36
logY 2
Y log
log logI
w
 
 
 , dan
logY 2
Y log
log GR
log 
 
 
Dimana I
w
:  Indeks Williamson GR   :  Indeks Gini
Y     :  PDRB perkapita φ   :  kofisien regresi
: epsilon Dengan  menggunakan  persamaan  kuadratik  maka  dapat  diketahui  apakah
ketimpangan  pada  wilayah  bersangkutan  masih  berada  pada  kondisi meningkat  divergence  atau  sudah  berada  pada  kondisi  yang  menurun
convergence.
3.9. Uji Hipotesis
1.  Uji Gejala Multikolinearitas. Multikolinearitas  merupakan  pelanggaran  terhadap  asumsi  klasik  yang
menunjukan  adanya  hubungan  linear  diantara  variabel-variabel  bebas  dalam model  yang  memiliki  lebih  dari  satu  variabel  independen.  Gejala
multikolinearitas  dapat  menyebabkan  koefisien  regresi  masing-masing variabel  independen  tidak  signifikan  secara  statistik  sehingga  tidak  dapat
diketahui  variabel  mana  yang  mempengaruhi  variabel  dependen.  Untuk mengetahui ada tidaknya gejala  ini dapat dilihat  pada  nilai koefisien korelasi
parsial. Jika koefisien  korelasi parsial mendekati nilai 1,00 maka ada indikasi terdapat gejala multikolinearitas Gujarati, 2003.
2.  Uji Gejala Heteroskedastisitas. Dalam  asumsi klasik, dalam  suatu  model ekonometrika  terdapat kondisi
dimana  semua  disturbances  error  yang  muncul  dalam  model  harus  memiliki varians yang sama pada tiap kondisi pengamatan atau bersifat homoskedastis.
Tidak terpenuhinya  asumsi  ini  menyebabkan adanya  heteroskedastisitas  yang menyebabkan penaksiranestimasi tidak lagi memiliki varians yang minimum.
Untuk  menguji  gangguan  ini  dapat  digunakan  beberapa  cara  yang  salah satunya  dengan  White  Heteroscedasticity  Test  melalui  pengujian  hipotesis
berikut ini:
37 H
:
2 2
 
