
terbesar dalam produksi wilayah.
106 2. Ketimpangan
proporsional pada
PDRB perkapita
menunjukkan ketidakmerataan. Demikian pula dengan rendahnya IPM dan minimnya
ketersediaan infrastruktur yang dipicu oleh kecilnya alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur. Tingkatkan akses masyarakat miskin terhadap
fasilitas kesehatan dan pendidikan umum dengan meningkatkan alokasi anggaran untuk infrastruktur dasar tersebut.
3. Secara vertikal pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang positif dengan ketimpangan pembangunan. Hal ini dapat dilihat dalam pola
pergerakan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dibarengi dengan peningkatan nilai Indeks Gini. Artinya pertumbuhan yang tinggi telah
menghasilkan ketimpangan yang tinggi pula dalam perekonomian. Untuk itu pemerintah hendaknya memberikan kebijakan yang dapat memperkecil
perbedaan pendapatan dalam kelompok masyarakat. Bukan hanya sebatas memberikan bantuan dalam bentuk uang tunai, tetapi dapat menciptakan
lapangan kerja. 4. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas mengarah pada pemerataan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan memastikan bahwa kenaikan pendapatan
perkapita diikuti oleh meningkatnya kualitas sumber daya manusia dan kemudahan dalam
mengakses infrastruktur. Karena itu perlu memberikan program pemberdayaan masyarakat berbentuk padat karya dan transfer keterampilan
kepada desa-desa dan kecamatan tertinggal masuk wilayah dengan IPM dibawah nasional yang juga menjadi cermin kantong-kantong kemiskinan
dan pengangguran.
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan.
1. Struktur ekonomi di Provinsi Gorontalo masih dominan disumbangkan oleh sektor pertanian, meskipun dalam pertumbuhannya sektor ini lebih
rendah dibanding sektor non pertanian. Analisis Shift-Share menunjukkan sektor yang potensial dan pertumbuhan ekonomi terbesar pada masing-
masing kabupaten kota di tahun 2007 dan 2008 rata-rata terjadi di sektor non-pertanian sektor sekunder dan tersier dibandingkan dengan kondisi
di tahun 2001. Artinya telah terjadi transformasi struktur ekonomi di Provinsi Gorontalo selama kurun waktu 2001-2008. Kota Gorontalo,
Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bolameo memiliki struktur ekonomi yang relatif lebih baik dan termasuk dalam Kuadran I pada Matriks
Tipologi Klassen daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Sedangkan struktur ekonomi Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango termasuk
Kuadran III relatif terbelakang. 2. Berdasarkan Indeks Williamson kondisi ketimpangan di Provinsi
Gorontalo di awal pembangunan cenderung meningkat divergence dan berangsur menurun convergence seperti yang ditunjukkan oleh kurva
ketimpangan pembangunan dalam Hipotesa Neo-Klasik. Secara simultan, dan parsial, ketimpangan proporsional pada PDRB perkapita, Indeks
Pembangunan Manusia dan Rasio Belanja Infrastruktur signifikan sebagai sumber utama ketimpangan di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan Indeks
Gini ketimpangan semakin meningkat. Secara simultan ketiga variabel independen signifikan sebagai sumber utama ketimpangan. Secara parsial,
hanya ketimpangan proporsional PDRB perkapita sebagai variabel yang tidak signifikan sebagai sumber ketimpangan pembangunan.