Indikator Pembangunan TINJAUAN PUSTAKA

18

2.3 Indikator Pembangunan

Menurut Rustiadi 2009, persoalan pembangunan di negara sedang berkembang tidak hanya menyangkut perlunya investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi juga harus memperhatikan aspek distribusi dan pemerataan hasil pembangunan. Dengan demikian hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan proporsional. Para pakar pembangunan di tahun 1970-an mulai mengkaji ulang indikator tingkat pencapaian pembangunan dari tujuan yang telah ditetapkan dari suatu wilayah sebagaimana disajikan pada tabel berikut: Tabel 2.2 Indikator-Indikator Pembangunan Basispendekatan Kelompok Indikator-indikator Tujuan Pembangunan Pertumbuhan, Produktivitas Efisiensi Growth a. Pendapatan wilayah; PDRB, PDRB per kapita, Pertumbuhan PDRB b. Kelayakan finansial ekonomi; NPV, BC Ratio, IRR, BEP c. Spesialisasi, Keunggulan komparatif kompetitif; LQ Shift-Share a. Produksi-produksi utama; migas Pemerataan, Keberimbangan Keadilan Equity a. Distribusi pendapatan; Gini ratio b. Ketenagakerjaan; pengangguran terbuka, terselubung, setengah pengangguran c. Kemiskinan; good service ratio, konsumsi makanan, garis kemiskinan pendapatan setara beras, dll d. Regional balance; spatial balance, sentral balance, capital balance, sectoral balance Keberlanjutan Sustainability Dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan dimensi sosial Sumber daya 1. Sumberdaya Manusia 2. Sumberdaya Alam 3. Sumberdaya buatansarana pra-sarana 4. Sumberdaya Sosial Pengetahuan, skill, etos kerja, kompetensi, pendapatan, kesehatan IPM Degradasi Skalogram, aksesibilitas terhadap fasilitas Organisasi sosial, aturan adatbudaya Proses Pembangunan Input, Implementasi, Output, Outcome, Benefit, Impact Input dasar SDM, SDA, Infrastruktur, SDS, input antara Sumber : Rustiadi 2009 Pilihan antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan menurut Kuznet 1966 dalam Rustiadi 2009 dinyatakan bahwa bagi negara yang pendapatannya 19 rendah, bertumbuhnya perekonomian harus mengorbankan pemerataan terjadi trade-off antara pertumbuhan dan pemerataan. Hal inilah yang memberi legitimasi pemerintah untuk memusatkan pengalokasian sumber daya pada sektor atau wilayah yang berpotensi besar dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi. Kasus di Indonesia strategi ini telah membuat ketimpangan pembangunan wilayah yang lebih besar dan tidak adanya keterpaduan pembangunan wilayah Hadi, 2001. Paradigma baru pembangunan diarahkan kepada terjadinya pemerataan, pertumbuhan dan keberlanjutan dalam pembangunan ekonomi. Paradigma baru ini dapat mengacu kepada apa yang disebut dalil kedua fundamental ekonomi kesejahteraan bahwa sebenarnya pemerintah dapat memilih target pemerataan ekonomi yang diinginkan melalui transfer, perpajakan dan subsidi Rustiadi, 2009.

2.4 Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Wilayah