i
tidak terdapat gejala heteroskedastisitas H
:
2 2
 
i
terdapat gejala heteroskedastisitas Jika nilai nR
2
atau Obs l ebih besar dari nilai χ
2
pada tingkat signifikansi tertentu,  maka  H
ditolak.  Atau  dengan  menggunakan  probability  value dengan kriteria tidak menerima H
jika probability valuenya  nilai α. 3.  Uji Gejala Autokorelasi.
Otokorelasi  merupakan  kondisi  tidak  adanya  korelasi  serial  yang  terjadi antara  anggota-anggota  dari  serangkaian  pengamatan  yang  tersusun  dalam
rangkaian  waktu  pada  data  time  series.  Pelanggaran  terhadap  asumsi  ini disebut autokorelasi dan dapat menyebabkan dihasilkannya taksiran OLS yang
tak bias namun tidak efisien underestimated. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala ini dilakukan Uji Durbin Watson dengan hipotesis sebagai berikut :
H :
ρ = 0 tidak ada autokorelasi H
a
: ρ ≠ 0 ada autokorelasi
H :
ρ  0 ada autokorelasi positif H
: ρ  0 ada autokorelasi negatif
Jika H terdapat pada kedua ujung interval berarti tidak ada serial autokorelasi
baik positif maupun negatif Gujarati, 2003, maka jika:
L
d d
: H tidak diterima terdapat autokorelasi positif
L
d 4
d 
: H tidak diterima terdapat autokorelasi negatif
U U
d -
4 d
d 
: H tidak ditolak tidak terdapat autokorelasi
U L
d d
d 
: pengujian tidak memberikan hasilragu-ragu.
L U
d -
4 d
d -
4 
: pengujian tidak memberikan hasilragu-ragu. Dimana:
d
U
: nilai kritis atas. d
L
: nilai kritis bawah. 4.  Kriteria Statistik:
a  Uji Simultan Uji-F Uji-F  digunakan  untuk  menguji  pengaruh  variabel  independen  secara
simultan  terhadap  variabel  dependent  dengan  hipotesis  statistik  sebagai berikut Gujarati, 2003 :
H : α
n
= 0 H
1
: setidaknya satu α
n
≠ 0 dimana n = 1,2,3
38 Untuk
menguji kedua
hipotesis tersebut
dilakukan dengan
membandingkan  nilai  F
hitung
dan  nilai  F
tabel
.  Jika  nilai  F
hitung
F
tabel
maka kita tidak dapat  menerima H
atau dengan kata  lain H
1
yang  menyatakan bahwa semua variabel independet secara simultan mempengaruhi variabel
dependent  tidak  dapat  ditolak.  Atau  pengujian  dapat  dilakukan  dengan menggunakan  probability  value  dengan  kriteria  tidak  menerima  H
jika probability valuenya  nilai
α Menurut  Juanda  2007  dalam  menganalisis  model  sebaiknya
pertama  kali  dilakukan  pengujian  model  secara  keseluruhan  dengan menggunakan statistik uji-F.
b  Uji Parsial Uji-t Uji-t  dilakukan  untuk  mengetahui  signifikansi  setiap  variabel
independen dalam mempengaruhi variabel dependen dengan uji satu arah. Hipotesis yang akan diuji adalah :
H :  α
n
≤  0,  setiap  variabel  independen  tidak  signifikan  mempengaruhi variabel dependent
H
1
: α
n
0,  setiap variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen
Pengujian  ini  dilakukan  dengan  cara  membandingkan  nilai  t
hitung
dari persamaan  regresi  dengan  nilai  kritis  dari  tabel-t  t
tabel
pada  tingkat kepercayaan  tertentu.  Jika  t
hitung
t
tabel
berarti  H tidak  dapat  diterima,
artinya  variabel  independen  signifikan  mempengaruhi  variabel  dependen, demikian  pula  sebaliknya  jika  t
hitung
t
tabel
berarti  H tidak  dapat  ditolak,
artinya  variabel  independen  tidak  signifikan  mempengaruhi  variabel dependen.  Pengujian  juga  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan
probability  value dengan  kriteria  tidak  menerima  H
jika  probability value
nya  nilai α. c  Penafsiran koefisien Determinasi R
2
Koefisien  determinasi  digunakan  untuk  mengukur  kedekatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Besarnya
R
2
berada  antara  0  dan  1    0    R
2
1  .  Hal  ini  menunjukan  bahwa semakin mendekati 1 nilai R
2
berarti model tersebut dapat dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen.
BAB IV DESKRIPSI  UMUM  WILAYAH  PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografi
Provinsi  Gorontalo  adalah  salah  satu  provinsi  di  bagian  utara  Pulau Sulawesi  yang ditetapkan dengan UU No. 38 Tahun 2000  sebagai provinsi  yang
terpisah  dari  Provinsi  Sulawesi  Utara.  Wilayah  Gorontalo  terbagi  atas  1  Kota yakni  Kota  Gorontalo  sebagai  ibukota  provinsi  dan  5  kabupaten  masing-masing
Kabupaten  Gorontalo,  Boalemo,  Pohuwato,  Bone  Bolango  dan  Kabupaten Gorontalo  Utara  yang  baru  dimekarkan  dari  Kabupaten  Gorontalo  pada  bulan
Desember 2007. Posisi Gorontalo secara astronomis terletak diantara 19
’- 1 1
5’ Lintang  Utara  dan  121
23 ’  –  123
43 ’  Bujur  Timur,  hampir  tepat  di  garis
katulistiwa.  Secara  geografis  diapit  oleh  Laut  Sulawesi  di  sebelah  Utara,  Teluk Tomini  di  sebelah  Selatan,  Provinsi  Sulawesi  Utara  di  sebelah  Timur,  dan
Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah daratan seluas 12.215,44 km2 0,64
luas Indonesia dan lautan seluas 50.500 km
2
. Panjang garis pantai di bagian Utara dan Selatan  ± 590 km. Topografi Gorontalo di dominasi oleh perbukitan dengan
ketinggian  100  -  500  m  di  atas  permukaan  laut  meliputi  45  luas  daratan  dan daerah  curam  kemiringan  15  -  40  meliputi  39  luas  daratan.  Sebagaimana
layaknya,  lahan  yang  berada  pada  dataran  yang  cukup  tinggi  terlebih  dengan struktur  yang  tidak  rata  maka  sebagian  besar  lahan  pertanian  dimanfaatkan
sebagai  ladang  atau  kebun.  Hanya  sebagian  kecil  dari  lahan  pertanian  di Gorontalo  yang dapat dijadikan sawah  yakni seluas 32.295 ha atau 18 dari total
lahan perkebunan seluas 285.337 ha. Keadaan  tanah  dan  pemanfaatannya  mempengaruhi  karakteristik  pertanian
di  Provinsi  Gorontalo.  Sebagian  besar  masyarakat  tani  di  Gorontalo  merupakan petani  ladang.  Kelangkaan  lahan  sawah  menjadi  tantangan  tersendiri  bagi  petani
untuk  dapat  memilikinya.  Banyak  diantara  mereka  yang  terpaksa  menggarap lahan dengan kemiringan yang curam dan berada di pegunungan sebagai alternatif
terakhir  untuk  mencari  nafkah.  Pada  umumnya  lahan  pertanian  di  pegunungan ditanami  jagung,  umbi-umbian,  sayur-mayur,  pisang  dan  lain-lain.  Jagung