terhadap pengetahuannya tentang durasi tayang Sulanjana. Responden yang pendapatannya rendah dan memiliki intensitas menonton yang tinggi mengetahui
lamanya tayangan Sulanjana setiap kali tayang, berbeda dengan yang pendapatannya tinggi dan intensitas menontonnya rendah.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis pertama yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara karakterstik individu dengan aspek tayangan
Sulanjana di Megaswara TV” diterima untuk hubungan usia dengan durasi tayang memiliki hubungan nyata yang negatif, jenis kelamin dengan durasi tayang dan
isi tayangan serta pendidikan dan pendapatan dengan jam tayang dan durasi tayang. Hipotesis ditolak untuk hubungan usia dengan jam tayang dan isi
tayangan Sulanjana, pekerjaan dengan ketiga aspek tayangan Sulanjana, pendidikan dam pendapatan dengan isi tayangan serta agama dan suku dengan
seluruh aspek tayangan baik jam tayang, durasi tayangan maupun isi tayangan.
5.8 Hubungan Karaktersitik Individu dengan Efek Tayangan Acara Sulanjana
Karakteristik individu responden diduga memiliki hubungan nyata dengan efek tayangan Sulanjana. Karakteristik individu berupa usia, jenis kelamin,
agama, suku, pekerjaan, pendidikan serta pendapatan. Sedangkan efek tayangan Sulanjana dilihat berdasarkan wujudnya yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif.
Hasil penelitian mengenai hubungan antara karakteristik individu dengan efek tayangan Sulanjana berdasarkan nilai korelasi rank Spearman disajikan dalam
Tabel 11.
Tabel 11. Hubungan karakteristik individu dengan efek tayangan acara Sulanjana
Karakteristik Individu Korelasi
Nilai Koefisien Korelasi Efek Tayangan Sulanjana
Efek Kognitif
Efek Afektif
Efek Konatif
Usia Jenis Kelamin
Pekerjaan Pendidikan
Pendapatan r
s
x
2
x
2
r
s
r
s
0,149 0,609
0,540 -0,397
-0,606 0,295
0,419 0,394
-0,299 -0,602
0,127 0,354
0,340 -0,323
-0,572
Keterangan: Berhubungan nyata pada p0,01; x
2
= uji chi square; r
s
=koefisien rank Spearman
Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa hampir di setiap aspek karaktersitik individu memiliki hubungan yang sangat nyata p0,01 dengan efek tayangan.
Artinya, efek tayangan yang dirasakan individu sesuai dengan karakteristik individu yang dimiliki. Hubungan karakteristik individu berupa usia dengan efek
kognitif dan konatif memiliki hubungan yang tidak nyata p0,1, artinya penambahan pengetahuan akan lagu-lagu Sunda serta kemauan untuk
menyanyikan lagu-lagu Sunda setelah menonton tayangan Sulanjana tidak ada hubungannya dengan faktor usia.
Terlihat pada efek afektif bahwa semua karakteristik individu memiliki hubungan yang sangat nyata p0,01 dengan efek afektif. Artinya, bahwa
responden menonton tayangan Sulanjana karena ingin memenuhi kebutuhan akan hiburan sehingga muncullah efek afektif pada diri responden yaitu perasaan suka
terhadap lagu-lagu Sunda. Rasa suka atau senang yang dirasakan oleh responden yang menonton tayangan Sulanjana dirasakan oleh setiap responden apapun
karakteristik individu yang melekat pada dirinya. Walaupun demikian, pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan nyata yang negatif dengan ketiga aspek efek.
Artinya, bahwa semakin tinggi pendidikan maka efek yang dirasakan semakin
rendah dan sebaliknya responden yang memiliki pendidikan yang rendah terkena efek kognitif, afektif, dan konatif yang tinggi. Hal ini dikarenakan oleh responden
yang memiliki pendidikan rendah dan sedang serta pendapatan rendah kebanyakan berasal dari responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
wiraswastapedagang, di mana responden inilah yang intensitasnya dalam menonton tayangan Sulanjana terbilang tinggi atau sering. Berbeda halnya dengan
responden yang pendidikan tinggi yang juga memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta dan PNS yang juga memiliki pendapatan lebih tinggi, di mana
responden ini dapat menonton tayangan Sulanjana hanya di waktu-waktu tertentu seperti hari libur. Oleh sebab itulah, efek yang dirasakan juga rendah pada
responden yang memiliki pendapatan dan pendidikan tinggi. Responden dikatakan terkena efek kognitif apabila setelah menonton
tayangan Sulanjana pengetahuan responden akan lagu-lagu Sunda bertambah. Responden dikatakan terkena efek afektif berarti terjadi perubahan perasaan suka
terhadap lagu-lagu dan kebudayaan Sunda setelah menonton tayangan Sulanjana. Efek yang lebih tinggi lagi yaitu efek kognitif yang berarti terlihat perubahan
tingkah laku pada responden yang telah menonton tayangan Sulanjana, seperti mengajak orang lain untuk menonton tayangan Sulanjana dan menyanyikan lagu-
lagu Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Apabila responden sudah sampai pada efek konatif yaitu mau dan mampu menyanyikan lagu-lagu Sunda dalam
kehidupan sehari-hari, maka responden tersebut dapat dikatakan telah turut melestarikan kebudayaan lokal.
Karakteristik individu berupa agama dan suku dalam penelitian ini tidak dapat dilihat adanya hubungan dengan efek tayangan Sulanjana. Hal ini
dikarenakan datanya konstan dan homogen. Artinya, semua responden dalam penelitian ini beragama Islam dan bersuku Sunda, sehingga dalam pengolahan
data tidak diperoleh nilai korelasinya. Secara keseluruhan, data yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan
menonton tayangan Sulanjana, responden terkena efek tayangan Sulanjana yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan,
maka hipotesis kedua yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan efek yang dihasilkan tayangan Sulanjana di
Megaswara TV” diterima, kecuali untuk hubungan usia dengan efek kognitif dan konatif serta suku dan agama dengan ketiga aspek efek yaitu efek kognitif, afektif,
dan konatif hipotesis ditolak.
5.9 Hubungan Aspek Tayangan Sulanjana dengan Faktor Penerimaan Pesan Media