100 Selain itu, kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan yang terjadi tidak
memberikan  keterkaitan  yang  positif  antara  sektor  pertanian,  industri  dan  jasa. Komoditi  pertanian  unggulan  dalam  hal  ini  jagung  dan  perikanan  laut
diperdagangkan  masih  dalam  bentuk  bahan  mentah  dan  belum  melewati  proses pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Akibatnya harga jual yang
diekspor ke pulau dan negara lain masih sangat rendah. Industri  yang  berbasis  komoditi  unggulan  lokal  juga  berkembang  sangat
lambat  bahkan  hampir  tidak  mengalami  kemajuan.  Padahal  perkembangan industri  ini  akan  memiliki  dampak  keterkaitan  ke  belakang  dan  ke  depan
backward and foreward linkage serta dampak pengganda multiplier effect yang sangat  besar  bagi  perekonomian  daerah.  Aktivitas  perdagangan  lebih  didominasi
oleh para pendatang dengan barang-barang  yang berasal dari  luar daerah seperti tekstil dan bahan kebutuhan pokok. Demikian juga dengan perkembangan sektor
jasa yang cenderung mengabaikan penguatan ekonomi lokal, tidak mengakomodir sektor-sektor usaha mikro, kecil dan menengah di Gorontalo.
Ketimpangan  antarsektor  juga  dipengaruhi  oleh  dominasi  aktivitas  sektor keuangan, perusahaan dan  jasa perusahaan. Dari  hasil SSA terlihat bahwa empat
dari lima wilayah Kabupaten Gorontalo, Boalemo, Pohuwato dan Bone Bolango memiliki  keunggulan  pada  sektor  ini.  Hal  ini  dipengaruhi  oleh  struktur  belanja
pemerintah  dalam  APBD  yang  berkontribusi  besar  terhadap  pembangunan proyek-proyek infrastruktur. Selain itu belanja aparat pemerintah PNS terutama
pada awal bulan gajian turut mempercepat roda perekonomian.
5.2.4.2. Indeks  Pembangunan  Manusia  sebagai  Sumber  Ketimpangan
Pembangunan di Provinsi Gorontalo Nilai koefisien regresi  variabel IPM  dengan  menggunanakan  model Indeks
Williamson dan Indeks Gini di Provinsi Gorontalo sangat signifikan untuk semua tingkat  signifikansi.  Artinya  variabel  ini    sangat  signifikan  sebagai  sumber
ketimpangan  pembangunan  di  Provinsi  Gorontalo.  Nilai  probabilitas  t-statistik dan  interpretasi  koefisien  regresi  dari  IPM  pada  masing-masing  indikator
ketimpangan adalah sebagai berikut:
101 a  Indeks Williamson
Nilai  probabilitasnya  sebesar  0.0096,  maka  pada  tingkat  kepercayaan  99 atau  tingkat  signifikansi  1,  variabel  IPM  signifikan  sebagai  salah  satu
sumber  ketimpangan  pembangunan  di  Provinsi  Gorontalo.  Dengan  koefisien regresi sebesar  0.004065 memberikan arti bahwa setiap peningkatan 1 satuan
nilai  IPM  akan  menyebabkan  ketimpangan  pembangunan  akan  mengalami peningkatan  sebesar  0.004065  kali  dari  semula,  cateris  paribus.  Demikian
sebaliknya. b  Indeks Gini
Pada  model  dengan  menggunakan  variabel  dependen  Indeks  Gini,  IPM  juga merupakan sumber ketimpangan pembangunan yang sangat signifikan, dengan
probabilitas sebesar 0.0000. Nilai koefisien sebesar 0.015317 memberikan arti bahwa  setiap  perubahan  1  satuan  pada  IPM  akan  menyebabkan  perubahan
0.015317  kali  pada  besarnya  ketimpangan  pembangunan.  Tanda  positif menandakan bahwa peningkatan yang terjadi pada IPM akan diikuti pula oleh
peningkatan pada besarnya ketimpangan pembangunan cateris paribus. Dari  kedua  model  tersebut,  hasilnya  sesuai  dengan  hipotesis  yang
menyatakan  bahwa  IPM  merupakan  salah  satu  sumber  utama  ketimpangan pembangunan  di  Provinsi  Gorontalo.  Kedua  model  juga  memberikan  arah
hubungan yang positif. Artinya bahwa peningkatan pada IPM justru menyebabkan peningkatan  besarnya  ketimpangan  pembangunan  di  Provinsi  Gorontalo.  Hal  ini
dimungkinkan  jika  daerah-daerah  yang  mengalami  peningkatan  IPM  adalah daerah-daerah yang justru sudah memiliki IPM yang tinggi sehingga akan makin
memperlebar  perbedaan  dalam  masyarakat  dan  berakibat  pada  makin meningkatnya ketimpangan pembangunan.
5.2.4.3. Rasio  Belanja  Infrastruktur  sebagai  Sumber  Ketimpangan