Efek Tayangan Acara Sulanjana Hubungan Karakteristik Individu dengan Aspek Tayangan Acara

Tabel 8. Rataan skor faktor penerimaan pesan media Faktor Penerimaan Pesan Media Rataan Skor Selective Attention Selective Perception Selective Retention Penyesuaian Diri Motivasi 2,10 2,47 2,90 1,60 2,14 Total Rataan Skor 2,42 Keterangan: Kisaran skor 1-2,50 = lemah; 2,51-4 = kuat Tabel 8 menunjukkan bahwa rataan skor selective attention, selective perception, penyesuaian diri, dan motivasi memiliki pengaruh yang lemah untuk mempengaruhi responden menonton tayangan Sulanjana. Sedangkan untuk selective retention yang memiliki rataan skor 2,90 artinya memiliki hubungan yang kuat untuk mempengaruhi responden menonton tayangan Sulanjana. Hal ini disebabkan karena responden yang menonton tayangan Sulanjana karena faktor selective retention, maka responden tersebut akan mengingat pesan yang disampaikan melalui tayangan Sulanjana, sehingga dengan demikina responden akan terkena efek tayangan Sulanjana.

5.6 Efek Tayangan Acara Sulanjana

Efek tayangan dalam penelitian dilihat berdasarkan wujudnya yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif merupakan penambahan pengetahuan pada responden setelah menonton tayangan Sulanjana. Berdasarkan Tabel 9 ditunjukkan bahwa pengaruh efek kognitif tergolong rendah yaitu sebesar 2,3. Artinya, apabila responden terkena efek kognitif masih rendah pengaruhnya dalam pelestarian kebudayaan. Rataan skor untuk efek afektif dan konatif tergolong tinggi yaitu sebesar 2,57 yang berarti apabila responden sudah terkena efek afektif dan konatif maka pengaruhnya tergolong tinggi dalam pelestarian kebudayaan lokal. Tabel 9. Rataan skor efek tayangan Sulanjana Efek Tayangan Sulanjana Rataan Skor Efek Kognitif Efek Afektif Efek Konatif 2,30 2,57 2,57 Total Rataan Skor 2,48 Keterangan: Kisaran skor 1-2,50 = rendah; 2,51-4 = tinggi Responden dikatakan terkena efek kognitif apabila setelah menonton tayangan Sulanjana pengetahuannya akan lagu-lagu Sunda bertambah. Responden dikatakan terkena efek afektif apabila setelah menonton tayangan Sulanjana timbul suatu perasaan sukatidak suka atau senangtidak senang terhadap lagu- lagu Sunda. Sedangkan untuk efek konatif apabila setelah menonton tayangan Sulanjana, responden mampu menghafal lirik lagu, mengajak orang lain menonton tayangan Sulanjana serta mau menyanyikan lagu Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Rataan skor untuk efek kognitif tergolong rendah, sedangkan untuk rataan skor efek afektif dan konatif tergolong tinggi. Artinya, pelestarian kebudayaan akan semakin terlihat apabila responden terkena efek afektif dan khusunya konatif. Rataan skor efek afektif dan konatif tergolong tinggi juga dikarenakan responden menonton tayangan Sulanjana untuk memenuhi kebutuhan hiburannya.

5.7 Hubungan Karakteristik Individu dengan Aspek Tayangan Acara

Sulanjana Karakteristik individu responden diduga berhubungan nyata dengan pengetahuannya akan aspek tayangan acara Sulanjana. Karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan. Aspek tayangan acara Sulanjana meliputi jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan. Hasil penelitian mengenai hubungan karakteristik individu dengan pengetahuan akan aspek tayangan acara Sulanjana berdasarkan nilai koefisien korelasinya disajikan pada Tabel 10 dan dalam penelitian ini korelasi memiliki hubungan nyata pada nilai p0,1. Tabel 10. Hubungan karakteristik individu dengan aspek tayangan acara Sulanjana Karakteristik Individu Korelasi Nilai Koefisien Korelasi Aspek Tayangan Sulanjana Jam Tayang Durasi Tayang Isi Tayangan Usia Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Pendapatan r s x 2 x 2 r s r s 0,182 0,455 0,451 -0,278 -0,486 - 0,113 0,002 0,142 0,030 0,079 0,124 0,008 0,279 -0,027 0,027 Keterangan: Berhubungan nyata pada p0,1; Berhubungan sangat nyata pada p0,01; x 2 =koefisien chi square; r s =koefisien rank Spearman Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa karakteristik individu berupa usia memiliki hubungan yang tidak nyata p0,01 dengan ketiga aspek tayangan, baik berupa jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan. Walaupun demikian, terlihat bahwa usia responden dengan durasi tayang memiliki hubungan yang negatif, yang mengekspresikan bahwa semakin tinggi usia responden, maka pengetahuannya akan durasi tayang Sulanjana semakin rendah. Hal ini sejalan dengan daya ingat manusia yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya usia. Usia yang tinggi dalam penelitian ini meliputi usia tua yang berkisar di atas 51 tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang memiliki usia di atas 51 tahun mengatakan bahwa dalam menonton acara Sulanjana mereka tidak memperhatikan lamanya tayangan tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan yang nyata dengan durasi tayang acara dan isi tayangan p0,1. Artinya, tinggi dan rendahnya pengetahuan responden terhadap jam tayang Sulanjana memiliki hubuangan dengan jenis kelaminnya. Responden penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 51 orang. Responden perempuan lebih banyak memiliki pengetahuan tinggi akan durasi tayang dan isi tayangan acara Sulanjana dibandingkan dengan responden laki-laki. Berdasarkan penuturan responden yang laki-laki mengatakan sering mengabaikan hal-hal kecil dan laki- laki dalam menonton suatu tayangan lebih menikmati tayangan yang ada daripada mengingat hal-hal seperti durasi tayang. Menurut Gamble dan Gamble 2001 dalam Ardianto et al. 2009 menyatakan bahwa banyak orang khususnya ibu-ibu menghabiskan waktunya sekitar tujuh jam untuk mengonsumsi media massa ditengah kesibukan pekerjaannya. Agama dan suku dalam penelitian ini tidak dapat dilihat hubungannya dengan aspek tayangan berupa jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan karena memiliki nilai yang konstan atau dengan kata lain data agama dan suku dari seluruh responden dalam penelitian ini homogen. Seluruh responden dalam penelitian ini beragama Islam dan bersuku Sunda sehingga dalam pengolahan data tidak menghasilkan nilai signifikansi karena datanya konstan dan homogen. Pekerjaan memiliki hubungan yang tidak nyata p0,1 dengan ketiga aspek tayangan acara Sulanjana, baik jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan. Artinya, apapun jenis pekerjaanya tidak ada hubungannya akan tinggi dan rendahnya pengetahuan responden tentang durasi tayang dan isi tayangan. Berbeda halnya dengan tingkat pendidikan responden. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan yang sangat nyata p0,01 antara tingkat pendidikan responden dengan jam tayang acara Sulanjana. Walaupun demikian, pendidikan memiliki hubungan yang negatif dengan jam tayang tersebut. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin rendah pilihan akan jam tayang acara Sulanjana. Hal ini menyebabkan berkorelasi negatif pula tingkat pendidikan dengan isi tayangan dari program Sulanjana. Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sebagian besar memiliki jenis pekerjaan seperti karyawan dan PNS yang pada jam tayang Sulanjana sedang bekerja sehingga jarang menonton tayangan acara Sulanjana tidak seperti responden yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan wiraswastapedagang. Untuk tingkat pendidikan dengan durasi tayang memiliki hubungan nyata p0,1 sedangkan tingkat pendidikan dengan isi tayangan memiliki hubungan yang negatif. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah pengetahuannya tentang isi tayangan acara Sulanjana. Hal ini dipengaruhi oleh faktor intensitas menonton. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang tingkat pendidikannya sedang SMP-SMA dengan pekerjaan wiraswastapedagang dan ibu rumah tangga memiliki intensitas menonton tayangan Sulanjana yang cukup tinggi, sehingga memiliki pengetahuan yang tinggi akan isi tayangan Sulanjana yaitu lirik lagu, objek wisata Jawa Barat, dan juga busana penyanyi. Hasil penelitian untuk pendapatan dengan jam tayang diperoleh hubungan sangat nyata yang negatif p0,01. Sama halnya dengan pekerjaan dan tingkat pendidikan, responden yang memiliki pendapatan yang tinggi juga merupakan responden yang memiliki pekerjaan PNS dan karyawan yang bekerja saat penayangan acara Sulanjana, sehingga pilihannya akan jam tayang rendah. Untuk pendapatan dengan durasi tayangan diperoleh hubungan yang nyata p0,1. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendapatan responden ada hubungannya terhadap pengetahuannya tentang durasi tayang Sulanjana. Responden yang pendapatannya rendah dan memiliki intensitas menonton yang tinggi mengetahui lamanya tayangan Sulanjana setiap kali tayang, berbeda dengan yang pendapatannya tinggi dan intensitas menontonnya rendah. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis pertama yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara karakterstik individu dengan aspek tayangan Sulanjana di Megaswara TV” diterima untuk hubungan usia dengan durasi tayang memiliki hubungan nyata yang negatif, jenis kelamin dengan durasi tayang dan isi tayangan serta pendidikan dan pendapatan dengan jam tayang dan durasi tayang. Hipotesis ditolak untuk hubungan usia dengan jam tayang dan isi tayangan Sulanjana, pekerjaan dengan ketiga aspek tayangan Sulanjana, pendidikan dam pendapatan dengan isi tayangan serta agama dan suku dengan seluruh aspek tayangan baik jam tayang, durasi tayangan maupun isi tayangan.

5.8 Hubungan Karaktersitik Individu dengan Efek Tayangan Acara Sulanjana

Dokumen yang terkait

Prestasi Belajar Anak SD yang Bekerja sebagai Pedagang Asongan di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 7 95

Tingkat konsumsi kayu perkakas pada rumah kost studi kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat

0 9 68

Analisis Dampak Puasa Ramadhan Terhadap Perubahan Pola Konsumsi Pangan Rumah tangga (Kasus Rumahtangga Di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)

0 4 223

Persepsi Khalaya}Cterhadap Tayangan Infotainment Rcti (Kasus: Pemirsa Perempuan• Di Rw 05, Kelurahan Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor)

0 4 199

Motivasi dan Perilaku Menonton serta Penilaian Khalayak Terhadap Program Acara Televisi Lokal (Kasus Pemirsa Megaswara TV di RW 01 Kelurahan Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dan RW 17 Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara, Kota Bo

0 3 204

Persepsi dan motivasi berperanserta dalam pos pemberdayaan keluarga (Posdaya): kasus Peserta Posdaya Mandiri Terpadu di RW 01, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

0 3 394

Motivasi dan Kepuasan Remaja Terhadap Televisi Lokal (Kasus Pemirsa Megaswara TV di Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 3 149

Efektivitas komunikasi periklanan produk sirup marjan pada khalayak media televisi: kasus Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

28 279 228

Pengaruh Pengolahan Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik dan Hidrologi Tanah (Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 7 115

Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor terhadap Kucing Liar dan Cara Pengendaliannya

0 4 35